close
Nuga Life

Fakta Kenapa Wanita Senang Bergosip

Laman situs media Inggris terkenal, “daily mail,” hari ini, Rabu, 08 Februari, kembali menegaskan bahwa wanita itu adalah “biang” gossip, sembari mengungkapkan alasan “hobi” itu menjadi “milik” mereka..

“Wanita itu  memang paling suka berkumpul untuk bergosip dengan teman-teman, baik di sekitaran komplek rumah atau kafe.,” tulis “daily mail.”

Penjelasan ilmiah seperti ditulis “mail,” datang dari hasil penelitian University of Pavia di Italia.

Para peneliti mempelajari dua puluh dua responden wanita untuk mengetahui efek dari bergosip.

Hasilnya, bergosip bersama-sama teman membuat tubuh merilis hormon bahagia bernama oksitosin.

Oksitosin juga terjadi pada tubuh ketika Anda sedang jatuh cinta.

Ketua penelitian, Dr Natascia Brondino, mengungkapkan bahwa terlihat pergerakan hormon oksitosin pada otak wanita ketika mereka sedang bergosip.

Namun, hormon itu hanya terlihat dan aktif ketika wanita sedang bergosip. Jadi, ketika mereka membicarakan soal cuaca, keluarga, dan hal lain, hormon oksitosin tidak aktif pada tubuh wanita.

Selain itu, bergosip juga membuat wanita merasa lebih dekat dengan sahabat dan teman bicaranya.

“Aku penasaran apakah ada biokimia yang menyebabkan perasaan lebih dekat setelah bergosip.”

“ Ternyata, kehadiran oksitosin itu membuat wanita lebih bahagia dan merasa dekat dengan sang teman gosipnya tersebut,” jelas Brondino.

Selain itu seperti diungkapkan  studi psikologis, bergosip itu bukanlah karakter, melainkan kemampuan sosialisasi yang terbentuk karena pengaruh lingkungan sekitar.

Menurut esai yang ditulis oleh Frank T. McAndrew, seorang profesor di Cornelia H. Dudly, mengatakan bahwa gosip merupakan hasil dari sosialisasi manusia semenjak zaman dahulu kala.

Nenek moyang kita, kata McAndrew, sama dengan manusia sekarang hidup dalam kelompok dan saling bersosialisasi.

Kelompok sosial ini pada akhirnya membuat kita bisa menilai, siapa yang bisa dipercaya, siapa yang paling baik dalam memberikan saran, siapa yang tidak bisa menjaga rahasia, dan sebagainya.

Kemudian, McAndrew menjabarkan bahwa sebenarnya gosip bukanlah karakter yang buruk, melainkan kemampuan bersosialisasi yang baik sehingga bisa mempengaruhi lingkungan sekitar sesuai harapan Anda.

Mereka yang pandai berstrategi dalam memanfaatkan gosip, umumnya memiliki kemampuan dalam menjaga sebuah hubungan sosial, dan cerdas dalam menempatkan diri pada posisi tidak bersalah.

Menurut seorang psikologi sosial asal Prancis, Laurent Begue, bergosip bagaikan ‘guilty pleasure’ bagi banyak orang.

Orang-orang sudah tahu bahwa bergosip itu adalah hal yang tidak seharusnya dilakukan, tapi nyatanya malah paling umum dilakukan. Lantas, mengapa itu bisa terjadi?

“Secara tidak disadari, bergosip adalah suatu kegiatan yang mampu membangun ikatan sosial.”

“ Bahkan ikatan sosial yang terbangun akan jauh lebih kuat dibangun melalui membagi hal melalui gosip dibanding ketika orang-orang membagi hal-hal yang positif,” ungkap Begue, seperti dikutip Net Doctor UK

“Karena, sekitar enam puluh persen dari gosip itu kan adalah hal-hal yang sebenarnya tidak sedang terjadi. Bahkan bisa dikatakan sebagai judgement,” tambahnya.

Seorang jurnalis dan kritikus senior Inggris, Nicholas Lezard menyatakan bahwa bergosip itu menghadirkan hasrat berperilaku yang tidak akan dapat memuaskan. Itulah sebabnya orang akan terus bergosip karena mereka tidak akan puas jika hanya bergosip sekali.

Selain membangun ikatan sosial yang lebih kuat, bergosip ternyata juga berperan bagi pengembangan otak.

Hal ini diungkapkan oleh Robin Dunbar, seorang antropolog dan psikolog dari Inggris.

“Orang yang suka bergosip akan merasa perlu menjaga ingatannya untuk menyebarkan gosip tersebut. Inilah salah satu faktor yang vital dalam pengembangan otak,” tuturnya.

Kendati demikian, gosip tetaplah dinilai sebagai perilaku yang tidak seharusnya untuk dilakukan.

Bègue mengungkapkan bahwa bergosip adalah suatu aktivitas yang sangat berisiko buruk.

“Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hal itu (bergosip) bisa berisiko menciptakan rasa ketidakpercayaan,” ujar Begue.

Tags : slide