close
Nuga Life

OR Plus Makan Sehat untuk Obesitas

Anda ingin mengatasi kegemukan?

Kalau jawabannya  iya, laman situs “livescience” hari ini, Selasa menulis sebuah tip bahwa  obesitas lebih rentan dialami mereka yang sering mengonsumsi makanan tinggi kalori dan minuman manis.

Lantas bagaimana dengan rajin berolahraga?

Olahraga  saja, tanpa diimbangi dengan pola makan sehat, tak cukup untuk membantu mengatasi kegemukan, tulis “livescience.”

Masih menurut laman situs kesehatan itu, ada kesan , selama ini kurang bergerak dianggap sebagai penyebab semakin banyaknya jumlah orang yang kegemukan.

Padahal, jumlah asupan kalori setiap hari jauh lebih penting.

Dalam studi terbaru yang dilakukan Lara Dugas dari Loyola University Chicago Stritch School of Medicine disimpulkan, durasi olahraga perminggu tidak berpengaruh besar pada pengendalian berat badan.

Malah, sebagian orang yang berolahraga lebih banyak justru mengalami kenaikan berat badan dalam dua tahun periode penelitian.

“Aktivitas fisik tidak cukup untuk mencegah kenaikan berat badan,” kata Dugas.

Penelitian yang dilakukan Dugas melibatkan dua ribuorang di Amerika Serikat, Ghana, Afrika Selatan, Jamaica, dan Sychelles.

Dugas mengatakan, aktivitas olahraga cenderung meningkatkan nafsu makan.

Meski demikian, bukan berarti kita perlu berhenti olahraga.

Rutin berolahraga akan meningkatkan kebugaran, memperbaiki mood, serta mencegah penyakit.

Masih dalam penelitian yang sama, ternyata otak bisa mendapat manfaat dari kebiasaan olahraga.

Sel-sel saraf di otak terbukti bisa dipacu pertumbuhannya lewat olahraga.

Lansia yang rajin olahraga terbukti bisa menjawab tes psikologi dengan lebih baik.Sebagian besar orang memiliki jumlah sel saraf yang konstan saat dewasa.

Ketika bertambah tua, sel-sel saraf perlahan mati.

Sampai pertengahan tahun sembilan puluhan para ilmuan berpikir bahwa kehilangan sel-sel saraf di otak itu tak mungkin tergantikan.

Namun, percobaan pada hewan membalikkan asumsi itu dan membuktikan bahwa neurogenesis di otak dapat dipacu lewat olahraga.

Penelitian yang diterbitkan dalam Proceeding of the National Academy of Sciences menerapkan prinsip tadi pada manusia.

Setelah berolahraga selama tiga bulan, semua responden tampak memiliki tunas-tunas sel saraf baru.

Yang paling banyak adalah yang melakukan olahraga kebugaran kardiovaskular. Ini juga dipercaya merupakan hasil pengubahan stem cell atau sel punca menjadi sel-sel saraf yang fungsional.

“Sangat menarik untuk melihat efek olahraga terhadap manusia untuk pertama kalinya,” ujar Scott Small, ahli ilmu saraf dari Columbia University Medical Center, yang juga menulis laporan bersama Fred Gage dari Salk Institute Neurobiologi.

Langkah pertama untuk memahami proses itu adalah dengan mencari tahu sel otak mana yang baru tumbuh dan apakah itu bagian otak yang perlu diremajakan.

Dalam eksperimen Small dan Gage, sel-sel saraf baru tumbuh di bagian otak yang berfungsi mengatur pembelajaran dan memori.

Daerah ini membantu otak mencocokkan nama dan wajah, satu keterampilan yang sangat mungkin berkurang ketika kita beranjak tua.

Olahraga tampaknya merestorasinya menjadi lebih sehat dan muda. “Ini bukan soal memperlambat proses penuaan, tetapi mengembalikan kemudaan,” kata Arthur Kramer, psikolog dari University of Illinois, AS.

Hasil penelitian Kramer juga menunjukkan efek pada frontal lobes, bagian otak yang melakukan tugas eksekutif seperti membuat keputusan, merencanakan dan melakukan banyak pekerjaan.

Dengan teknologi pemindaian, ia menemukan frontal lobes membesar karena olahraga.

Dalam banyak penelitian sebelumnya ditemukan pria dan wanita usia enam puluhan hingga tujuh puluhan tahun yang rajin jalan kaki atau olahraga aerobik lain mengalami perbaikan fungsi luhur.

Mereka berhasil menjalani tes psikologi dengan baik, menjawab lebih banyak pertanyaan dengan akurat dan cepat.

Tags : slide