close
Nuga Sehat

Tak Ada Kaitan Duduk dengan Kematian

Kebanyakan duduk bukan harus dituding sebagai penyebab kematian dini.

Itulah yang dihasilkan oleh sebuah yang dilakukan di University of Sydney.

Hasil studi itu  memang menegaskan adanya perbedaan antara duduk di tempat kerja dengan duduk di depan TV.

Walau sama-sama duduk lama, yang terbukti lebih berbahaya adalah duduk di depan TV.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan mengamati data para pekerja di London sejak sembilan belas tahun silam

Mereka mengamati lamanya duduk, gaya hidup, serta indikator-indikator kesehatan seperti kadar gula darah dan riwayat penyakit kardiovaskular.

Hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan risiko diabetes pada orang-orang yang terlalu banyak duduk.

Namun analisis membuktikan bahwa peningkatan risiko lebih banyak dialami orang-orang yang banyak duduk untuk menonton TV.

Faktanya, para pekerja sekalipun lebih banyak duduk mereka tetap melakukan aktivitas fisik dengan intensitas ringan.

Seperti ditulis Dailymail, tercatat mereka masih menyempatkan diri untuk berjalan-jalan selama rata-rata empat puluh lima menit dalam sehari.

Bagaimana dengan orang-orang yang duduk untuk menonton TV?

Dr Emmanuel Stamatakis yang memimpin penelitian ini mengatakan bahwa duduk sambil menonton TV memicu peningkatan risiko karena berhubungan dengan kebiasaan ngemil, serta paparan iklan junk food.

Terlalu banyak duduk tidak hanya buruk bagi kesehatan, melainkan juga bagi pantat. Bentuk pantat yang menjadi tepos namun makin lebar adalah salah satu dampak buruknya.

Berbagai penelitian terlah membuktikan bahwa kebiasaan duduk terlalu lama memicu tekanan yang konstan di daerah pantat. Tekanan tersebut menyebabkan timbunan lemak meningkat, sehingga bentuk pantat menjadi makin lebar.

Sementara itu, seorang praktisi kesehatan di New York, Dan Giordano menjelaskan bahwa dalam posisi duduk aliran darah di area pantat tidak selancar saat berdiri. Ini turut menyebabkan pantat menjadi tepos dan kehilangan massa otot.

“Anda harus berdiri dan bergerak. Walau hanya tiga puluh detik, tidak masalah, tetap bermanfaat,” kata Giordano, dikutip dari Dailymail.

Atau jika memungkinkan, penggunaan standing desk atau meja kerja tanpa tempat duduk juga bisa membantu mengatasi pantat tepos dan melebar.

Di wilayah Skandinavia yang disebut-sebut sebagai wilayah paling ‘bahagia’ sedunia, sembilan puluh persen pekerja punya akses untuk menggunakan standing desk.

Tentu saja, memiliki pantat tepos dan lebar bukan hanya melulu soal penampilan.

Jika melebarnya pantat disebabkan oleh peningkatan massa lemak, maka pengaruhnya akan berdampak pada kekuatan otot dalam menopang berat badan.

Berbagai cedera bisa terjadi karena otot pantat kurang begitu kuat.

Jika sudah terlanjur sering duduk seharian, baik di tempat kerja maupun di rumah, maka seseorang cenderung kesulitan untuk mengubah kebiasaan tersebut.

Namun studi ini mungkin bisa membantu memotivasi Anda, khususnya para pria.

Riset terbaru yang dilakukan Centers for Disease Control and Prevention menyebut, pria manapun yang kebanyakan duduk akan berisiko mengalami kegemukan, tak peduli meski mereka aktif melakukan kegiatan fisik.

“Kalaupun si wanita juga terbiasa duduk lama, tetapi tetap saja tingkat obesitasnya masih berada di bawah pria,” ungkap peneliti, Carolyn E Barlow seperti dilaporkan Washington Post.

Dari hasil pengukuran lingkar pinggang dan persentase lemak tubuhnya dipastikan bahwa berapapun hasilnya, bila mereka lebih banyak duduk dalam sehari, maka kecenderungan mereka untuk lebih gemuk juga lebih besar.

“Tak peduli seberapa baik tingkat kebugaran responden, kalau mereka lebih banyak duduk, mereka cenderung kegemukan,” simpul Barlow.

Bahkan faktor risiko yang selama ini kerap dikaitkan dengan obesitas seperti kadar kolesterol dan glukosanya juga tidak ada hubungannya dengan lama duduk. Hal ini dianggap cukup mengejutkan.

Hasil studi ini senada dengan riset University Health Network di Toronto yang mengatakan seseorang tetap berisiko terserang diabetes, penyakit jantung dan kanker karena kebanyakan duduk meskipun sudah rajin berolahraga juga.

Sebaliknya, orang yang rajin berolahraga tidak dapat mengimbangi risiko yang dirasakan tubuh karena duduk terlalu lama.

“Meski demikian tetap lakukan aktivitas fisik, setidaknya untuk mengurangi waktu duduk Anda karena ini juga ikut menurunkan risiko diabetes dan teman-temannya tadi. Tak peduli kendati hanya dilakukan sebentar saja,” imbuh Barlow.

Tags : slide