close
Nuga Sehat

Nonton TV? Awas Penurunan Kesuburan

Apa ada kaitan keranjingan nonton televisi seorang lelaki dengan tingkat kesuburannya?

Jawabannya, ada.

Dan itulah hasil penelitian para ahli dari Universitas Copenhagen, Denmark.

Para ahli itu  meneliti lebih dari seribu dua ratus lelaki  sehat untuk mengetahui kaitan antara gaya hidup kebanyakan duduk dengan kesuburan.

“Menonton serial televisi  sebaiknya tetap dibatasi durasinya jika Anda peduli pada kesuburan,” saran para ahli itu seperti yang dikutip oleh “dailymail,” Selasa, 16 Agustus 2016.

Penelitian menyimpulkan, menonton TV lebih dari lima jam sehari bisa mengurangi jumlah sperma sampai sepertiganya.

Lelaki  yang kebanyakan nonton televisi memiliki jumlah sperma sekitar tiga puluh tujuh  juta permilimeter cairan, sedangkan pada yang jarang nonton TV jumlah spermanya mencapai lima puluh dua juta.

Selain itu, para pria yang senang bersantai di depan TV juga memiliki hormon testosteron lebih rendah. Padahal, hormon ini dibutuhkan tubuh untuk memproduksi sperma.

Kabar baiknya, duduk di depan komputer tidak memberi efek yang sama.

Hal ini kemungkinan karena mereka yang hobi menonton TV juga punya kebiasaan jarang olahraga atau makan tidak sehat.

Sebelumnya para ahli menyebut celana dalan yang sempit dan varises menjadi sebab utama tingkat kesuburan lelaki ambruk.

Mengenakan celana dalam sempit akan membuat infertilitas menurun. Dan ini terkait kesuburan, terkait dengan kualitas spermanya.

Ahli kesuburan, profesor Allan Pacey mengatakan, pria sebaiknya menghindari penggunaan celana ketat, terutama mereka yang mendekati usia empat puluh  tahun jika ingin memiliki keturunan.

Penelitian dari Universitas Sheffield menunjukkan, kualitas sperma pria secara signifikan akan menurun setelah usia empat puluh tahun.

Padahal, usia seorang pria menjadi ayah pertama dari tahun ke tahun semakin tua, yaitu tiga puluh dua tahun untuk zaman modern ini.

Pacey mengungkapkan, saat ini memang ada metode pembekuan sperma pada pria muda yang ingin menunda memiliki keturunan.

Namun, menurut para ahli, kualitas sperma bisa menurun selama pembekuan.

“Saya selalu mengatakan kepada mereka, Anda lebih suka memiliki stroberi segar atau stroberi beku?” kata Pacey.

Ia pun menyarankan pria maupun wanita tidak menunda memiliki anak setelah menikah.

Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi Gillian Lockwood, penggunaan celana ketat pada pria mengikuti perkembangan kehidupan modern. Studi terhadap  dua ribu lima ratus  pria di Inggris menunjukkan, pemakaian celana ketat menjadi faktor risiko tinggi masalah infertilitas, selain merokok dan banyak minum alkohol.

Penggunaan celana terlalu ketat pada pria, termasuk celana dalam, dapat membuat suhu testis meningkat. Padahal, untuk menghasilkan sperma berkualitas, suhu testis harus lebih rendah dari suhu inti tubuh.

Testis merupakan organ yang memproduksi sel sperma.

Oleh karenanya, gangguan pada bagian tubuh ini tentu berpengaruh besar pada kesuburan.

Salah satu gangguan yang banyak terjadi pada testis adalah varikokel.

Varikokel atau pelebaran pembuluh darah vena di testis merupakan salah satu penyebab ketidaksuburan pada pria. Sayangnya, kondisi ini tidak menimbulkan gejala sehingga sering tidak disadari.

Varikokel pada dasarnya mirip dengan varises pada kaki, tetapi terjadi pada pembuluh darah vena di kantung pembungkus testis.

Pelebaran pembuluh darah itu akan menyebabkan sisa-sisa metabolisme berkumpul di dekat testis sehingga meracuni produksi sperma atau spermatogenesis.

Sehingga menyebabkan kualitas sperma yang diproduksi tidak sempurna, baik bentuk, gerakan, atau jumlahnya

Hampir sembilan puluh  persen pria dengan kondisi varikokel tidak mengalami keluhan apa pun.

Mereka baru sadar bermasalah karena tidak punya-punya anak. Setelah dilakukan analisa sperma ternyata kualitas sperma buruk dan diperjelas dengan USG skrotum baru terlihat adanya varikokel

Meski pun penyebab pasti varikokel belum jelas, tetapi kondisi tersebut bisa diatasi dengan melakukan pembedahan.

Tujuh puluh  persen pria yang menjalani pembedahan mengalami perbaikan kualitas sperma.

Selain itu, framentasi DNA pada sel sperma juga membaik sehingga peluang untuk keberhasilan pembuahan lebih besar.