close
Nuga Life

Banyak Wanita Yang Tak Menikmati Seks

Anda percaya banyak wanita yang tidak menikmati aktivitas seksual bersama pasangannya?

Menurut laporan Dr Rajan Bhonsle, ahli terapik seks di sebuah rumah sakit terkenal di India, seperti yang ditulis “time of india,” Jumat 16 Oktober 2015, itu bisa terjadi karena mereka pernah punya pengalaman traumatis mengenai seks.

Rasa sakit pada malam pertama bahkan menjadi mitos yang diturunkan dari ibu ke anaknya, atau menjadi diskusi seru diantara kaum hawa. Tapi, apa sebenarnya yang menyebabkan seks menjadi pengalaman traumatis bagi wanita?

“Ada banyak hal yang menyebabkan wanita kurang menikmati aktivitas seksual yang akhirnya berujung jadi pengalaman traumatis,” ujar Dr Rajan Bhonsle.

Umumnya, pengalaman traumatis itu berkaitan dengan rasa sakit yang dirasakan wanita.

“Rasa sakit itu tidak tertanggungkan bagi beberapa wanita, membuat mereka mengasosiasikan seks dengan rasa sakit,” ujar Bhonsle.

Trauma yang dirasakan saat pertama kali berhubungan seks tersebut dinamakan vaginusmus.
Berawal dari kondisi psikologis, vaginusmus berkembang menjadi kondisi fisik yang membuat wanita fobia seks.

Kondisi vaginusmus berarti otot-otot vagina secara refleks menegang dan mencegah terjadinya penetrasi. Semakin dipaksakan, otot akan semakin tegang dan semakin hebat rasa sakit yang dirasakan wanita.

Faktor lain karena wanita kurang paham soal kepuasan seksual atau orgasme. “Seringkali wanita tidak tahu menahu apakah mereka merasa puas secara seksual atau tidak,” papar Bhonsle.

Imbasnya, wanita secara otomatis menerima bahwa seks memang seharusnya menyakitkan dan hidup dengan itu. Lama kelamaan, ujar Bhonsle, hal itu justru jadi bumerang karena wanita akan perlahan mundur dari aktivitas seksual bahkan menolak seks sama sekali.

Mengatasinya, Bhonsle menambahkan, diperlukan terapi konseling, yang bisa menemukan akar ketakukan wanita terhadap seks.

Dari situ, pasangan bisa memperbaiki keintiman mereka sehingga seks jadi aktivitas yang menyenangkan.

Solusi lain, pria harus lebih bersabar dan memperpanjang permainan awal alias foreplay, sehingga wanita bisa mengasosiasikan seks dengan hal menyenangkan.

“Cumbuan dan rayuan di atas ranjang, begitu juga dengan beragam permainan awal, bisa jadi solusi tepat untuk mengatasi trauma seksual,” kata Bhonsle.

Bhonsle juga mengingatkan ucapan tabib ternama dari Yunani, Galen, yang pernah menulis,” Semua hewan selalu merasa bersedih setelah bercinta kecuali wanita dan ayam jago.”

Faktanya perasaan melankolis setelah bercinta bukan perkara jarang terjadi pada wanita seperti yang dipikirkan sebagian orang.

Ahli medis masa kini menyebut kondisi ini sebagai Post-coital Dysphoria

Sebuah penelitian kesehatan seksual malah menyebutkan hampir separuh dari populasi perempuan yang diteliti atau 46 persen, menyatakan pernah mengalami PCD.

Penelitian dengan narasumber para mahasiswi sebuah universitas Inggris itu menyatakan setidaknya mengalami sekali seumur hidupnya.

Mengutip dari Independent, hasil penelitian tersebut dipublikasikan di Journal of Sexual Medicine pekan ini.

Lebih lanjut disebutkan lebih dari lima persen dari 230 responden penelitian yang dilakukan secara online itu menyebutkan gejala PCD terjadi beberapa kali dalam empat minggu terakhir.

Namun tampaknya penelitian itu tidak menemukan hubungan antaa PCD dengan keintiman dalam hubungan.

Berbagai studi sebelumnya menunjukkan bahwa sepuluh persen dari perempuan mengalami apa yang disebut dengan ‘post-sex blues’ atau PCD ini setelah berhubungan seksual.

Karakter kondisinya di antaranya adalah perasaan ingin menangis hingga menangis, kecemasan, perasaan bergejolak, perasaan melankolis atau depresi, hingga perasaan ingin menyerang.

Sementara dalam penelitian lain yang dilakukan di Australia dan dipublikasikan di International Journal of Sexual Health pada empat tahun lalu, disebutkan sepertiga wanita yang diteliti merasakan depresi bahkan setelah mengalami hubungan seks yang memuaskan.

Para peneliti dari Queensland Institute of Technology yang meneliti PCD diawal, berteori bahwa perubahan hormonal yang terjadi selama orgasme, juga bisa memicu rasa sakit kepala pasca hubungan seksual.

Peneliti kepala Dr. Robert Schweitzer dari QUT’s School of Psychology and Counseling, mengatakan temuan itu dibangun diatas penelitian sebelumnya, “yang menyelidiki korelasi antara fungsi-fungsi seksual pada wanita.”

“Hasil dari penelitian kami pada bidang ini telah dikonfirmasi oleh penelitian ilmiah pada jenjang antar negara tentang emosi negatif usai bercinta, yang tampaknya memiliki fungsi evolusi,” kata Schweitzer.