close
Nuga Sehat

Hapus “Idiom” Gemuk Pertanda Makmur

Gemuk berarti hidup makmur? Tunggu dulu! Anda harus merevisi kembali “idiom” itu dengan “joke” baru, “gemuk itu sumber malapetaka”

Paling tidak itu yang dibahas sebuah simposium di Jakarta, Selasa, 11 Agustus 2015. Semua peserta menyepakati gemuk memiliki dampak buruk yang sangat membahayakan kesehatan.

Menurut dokter Nataniel, aneka penyakit akan timbul karena obesitas seperti gangguan jantung,
hipertensi, stroke hingga diabetes melitus. Tak berhenti di situ ada juga asma, batu ginjal dan infeksi empedu.

“Salah satu risiko kegemukan yang membahayakan adalah perlemakan di hati. Keadaan ini akan membuat orang nantinya harus menjalani transplantasi hati,” ungkap dokter yang juga Dewan Penasihat Nutrisi Herbalife ini.

Selain itu, kegemukan hadirkan gangguan tidur atau sleep apnea. Kondisi ini akan membuat seseorang dalam satu kali tidur bisa empat ratus kali terbangun. Ketika terbangun saat tidur, ini akan membuat tubuh menjadi jauh lebih lelah dibandingkan kondisi saat sebelum tidur, ungkapnya.

“Kurang tidur akan menyebabkan produktivitas baik di tempat kerja atau sekolah terganggu. Selain itu, bagi yang mengendarai kendaraan akan meningkatkan risiko kecelakaan di jalan raya,” tambah dokter Nataniel.

Banyaknya dampak buruk yang disebabkan oleh kegemukan ini betul-betul mengkhawatirkan.

Karena itu, dokter Nataniel menyarankan agar Anda segera menjalani gaya hidup sehat, tidur cukup, dan mengonsumsi makanan kaya nutrisi termasuk sayur dan buah,juga mencukupi kebutuhan carian tubuh.

Mengatasi masalah obesitas atau kelebihan berat badan tak cukup hanya dengan pendekatan secara medis.
Pola pikir masyarakat mengenai orang bertubuh gemuk dan kurus harus diubah terlebih dahulu.

Selama ini sering kali kita dengar, orang yang mengalami penambahan berat badan secara drastis atau perut makin lama makin buncit setelah memiliki pekerjaan, menikah, kemudian punya anak dinilai memiliki uang banyak sehingga hidup makmur dan bahagia.

Sementara itu, orang yang tubuhnya kurus dinilai orang yang hidupnya susah dan banyak pikiran.

Sudut pandang tersebut bisa membuat seseorang nyaman dengan obesitas. Memiliki kelebihan berat badan pun akhirnya dirasa tak menjadi masalah. Padahal, ada masalah besar di balik kelebihan berat badan tersebut.

Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD mengatakan, masalah obesitas seharusnya dilihat dari sisi kesehatan.

“Masyarakat harus menganggap gemuk dan kurus ke dalam perspektif baru yang lebih sehat,” kata Dante

Sama halnya ketika anak yang sangat gemuk dinilai sebagai anak sehat dan diurus dengan baik oleh orangtuanya, sedangkan anak yang lebih kurus adalah anak yang tidak diurus oleh orangtuanya.

Padahal, jika dibiarkan, obesitas pada anak bisa berkembang hingga remaja dan dewasa.

Saat dewasa mereka akan lebih berisiko menderita penyakit jantung, diabetes, dan stroke. Ketiga penyakit tersebut berkaitan erat dengan obesitas. Bahkan, menurut penelitian, obesitas juga bisa memicu kanker.

Dante menjelaskan, banyaknya lemak di tubuh dapat menyumbat pembuluh darah sehingga menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Timbunan lemak dalam tubuh juga memicu resistensi insulin yang menyebabkan seseorang menjadi diabetes.

“Sel lemak menghasilkan substrat yang tidak menguntungkan. Sel lemak membuat metabolisme menjadi tidak normal,” terang Dante.

Tantangan lain dalam mengatasi obesitas adalah mengubah pola hidup masyarakat menjadi lebih sehat.

Seperti diketahui, masyarakat Indonesia biasa kosumsi makanan yang digoreng dan mengandung lemak tinggi.

Kemudian, di kehidupan modern saat ini, kegiatan olahraga di kalangan remaja hingga pekerja kantoran menjadi berkurang.

Obesitas sebenarnya bisa dicegah. Mengatur pola makan sehat dan rutin berolahraga seharusnya menjadi gaya hidup jika kita ingin memilih tubuh yang sehat dan tidak gemuk.

Tags : slide