close
Nuganomics

Investasi Emas Makin Tak Menguntungkan

Investasi emas makin tidak menguntungkan bersamaan dengan lesunya perdagangan emas global. Sebagai dampaknya, perdagangan emas domestik yang dimotoro PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, juga sepi.

Hari ini, Selasa, 17 Maret 2015, harga emas batangan Logam Mulia milik PT Aneka Tambang Tbk tidak berubah dibandingkan perdagangan kemarin.

Sedangkan harga pembelian kembali atau dikenal dengan istilah “buyback” masih mampu menguat.

Seperti dikutip dari situs resmi Logam Mulia Antam, Selasa pagi, harga emas Antam tercatat Rp 542.000 pergram. Tidak bergerak dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara harga buyback naik dari Rp 486.000 per gram menjadi Rp 487.000 per gram.
Antam menjual emas dari ukuran satu gram hingga 500 gram. Hingga pukul 08.43 WIB, semua ukuran emas Antam masih tersedia.

Berikut daftar harga emas yang dijual Antam, pecahan 1 gram Rp 542.000, 5 gram Rp 2.565.000, 10 gram Rp 5.080.000, 25 gram Rp 12.625.000, 50 gram Rp 25.200.0000, 100 gram Rp 50.350.000, 250 gram Rp 125.750.000 dan 500 gram Rp 251.300.000.

Di pasar global, pergerakan emas kembali jatuh pada hari Senin dan diperdagangkan di level terendah dalam lebih dari tiga bulan ketika saham di bursa Eropa bergerak lebih kuat.

Emas terus bergerak dalam kisaran sempit dan masih berada di level terendah ketika investor melihat dan menunggu pertemuan FOMC selama dua hari yang akan dimulai besok. Terlihat ada kemungkinan bahwa Fed akan membuka pintu untuk menaikkan suku bunga setelah bulan Juni

Pelemahan emas pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat atau Selasa pagi WIB didorong bursa saham Eropa menguat ditambah fokus pelaku pasar terhadap pertemuan The Federal Reserve pada pekan ini.
Pelaku pasar menanti sinyal waktu setiap kenaikan suku bunga Amerika Serikat.

Harga emas berjangka AS untuk pengiriman April tidak berubah di level US$ 1.152,40 per ounce. Sementara itu, harga emas di pasar spot melemah tipis ke level US$ 1.152,66 per ounce. Harga komoditas logam telah jatuh selama sembilan sesi berturut-turut.

Harga emas berada di level terendah sejak 1 Desember di kisaran US$ 1.147,10 setelah data tenaga kerja AS menguat memicu spekulasi The Fed akan menaikkan suku bunga pada Juni 2015.

Pelemahan harga emas ini juga mengabaikan dolar AS melemah terhadap mata uang utang. Meski demikian, dolar telah naik sepuluh persen sepanjang dua pekan terakhir, dan masih diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak 2003.

“Investor berspekulasi terhadap emas, dan selama dolar AS menguat sulit untuk melihat perubahan harga emas,” ujar CEO Sharps Pixley, Ross Norman, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa, 17 Maret 2015.

Investor fokus terhadap pertemuan kebijakan The Fed yang dimulai pada Selasa waktu setempat untuk mendapatkan sinyal seberapa cepat bank sentral AS menaikkan suku bunga. Suku bunga tinggi dapat menurunkan permintaan emas.

Sentimen investor terhadap emas cenderung menurun. Hal itu ditunjukkan dari perdagangan berjangka emas di SPDR Gold Trust yang turun 0,28 ton menjadi 750,67 ton pada akhir pekan lalu.

Data commodity futures trading AS pun menunjukkan hedge fund dan manajer keuangan mengurangi optimisme mereka terhadap pergerakan harga emas.

Dua puluh empat negara telah menurunkan suku bunga pada tahun 2015 dan ECB telah memulai kebijakan Quantitaive Easing. Langkah kebijakan tersebut juga akan mengambil beberapa kendala kepada dolar yang pada gilirannya akan membantu untuk mengangkat harga emas dengan bergerak ke atas.

Dilaporkan bahwa Menteri Keuangan Irlandia, Michael Noonan telah menjual saham pribadinya pada bursa saham Eropa dan AS lalu mendiversifikasi portofolionya dengan mengalokasikan sebagian kekayaan pribadinya masuk ke dalam investasi emas yang diperdagangkan pada bursa ETF di tahun 2014.

Impor emas India akan terus mengalami percepatan selama tahun 2015 ketika pemerintah mulai menghapus pembatasan kuantitatif dan ekonomi India membaik.

Menurut penilaian data bea cukai pemerintah sekitar lima puluh ton emas diimpor pada bulan Februari, sedikit lebih banyak dibandingkan dengan tiga puluh delapan ton yang diimpor pada bulan Januari, dan hampir lima puluh persen lebih banyak dibandingkan dengan impor emas pada tahun 2014.

Emas adalah item impor terbesar kedua untuk India setelah minyak bumi.

Tagihan impor emas yang lebih tinggi telah merugikan dan mempengaruhi defisit transaksi berjalan India. Pemerintah India telah berulang kali meminta orang untuk berhenti dari membeli emas.

sumber : reuter, bloomberg dan logam mulia.com

Tags : slide