close
Nuga Life

Untuk Sehat Bicaralah dengan Diri Sendiri

Anda mungkin termasuk orang yang sering berbicara dengan diri sendiri. Nadanya bisa jengkel, bisa bersahabat ataupun mempertanyakan sesuatu.

Apakah ini salah satu gejala “gila”

Ternyata, menurut para psikoterapis gejala ini adalah salah satu untuk membuang pikiran negatif.

Membuang pikiran negatif?

“Ya,” kata  Lisa Ferentz, seorang psikoterapis dan juga penulis buku Finding Your Ruby Slippers: Transformative Life Lessons From the Therapist’s Couch.

Lisa malah menyarankan hal ini.

Dia berkata bahwa mengungkapkan pikiran dapat meningkatkan rasa percaya diri Anda untuk melakukan sesuatu, walaupun kepada diri sendiri.

Sebagai seorang psikoterapis, Ferentz seringkali melakukan latihan ini dengan pasiennya dengan tujuan untuk memberikan pikiran positif terhadap diri sendiri sehingga mereka dapat menghilangkan rasa ragu atau takut saat ingin menghadapi masalah yang cukup besar.

Menurut dia, salah satu cara yang baik untuk menciptakan mental yang sehat adalah dengan menuliskan beberapa hal yang Anda syukuri dan kekuatan yang Anda miliki, lalu berdiri di depan kaca dan mengucapkan hal tersebut secara lantang.

Pada awalnya Anda pasti merasa aneh dan canggung, tetapi jangan meyerah sampai di situ.

Terus lakukan hal ini sampai Anda terbiasa.

Ketika Anda memulai sesuatu dengan pikiran yang positif, maka semuanya akan terasa lebih mudah.

Secara tidak sadar, ini bisa menjadi panduan hidup untuk Anda, tambah Ferentz .

Akan tetapi bukan berarti Anda bisa melakukan hal yang sama ketika sedang frustrasi.

Membawa pikiran negatif ke permukaan diri bisa membuatnya benar-benar terjadi.

Begitu Anda mempunyai pikiran yang negatif, cobalah untuk menghilangkan perasaan tersebut dan mengingat kembali kekuatan yang Anda miliki.

Jadi jangan kuatir kalau Anda berbicara dengan diri sendiri, hal ini sangatlah wajar.

Coba Anda pikirkan, apakah mungkin Anda mengatakan kepada teman atau saudara Anda bahwa mereka buruk rupa, gemuk, dan bodoh?

Lalu, pikirkan kembali, apakah Anda sering menggunakan kata-kata itu kepada diri sendiri ketika merasa gagal dan kecewa kepada diri sendiri?

Jika Anda tidak mau mengucapkan hal-hal buruk kepada orang lain, mengapa Anda tega melakukan itu kepada diri sendiri?

Sebuah hasil survei terhadap dua ribuan wanita di Inggris menunjukkan bahwa wanita rata-rata mengkritik diri sendiri sebanyak delapan kali dalam satu hari.

Kritikan tersebut seputar masalah kegelisahan, penampilan, keuangan, bentuk tubuh, dan karier.

Selain hobi kritik diri sendiri, survei yang digelar oleh program pelangsingan tubuh, Weight Watchers, juga menunjukkan bahwa wanita sulit menerima pujian dari orang lain.

Survei menunjukkan bahwa wanita cenderung tidak percaya pada komentar positif orang lain terhadap diri mereka.

Sebanyak delapan puluh sembilan persen responden mengaku bahwa mereka sama sekali tidak tersanjung ketika orang lain memberikan ungkapan positif kepada mereka.

Menurut Zoe Griffiths, Head of Public Health and Programming Weight Watchers, sikap menilai rendah diri pada wanita ini merupakan akibat dari budaya media sosial, selfie, dan fenomena Instagram.

“Sekarang ini wanita lebih mementingkan penampilan di media sosial ketimbang kehidupan nyata. Alhasil, wanita memasang standar tinggi untuk diri sendiri dan pencapaian karier,” ujar Griffiths.

Dalam sebuah hubungan, hal yang paling menakutkan adalah diam. Tidak mau mengatakan apa yang Anda rasakan bisa menghancurkan hubungan yang sedang dijalani.

Memang, tak bisa dipungkiri, banyak orang yang lebih memilih diam dan memberikan sikap acuh ketika marah atau terluka akibat kesalahan yang disebabkan pasangan.

Sikap ini sangat tidah baik dan bisa menimbulkan kebencian serta berkurangnya keintiman dalam hubungan.

Seorang psikolog, Anjhula Mya Singh Bais, PhD, mengatakan, kadang Anda atau pasangan merasa bahwawalaupun sudah mengutarakan apa yang dirasakan, hasilnya tidak sebanding dengan yang Anda dapatkan.

Dia melanjutkan, tidak ada perubahan seperti yang diinginkan, justru Anda merasa semakin kesal dan menjadi frustasi.

Akhirnya Anda memilih untuk berdiam diri dan merasa bahwa ini adalah cara terbaik untuk menyelamatkan hubungan Anda.

Menurut Holly Richmond, PhD, seorang psikolog pernikahan dan keluarga, hal ini menjadi masalah ketika Anda mengatakan terluka karena hal yang dikatakan atau dilakukan pasangan, tetapi pasangan berpikir bahwa Anda berlebihan.

Untuk mengatasinya, Anda dan pasangan harus melihat dari sudut pandang masing-masing melalui dua cara ini:

Pertama, Anda dan pasangan harus membicarakan permasalahan sebaik mungkin. Perhatikan juga nada bicara dan bahasa tubuh Anda, dua hal ini sangat penting dalam berkomunikasi, tambah Dr Richmond.

Kedua, coba cari sebuah tempat yang tenang dan jauh dari gangguan telepon, televise, atau bahkan suara anak.

Duduk berhadapan dan tatap matanya, hal ini akan menimbulkan keintiman untuk berdiskusi dan menemukan solusi.

Empati adalah tindakan untuk mengerti dan memahami perasaan orang lain.

Bukan berarti Anda harus selalu menyetujui semua pendapat pasangan, tetapi Anda harus memperhatikan perasaan pasangan sebelum berbicara atau pun mengambil tindakan.

Tags : slide