close
Nuga Life

Betulkah Bekerja dari Rumah Lebih Bahagia

Kini, seperti ditulis laman situs “worker exchange,” muncul kecenderugan dari sejumlah perusahaan yang membolehkan karyawannya bekerja dari rumah.

Lantas, betulkah bekerja dari rumah membuat hidup lebih bahagia?

Atau, justru sebaliknya?

Dari informasi yang dhimpun, terungkap bahwa bekerja dari rumah merupakan hal baik bagi para karyawan.

Kualitas hidup mereka diyakini meningkat setelah bekerja dari rumah.

Dampak utama yang dirasakan adalah pengurangan tingkat stres.

Ya, dengan bekerja dari rumah memungkinkan kondisi yang lebih tenang, senang, maupun nyaman.

Hal yang mungkin sulit didapatkan ketika bekerja dalam kantor dengan banyak orang.

Efek lain bekerja dari rumah adalah membaiknya tingkat kesehatan.

Dengan bekerja di rumah sendiri, seseorang dapat bergerak lebih aktif dan leluasa.

Termasuk, kebebasan mengontrol kondisi ruangan kerja, seperti suhu udara maupun kondisi cahaya.

Hal tersebut didukung pula oleh riset terkini dari Stanford School of Business, yang menyebutkan mayoritas pekerja dari rumah memiliki absen sakit lebih sedikit dari mereka yang bekerja di kantor.

Lebih lanjut, seperti ditulis dalam artikel tersebut, bekerja dari rumah membuat seseorang lebih konsentrasi bekerja karena gangguan yang lebih sedikit.

Maka dari itu, pekerjaan lebih cepat terselesaikan dan bisa menyisakan waktu produktif untuk urusan lainnya.

Bekerja dari rumah juga diyakini menciptakan kehidupan yang seimbang antara urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Paling tidak, survei terbaru Telework Research Network mengonfirmasi hal tersebut.

Telework Research Network mengatakan, sebanyak empat dari lima responden pekerja rumahan merasa hidup mereka seimbang antara kehidupan pribadi dengan profesional. Utamanya, tersedia waktu lebih banyak untuk keluarga.

Lingkungan pekerjaan yang membuat seseorang lebih dekat dengan keluarga, tentu saja menggembirakan bagi mereka yang telah memiliki pasangan atau anak.

Kemacetan yang menghabiskan waktu tak lagi jadi hambatan dengan bekerja dari rumah.

Selain hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, keuntungan lain bekerja dari rumah adalah keuangan yang lebih terkontrol. Secara otomatis, pengeluaran Anda per bulannya dapat lebih sedikit dibandingkan saat harus bekerja di kantor.

Pertama, Anda tak perlu mengeluarkan biaya transportasi atau parkir. Selain itu, Anda juga dapat menghemat biaya makan siang dengan mengonsumsi makanan di rumah.

Namun, terlepas dari penghematan tersebut, sesungguhnya ada aspek lain yang perlu diwaspadai.

Kondisi aktivitas terus-menerus di rumah berpotensi membuat tagihan listrik Anda membengkak.

Itu seiring meningkatnya konsumsi alat-alat elektronik penunjang aktivitas Anda, seperti misalnya pendingin udara maupun kulkas untuk menyimpan camilan.

Maka dari itu, kehadiran alat elektronik yang berkualitas dan ramah lingkungan dibutuhkan. Terutama, alat elektronik dengan inovasi daya listrik rendah.

Nah, agar tak menyesal di kemudian hari, ada baiknya Anda mulai berpikir untuk menggunakan alat-alat elektronik yang mendukung efisiensi energi tersebut.

Melalui fitur inverter dan econavi, konsumsi energi di rumah menjadi lebih irit.

Dengan begitu, bekerja di rumah membuat kualitas hidup Anda meningkat lebih baik sekaligus tak perlu lagi waswas dengan lonjakan tagihan listrik.

Bahagia diraih, kantong pun tak mudah jebol. Let’s live life better!

Perkembangan zaman dan teknologi memberikan perubahan pada budaya kerja.

Sebagian orang sukses dengan pekerjaan paruh waktu bekerja dengan konsep musiman, dan bekerja rutin setiap hari dari pagi hingga senja.

Lalu, siapakah karyawan yang paling berbahagia dan berpotensi lebih sukses?

Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Journal of Personality menemukan bahwa karyawan yang bekerja rutin selama lebih kurang delapan jam sehari lebih bahagia.

Selain itu, tipe karyawan yang demikian berpotensi meraih sukses lebih tinggi, ketimbang karyawan lepasan dan musiman.

“Karyawan yang dengan waktu kerja rutin memiliki karakter optimis, disiplin, efisien, punya rencana, dan kompeten,” jelas Scott Barry-Kauffman, rekan penulis studi.

Karyawan dengan gaya kerja industrial, kata Barry-Kauffman, bekerja lebih keras, fokus, dan mempunyai sifat positif saat mengatur rencana.