close
Nuga Tekno

Orang Produktif “Buang” Ponsel dari Mejanya

Sebuah penelitian terbaru Kaspersky bersama Universitas Würzburg dan Nottingham Trent minta para pengguna ponsel pintar untuk menjauhkan “barang” itu dari meja kerjanya.

“Orang yang menjauhkan ponsel dari meja kerjanya  ternyata lebih rajin dan produktif,” tulis “ubergizmo,” Senin, 05 September 2016, yang menuliskan kembali laporan itu.

Penelitian tersebut menggunakan sampel dengan rentang usia yang dipilih dengan alasan untuk menyeimbangkan kondisi serta jenis kelamin dalam setiap lokasi laboratorium.

Orang-orang yang secara sukarela menjadi partisipan itu diminta untuk bekerja di laboratorium dengan situasi berbeda-beda.

Ada yang diminta bekerja sambil mengantungi ponselnya, menaruh ponsel di atas meja, menyimpan ponsel di laci yang terkunci, dan bekerja sementara ponsel dipindahkan dari ruangan tersebut.

Selanjutnya, peneliti mengukur tingkat konsentrasi partisipan saat bekerja.

Hasilnya, diketahui bahwa orang menyimpan ponsel di atas meja cenderung kurang konsentrasi.

Namun konsentrasi tersebut dapat bertambah baik seiring makin jauhnya jarak antara seseorang dengan ponsel.

Secara keseluruhan, konsentrasi seorang pekerja meningkat 26 persen saat ponsel miliknya tidak berada di ruangan tempatnya bekerja.

Saat ponsel tidak ada di sampingnya, ternyata pemilik ponsel tidak merasa gelisah.

“Sebelumnya, penelitian menunjukkan bahwa di satu sisi, seseorang yang terpisah dengan smartphonenya membuat orang merasa gelisah”

“Namun di sisi lain, penelitian ini menunjukkan bahwa smartphone dapat menjadi gangguan,” terang anggota tim penelitian tersebut, Jens Binder dari Universitas Nottingham Trent.

Dengan kata lain, imbuh Binder, penelitian kehadiran dan ketidakhadiran ponsel sama-sama bisa mempengaruhi konsentrasi seseorang.

Efek yang paling bagus adalah peningkatan konsentrasi saat seseorang jauh dari ponselnya.

Kesimpulan lain penelitian itu adalah, wanita cenderung lebih mudah gelisah ketimbang pria.

Namun menurut peneliti, hal ini dipengaruhi masalah jender, bukan soal ada atau tidak adanya ponsel di dekat pemilik.

Kaspersky menganggap hasil penelitian yang dikerjakan bersama dua universitas tersebut berguna bagi pebisnis yang ingin meningkatkan produktivitas dan mengamankan diri dari masalah keamanan cyber.

“Alih-alih mengharapkan akses permanen ke smartphone mereka, produktivitas karyawan kemungkinan dapat ditingkatkan jika saja mereka memiliki waktu khusus untuk ‘smartphone free’,” ujar Vladimir Zapolyansky, Head of SMB Marketing, Kaspersky

“Salah satu cara untuk melakukan ini dengan menerapkan ‘peraturan rapat’ yaitu tidak boleh ada ponsel, dan tidak boleh ada komputer – di lingkungan kerja yang normal,” imbuhnya.

Disamping itu masalah mengisi yang benar juga sering diajukan.

Sayangnya, informasi soal baterai cenderung simpang siur dan tak jarang saling bertentangan sehingga menimbulkan mitos keliru. Pengguna pun bisa dibuat bingung.

Apa saja mitos keliru yang sering diutarakan soal baterai ponsel?

Anda mungkin pernah mendengar saran agar secara rutin mengosongkan seluruh kapasitas baterai kemudian mengisinya penuh-penuh agar “ingat” dengan kapasitas aslinya.

Ada pula anjuran untuk tak mengisi baterai sebelum kosong.

Mitos ini sebenarnya salah karena siklus pengisian seperti itu tak mempengaruhi kinerja baterai. Sering-sering mengisi baterai sebelum benar-benar habis pun tak akan merusaknya.

Efek ingatan alias “memory effect” memang pernah berlaku untuk baterai Ni-cad lama, tapi baterai Lithium Ion modern tak terdampak.

Beberapa charger berkualitas buruk bisa berbahaya buat ponsel. Namun bukan berarti Anda harus selalu memakai charger bawaan ponsel untuk mengisi baterainya.

Charger USB manapun bisa dipakai untuk mengisi baterai ponsel, tapi kinerjanya akan berbeda-beda. Charger yang mampu menyalurkan arus 2 ampere, misalnya, bakal mengisi baterai lebih cepat dibandingkan charger satu ampere.

Ada juga beberapa kemampuan khusus seperti fast charging yang hanya bisa digunakan apabila ponsel diisi dengan charger bawaan.

Menancapkan ponsel ke charger sebelum tidur adalah kebiasaan yang lazim dilakukan banyak orang, mungkin juga termasuk kamu. Nah, apakah hal ini bisa mengakibatkan “overload” atau merusak baterai?

Jawabannya adalah tidak. Ponsel masa kini sudah cukup “pintar” untuk memutus arus listik secara otomatis ketika baterai sudah terisi penuh, walaupun ia masih tersambung ke charger.

Menggunakan ponsel saat sedang tersambung ke charger tidak akan berpengaruh buruk pada baterai. Entah digunakan atau tidak, baterai ponsel akan terisi seperti yang seharusnya.

Lagipula, ponsel kerapkali mengaktifkan dirinya sendiri ketika sedang di-charge, misalnya untuk mengunduh update software lewat Wi-Fi ataui sinkronisasi data. Jadi, jangan takut untuk memakai ponsel saat sedang diisi baterainya.

Aplikasi task manager pihak ketiga sebenarnya tak membantu memperpanjang masa hidup baterai lebih lama dibanding task manager bawaan, meskipun menawarkan kemampuan untuk memasukkan proses tertentu ke dalam whitelist atau blacklist.

Task manager bisa berguna untuk mengendalikan aplikasi yang berjalan, tapi jangan berasumsi bahwa ia akan turut memperpanjang umur baterai.