close
Nuga Tekno

Desain Baru Aplikasi Andriod Google

Google baru saja memperbarui standarisasi desain untuk aplikasi Android.

Ini memungkinkan pada pengembang meletakkan deretan tombol navigasi atau navigation bar yang terletak pada sisi bawah layar di aplikasi buatannya.

Sebelum Google, Apple sudah lebih dulu mengadopsi navigation bar yang juga populer disebut buttom bar.

Hampir seluruh aplikasi berbasis iOS menggunakannya. Ini merupakan deretan tombol yang bila diklik bisa mengantar pengguna ke menu lain di dalam aplikasi.

Namun, berbeda dengan navigation bar yang ada pada aplikasi berbasis iOS, karena navigation bar buatan Google terlihat lebih dinamis.

Ketika pengguna menekan tombol, ikon akan bergerak dan teks dari ikon tersebut akan tampil.

Selama ini Google mengandalkan tombol ‘Hamburger’ –tombol yang disimbolkan dengan tiga garis horizontal– di pojok kanan atas untuk melakukan navigasi.

Ketika ditekan, akan muncul side bar dari sisi kiri yang menampilkan sejumlah menu.
Namun ini membuat hampir seluruh tampilan aplikasi menjadi tak terlihat.

Dengan navigation bar, mengakses menu dan beralih ke tampilan layar lain menjadi lebih mudah. Di sisi lain, navigation bar juga tidak ‘memakan’ banyak tempat ketimbang side bar.

Adanya buttom bar bukan tak berarti tombol ‘Hamburger’ akan hilang. Menurut Google, tombol ini masih bisa digunakan sebagai alternatif dari buttom bar.

Hanya saja, Google menyarankan para pengembang aplikasi agar menggunakan navigation bar bagi yang memiliki tiga sampai empat menu utama.

Jika hanya memiliki dua menu utama, disarankan agar menggunakan tab. Sementara untuk yang lebih dari 6, Google tetap menyarankan menggunakan tombol ‘Hamburger’.

Aplikasi “Wire” menjanjikan paket komunikasi pribadi paling aman versi baru berupa enkripsi end-to-end untuk semua percakapan, termasuk video.

Kehadiran aplikasi, yang dinamakan sebagai super aman ini, diinisiatifi oleh pendiri aplikasi Skype, Janus Friis, bersama sekelompok pemrogram peranti

Aplikasi itu sendiri dinamai dengan nama Wire.

Bersama lima puluh karyawan, dan sebagian besar adalah pemrogram kelompok ini mengklaim mampu menghadirkan paket komunikasi pribadi melampaui yang telah ada.

Sebenarnya, fitur panggilan suara pada Wire memang telah hadir pada Desember dua tahun silam

Namun pembaruan aplikasi kali ini, membuat isi percakapan dienkripsi dari hulu hingga hilir termasuk teks, panggilan video, foto, dan gambar.

Enkripsi juga dilakukan di lintas platform dan perangkat, termasuk Android, Mac, iOS, Windows, dan Windows Mobile.

“Semuanya dienkripsi secara end-to-end,” kata Janus Friis yang menjabat sebagai Executive Chairman Wire, seperti dikutip dari Reuters.

Pengusaha Denmark ini pertama kali merilis Skype pada 2003, yang kemudian menjualnya pada sejumlah orang dan sekarang menjadi unit bisnis Microsoft.

Wire sendiri kini berbasis di Swiss yang menjanjikan komunikasi berbasis Internet dengan kualitas suara yang sangat jernih.

Mereka memiliki sekitar seratus lima puluh ribu sampai dua ratus ribu pengguna terdaftar.

Wire mendapat dukungan dana dari sejumlah investor yang tak lain adalah Iconical, desainer, pemrogram. Friis berinvestasi di Wire sebagai bagian dari Iconical.

Langkah Wire ini merupakan jawaban terhadap keamanan komunikasi pribadi yang selama ini bisa dibobol untuk berbagai kepentingan.

Misalnya, sejumlah penjahat telah beralih ke iPhone sebagai “perangkat pilihan” untuk melakukan tindak kriminal karena sistem enkripsi kuat yang ditetapkan Apple, kata tiga kelompok aparat penegak hukum Amerika Serikat dalam sebuah pengadilan.

Hal ini diungkapkan organisasi penegak hukum kepada hakim yang menangani perseteruan Apple dengan FBI terkait kasus enkripsi iPhone. Mereka berkata punya “banyak contoh” yang memperlihatkan iPhone dipakai oleh para penjahat.

Lembaga Federal Law Enforcement Officers Association mencatat, otoritas New York sertahun lalu sempat menyadap panggilan telepon narapidana di penjara yang menggunakan iPhone.

Pernyataan ini muncul dari lembaga negara karena pemerintah sedang meminta Apple memberi kunci enkripsi ponsel iPhone 5c milik Syed Ridwan Farook, pelaku penembakan di San Bernardino, California.

Apple menolak memberikan enkripsi atas dasar privasi. Lebih dari itu, Apple berkata Departemen Kehakiman dan FBI coba mencari kunci untuk membongkar privasi secara keseluruhan.

Kasus ini bermula pada 2 Desember 2015. Farook dan sang istri Tashfeen Malik yang merupakan warga AS keturunan Pakistan, menembak mati enam belas orang di fasilitas disabilitas di San Bernardino.

Usai menembak, kedua orang itu melarikan diri dengan mobil namun akhirnya terbunuh dalam baku tembak dengan polisi.

Hakim Sheri Pym dari pengadilan California meminta Apple untuk membantu FBI agar membongkar kode enkripsi dari iPhone milik Farook tersebut. FBI tak mau membongkar paksa karena bakal merusak data di dalamnya.

FBI butuh data itu untuk melihat kemungkinan hubungan Farook dengan kelompok militan atau setidaknya mengetahui kepribadian Farook.

Apple sendiri mau memenuhi permintaan data “yang tepat dan masuk akal.”