close
Nuga Life

Pernikahan yang Buruk Ancam Kesehatan

Perjalanan pernikahan Anda berlangsung buruk?

Kalau jawaban iya, maka Anda perlu hati-hati dengan penyakit jantung.

Kerena  pernikahan yang  buruk bisa merusak  sistem kerja jantung

Sebuah studi terbaru menunjukan bahwa kualitas perkawinan yang memburuk akan meningkatkan risiko pria terserang penyakit jantung.

Penelitian ini berpedoman pada data yang telah terkumpul selama sembilan belas tahun terakhir.

Namun, riset tersebut juga mengungkap fakta bahwa pernikahan yang berjalan konsisten-baik konsisten buruk atau baik-tidak membahayakan bagi kesehatan.

Inilah sebabnya mengapa para pria yang dari awal tidak bahagia dengan pernikahannya justru berumur panjang.

Ian Bennett-Britton, peneliti dari Universitas Bristol, Inggris, mengatakan bahwa penelitan tentang hubungan antara pernikahan dan kesehatan ini dilakukan lebih seratus tahun  dari berbagai studi.

“Secara garis besar penelitian tersebut menunjukan bahwa pria dengan pernikahan yang berjalan inkonsisten sangat rentan kesehatannya dibanding pria yang memiliki pernikahan konsisten,” papar Ian.

Penelitian yang dilakukan Ian Bennert-Britton ini meneliti hubungan antara pasangan dan kesehatan dengan mempelajari enam ratus dua puluh data dari pria menikah yang telah memiliki anak.

Para peneliti menemukan bahwa pria yang pernikahannya semakin membaik memiliki tingkat kolesterol buruk atau LDL yang rendah dan Body Mass Index  atauIndeks Masa Tubuh atau status gizi yang rendah dibanding mereka yang pernikahannya konsisten, baik konsisten baik atau buruk.

Di lain pihak, pria yang kualitas perkawinannya memburuk, dalam jangka panjang diketahui memiliki tekanan darah yang tinggi.

“Perubahan kualitas hubungan pernikahan tampaknya berisiko terhadap jantung. Tapi bila sejak awal kondisinya memang sudah buruk, maka dampaknya lebih kecil,” tambah Ian.

Sampel penelitian ini memang relatif kecil dan wanita tidak termasuk di dalamnya.

Peneliti juga tidak memakai sampel pecandu alkohol dan perokok, yang notabene berkaitan erat dengan stres dalam pernikahan dan kesehatan jantung yang buruk.

Rahul Potluri, pakar jantung dan peneliti tentang pernikahan dari Universitas Aston, Inggris, mengatakan bahwa dampak hubungan yang tidak menentu bagi wanita, pecandu alkohol, dan perokok sangat sulit dipastikan.

“Ada kemungkinan pernikahan yang memburuk juga memperburuk kesehatan. Namun, kesehatan yang buruk juga bisa menyebabkan memburuknya pernikahan,” Tambah Rahut.

Berlainan dengan perkawinan yang bahagia.

Menurut sebuah penelitian terbaru, pasien kanker yang menikah cenderung lebih bertahan menghadapi penyakitnya

Masih ada beberapa keuntungan lain yang bisa kita dapatkan dari pernikahan yang bahagia.

Menurut penelitian di Finlandia, pernikahan akan mengurangi risiko serangan jantung pada pria dan wanita.

Hal ini diduga karena orang yang menikah pada umumnya secara finansial lebih stabil, punya gaya hidup sehat, dan ikatan sosial yang kuat.

Orang yang sudah menikah juga cenderung tidak lagi melakukan perilaku yang beresiko, seperti ugal-ugalan membawa kendaraan atau memakai narkoba.

Penelitian menunjukkan, keinginan seseorang untuk melakukan kebiasaan buruk juga akan berkurang setelah mereka punya pasangan hidup.

Mungkin karena mereka sadar saat ini sudah ada seseorang yang bergantung padanya. Perilaku pun jadi lebih bertanggung jawab.

Pria yang sudah menikah risikonya terkena stroke akan turun sampai enam puluh persen dibanding yang masih lajang.

Namun, manfaat penurunan risiko stroke itu akan lebih signifikan pada orang yang pernikahannya bahagia.

Selain itu mereka yang berpoligami juga rentang terkena serangan jantung.

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa pria yang berpoligami memiliki risiko empat kali lipat mengalami sumbatan pembuluh darah dibanding mereka yang hanya memiliki satu istri.

Kondisi ini membuat pria sangat rentan terkena serangan jantung.

Dr. Amin Daoulah, spesialis jantung dari rumah sakit King Faisal, Jeddah, Arab Saudi, mengatakan bahwa semakin banyak jumlah istri, maka risiko jantung koroner semakin besar.

“Penyebabnya adalah peningkatan beban rumah tangga, baik secara finansial maupun emosional,” tambah Daoulah.

Kondisi tersebut juga serupa dengan sebuah studi yang dipresentasikan pada Kongres Kardiologi Masyarakat Asia Pasifik 2015. Studi tersebut menyatakan bahwa semakin banyak istri, maka semakin tinggi risiko penyakit jantung.

Tapi, penelitian tersebut belum menemukan hubungan yang jelas antara poligami dengan penyakit jantung.

“Ada kemungkinan faktor lain yang tersembunyi, seperti tingkat keintiman dalam pernikahan, pola makan atau faktor genetik,” tambah Daolah.

Dilansir dari Journal of Biology Letters, separuh dari pria dan wanita yang terlibat dari hubungan monogami ke poligami memilih hubungan yang serius hanya dengan satu pasangan saja pada satu waktu.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa poligami mungkin masuk akal bagi pria dalam kerangka evolusi, tetapi tidak dengan wanita. Hal ini karena pria poligami dapat memiliki banyak anak dalam satu waktu, dibandingkan wanita yang hanya bisa memiliki satu anak dalam sembilan bulan.

Selain itu, poligami mungkin tidak terlalu bagus bagi pria karena terlalu banyak istri bisa meningkatkan potensi konflik intrapersonal dan membutuhkan banyak biaya.

Jurnal Philosophical Trannsaction 21012 dari Royal Society mempublikasikan fakta bahwa poligami menjadi hal yang wajar jika bertujuan untuk mengurangi tingkat kekerasan, kemiskinan, dan ketidaksetaraan gender.

Untuk menemukan hubungan antara poligami dan kesehatan, Daolah membentuk tim untuk meneliti sejumlah pria di Timur Tengah dimana poligami lebih diterima secara budaya.

Ketua European Society of Cardiology, Dr.Michel Komajda mengatakan bahwa fenomena tersebut berkaitan dengan tingkat stres.

“Stres jangka panjang dalam kehidupan rumah tangga juga meningkatkan risiko jantung koroner. Biasanya, orang yang mengalami masalah psikologis seperti ini enggan mengkonsumsi obat,” tambahnya.