close
Nuga Sport

Rossi Pensiunlah! Biar MotoGP Bangkrut

Selasa siang, 10 November 2015, surat kabar “della sporta” menyajikan sebuah tulisan “semi advertorial” yang menyerukan Valentino Rossi untuk pensiun agar MotoGP mengalami kebangkrutan.

Dalam tulisan yang sangat akurat itu, “della sporta,” secara rinci menyajikan data dan analisa hampir seluruh pengamat dan publik bagaimana seandainya kondisi MotoGP jika Rossi pensiun pada musim mendatang.

“della sporta” menyimpulkan, dan sulit terbantahkan, bahwa MotoGP akan menyusut penghasilannya hingga lima puluh persen, atau boleh disimpulkan akan mengalami kebangkrutan.

Rossi sendiri secara spesifik memang belum menyatakan pensiun untuk musim balapan tahun depan. Ia masih terikat kontrak dengan Movistar Yamaha hingga dua tahun mendatang.

Tahun depan Rossi dipastikan masih bertandem dengan Jorge Lorenzo, pebalap Movistar Yamaha lainnya, yang diujung seri tahun ini mengurang-ajari “The Doctor” karena menghalalkan cara untuk meraih juara.

Pelatih sepakbola legendaris Italia, Marcello Lippi, yang juga seorang pencinta Rossi, langsung mengamini tulisan “della sporta.”

Lipi juga menyarankan Valentino Rossi untuk pensiun sebagai perwujudan balas dendam terhadap MotoGP.
Dalam pandangan Lippi, Rossi terus jadi korban ketidakadilan di dua seri terakhir MotoGP.

Setelah didakwa bersalah di Sepang, perjuangan Rossi di Valencia kemudian seolah tak berarti banyak karena Dani Pedrosa dan Marc Marquez tidak ngotot bertarung lawan Jorge Lorenzo di baris depan.

“Dalam dua puluh tahun terakhir, Rossi adalah magnet terkuat terhadap datangnya sponsor ke ajang MotoGP. Sebagai wujud balas dendam, saya menyarankan Rossi untuk pensiun dan mungkin melakukan hal lain seperti turun di Superbike.”

“Tanpa kehadiran Rossi, maka MotoGP akan mengalami kerugian lebih dari lima puluh persen. Hanya keputusan ini yang bakal jadi pembalasan paling tepat atas apa yang sudah terjadi,” ujar Lippi seperti dikutip dari Tuttomotoriweb.

Namun saran Lippi terhadap Rossi ini tidak akan bisa terjadi dalam waktu dekat.

Pasalnya Rossi sudah menyatakan bakal tetap turun di MotoGP musim depan karena masih memiliki kontrak satu musim bersama Yamaha.

Setelah itu, Rossi baru akan mempertimbangkan kelanjutan kariernya di MotoGP.

Satu hal lain yang masih mengganjal dalam karier Rossi adalah niatan Rossi untuk menyamai rekor milik Giacomo Agostini. Agostini memenangi delapan titel juara dunia di kelas, sedangkan Rossi saat ini ‘baru’ memiliki tujuh gelar di kelas premier

Sementara itu, sang lgenda, Giacomo Agostini, menyadari bahwa Rossi akan sangt sulit pensiun untuk musim depan.

Ia mengakui Valentino Rossi baru saja mengalami kekecewaan terbesar pada MotoGP musim ini. Namun menurut Agostini, Rossi masih bisa berharap titel juara dunia pada musim berikutnya.

Rossi sudah berumur tiga puluh enam tahun dan banyak yang meyakini bahwa musim ini adalah kesempatan terbaik bagi Rossi untuk bisa kembali jadi juara dunia yang akhirnya berujung pada kegagalan.

Namun Agostini menilai bahwa Rossi musim depan tidaklah akan jauh berbeda dengan musim ini. Rossi tetap akan memiliki kapasitas untuk bersaing di level elit dan memperebutkan titel juara dunia.

“Musim ini tentu berakhir sangat tidak bagus bagi Rossi yang telah memimpin kompetisi sepanjang musim.”

“Tetapi saya meyakini satu hal bahwa Rossi layaknya wine, semakin dia berumur, maka ia akan makin bagus dan berkualitas. Musim depan dia akan kembali berpeluang untuk jadi juara dunia,” tutur Agostini saat diwawancarai saluran televisi Italia, RAI.

Agostini adalah pebalap terhebat sepanjang sejarah dunia balap motor. Ia memenagi total 15 gelar di seluruh kelas. Khusus untuk kelas premier (500cc/MotoGP), Agostini mengoleksi delapan gelar, beda satu gelar dengan Rossi saat ini.

Kegagalan Rossi menyamai rekor juara dunia kelas premier ternyata tidak membuat Agostini gembira.

“Tentu saja saya merasa kecewa Rossi gagal menjadi juara dunia, sama halnya seperti warga Italia lainnya,” ujar Agostini berterus terang.

Dalam beberapa seri terakhir, Rossi sendiri disibukkan dengan perang kata-kata melawan para rival. Bukan hanya melawan Marc Marquez, Rossi juga kerap beradu argumen dengan Jorge Lorenzo, rekan setimnya yang akhirnya jadi juara dunia.

Meski sering berbeda pendapat, Agostini meyakini bahwa bersatunya Rossi dan Lorenzo di Yamaha juga bukan masalah yang patut dibesar-besarkan.

“Saya tidak melihat bahwa berada di satu tim bakal jadi masalah besar. Bila mereka tak berada dalam satu tim pun, mereka tetap akan bersaing jadi tidak akan banyak hal yang berubah.”

“Mereka sama-sama menunggangi Yamaha namun memiliki tim mekanik yang berbeda, jadi sejatinya mereka memang tidak saling melihat. Namun mungkin, musuh nomor satu selalu mereka yang berasal dari rumah yang sama denganmu,” kata Agostini.

Tags : slide