close
Nuga Tekno

Integrasi Teknologi Google dengan WebVR

Google membawa integrasi  teknologinya dengan  WebVR  untuk meraih  realitas virtual alias virtual reality yang bisa langsung dirasakan melalui peramban Chrome di desktop dan smartphone Android

Apakah integrasi sebuah hal baru?

Jawabannya tidak.

Sebab  tahun lalu Google sudah menggodoknya, namun baru dirilis secara komersil di awal tahun ini.

WebVR sendiri merupakan platform yang sudah ada sejak tiga tahun silam

Platform itu tak lain adalah Javascript API yang digunakan untuk menikmati konten tiga ratus enam puluh derajat.

Artinya, pengguna Chrome untuk Android maupun desktop sudah bisa menjajal situs berkonten tiga ratus enam puluh derajat tanpa perlu beralih ke aplikasi khusus.

Syaratnya, penjajalan itu perlu didukung ponsel dan headset yang sudah mendukung ekosistem VR milik Google, yakni Daydream.

Adapun ponsel-ponsel yang dikategorikan sebagai Daydream-ready adalah ZTE Axon tujuh, Google Pizel, Motorola Moto Z, serta yang selanjutnya Huawei Mate 9 Pro dan Asus ZenFone AR.

Menurut laman situs “madhable,” hari ini, 012 Februari 2017, pengguna cukup masuk ke situs berkonten tiga ratus enam puluh derajat.

Selanjutnya pilih opsi VR pada ponsel Daydream-ready, lalu pasang ponsel ke  headset Daydream VR.

Jika tak punya headset-nya, pengguna tetap bisa menjajal konten ini, namun, pengalamannya kurang maksimal karena pemindahan sudut pandang dilakukan dengan mouse pada desktop atau sapuan pada layar ponsel.

Dengan WebVR, pengguna Chrome untuk Android dan desktop bisa langsung menikmati konten VR dari berbagai situs yang sudah mendukung.

Beberapa situs dan perpustakaan konten VR yang bisa dikunjungi antara lain, Matterport, Within, Sketchfab, dan WebVR Lab

Sejak semula Google menyimpan ambisi besar menyangkut soal virtual reality.

Sebagai contoh, salah satunya, raksasa internet itu ingin mewujudkan pengalaman berselancar di internet yang lebih menggugah bagi pengguna.

Sebab itulah peramban Chrome versi Beta dan Dev terbaru untuk Android sudah mulai ditambahi fitur VR,

Menurut  Engadget, fItur VR pada Chrome berupa dukungan untuk standar open-source WebVR untuk situs-situs yang dirancang untuk dijelajahi lewat VR.

Untuk situs yang belum mendukung WebVR, Chrome Dev turut menyediakan “VR Shell” yang akan mempermudah pengguna dalam berpindah antara situs web non-VR dan VR.

Dengan VR Shell, pengguna nantinya tak perlu melepas headset saat melihat situs non-VR sehinngga bisa tetap mengenakan perangkat tersebut dalam menjelajah internet.

VR Shell pada Chrome Dev saat ini belum berfungsi penuh dan masih terus dikembangkan oleh Google.

Tapi agaknya tinggal soal waktu saja sebelum dukungan VR yang stabil mulai tertanam di browser.

Google Chrome dan Internet Explorer saling beradu untuk menjadi peramban (browser) terfavorit. StatCounter dan NetMarketShare telah membuat riset tentang kedua browser tersebut.

Bagaimana hasilnya?

Ternyata, dari survey keduanya, diketahui Google Chrome menjadi peramban terfavorit bagi banyak orang, mengalahkan Internet Explorer.

Sebenarnya sudah sejak empat tahun lalu StatCounter mencatat Google Chrome sebagai peramban yang paling banyak dipakai, namun baru kali ini simpulan tersebut bisa sama dengan perhitungan perusahaaan riset internet lainnya, NetMarketShare.

PC World tahun lalu, berdasarkan riset StatCounter dan NetMarketShare sama-sama menyimpulkan bahwa Google Chrome lebih populer ketimbang Internet Explorer.

StatCounter mencatat bahwa tingkat pemakaian Chrome yang sangat besar  dibandingkan Internet Explorer

Sekadar diketahui, angka dari StatCounter juga menunjukkan bahwa peramban buatan Microsoft tersebut tertinggal dari Mozilla Firefox

Perbedaan perhitungan antara NetMarketShare dan StatCounter disebabkan oleh metode pengambilan data mereka. StatCounter hanya mengambil data mentah dari page view ke berbagai situs.

Sedangkan NetMarketShare mengukur kunjungan unik  serta memperhitungkan lalu lintas internet berdasarkan negara asal. Dengan demikian, statistik tersebut mewakili wilayah-wilayah yang paling banyak aktif di internet.

Microsoft sendiri sudah mulai meninggalkan Internet Explorer dan mendorong adopsi peramban Edge yang mereka sematkan di Windows 10.

Namun data dari NetMarketShare disebut sudah menghitung pemakaian Edge bersama dengan angka untuk Internet Explorer.

Sedangkan data dari StatCounter justru menunjukkan bahwa orang-orang hanya mencoba Edge sebentar kemudian meninggalkannya sama sekali.