close
Nuganomics

Harga Emas Global Alami Tren Menaik

Harga emas di pasar spot, sejak dua pekan terakhir, mengalami kenaikan setiap hari sejak para pembuat kebijakan di Bank Sentral AS memangkas proyeksi mereka mengenai pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.

Dengan pemangkasan tersebut, kemungkinan besar kenaikan suku bunga acuan tidak akan dilakukan dalam waktu dekat ini.

Dalam penutupan perdagangan, Rabu waktu Ne York, atau Kamis pagi WIB, 26 Maret 2015, harga emas ditutup dengan membukukan reli terpanjang sejak Agustus 2012.

Reli tersebut dipengaruhi sentimen dari Bank Sentral Amerika Serikat yang masih akan menahan suku bunga di level rendah untuk waktu yang lebih lama.

Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuan yang merupakan tanda bahwa pelonggaran stimulus moneter telah dihentikan jika data-data ekonomi seperti angka pengangguran dan juga inflasi sudah sesuai dengan target yang mereka tentukan.

Harga emas untuk pengiriman segera naik dan menetap di level US$ 1.195,47 per ounce di New York, AS.
Menurut data yang dirilis situs “Bloomberg”, harga logam mulia ini sempat mencapai level US$ 1.199,81, merupakan level tertinggi sejak 06 Maret lain dan naik empat persen dalam enam sesi perdagangan.

Harga emas berjangka untuk pengiriman Juni menetap di level US$ 1.198 per ounce di Comex New York, AS.

“Masih terlalu dini untuk menyimpulkan harga emas akan terus memgalami reli yang panjang. Namun dari penurunan nilai tukar dolar AS saat ini menunjukkan bahwa harga emas akan terus naik,” tutur Kepala Riset Pension Partners LLC, Charlie Bilello.

Harga emas memang selalu berlawanan arah dengan nilai tukar dolar AS.

Komoditi ini akan tertekan jika dolar AS menguat dan sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena emas menjadi instrumen investasi lindung nilai di saat nilai tukar melemah.

“Pelaku pasar melihat bahwa kenaikan suku bunga akan dilakukan pada September atau Oktober mendatang. Artinya harga emas masih akan menarik sampai saat itu,” tambahnya.

Saat ini, harga emas sangat tergantung dengan data-data yang dikeluarkan oleh pemerintah AS. Jika data tersebut mengalami perbaikan maka dolar AS akan menguat sehingga menekan harga emas. Sebaliknya, jika data memburuk maka dolar AS akan melemah dan harga emas akan menguat.

Harga emas terus mendapat support di pasar, di tengah meningkatnya kekhawatiran pertumbuhan ekonomi AS.

Prospek pertumbuhan yang memburuk dan tingkat inflasi yang masih lemah telah mengayunkan ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan sedikit lebih lama.

Data pesanan barang tahan lama AS terlihat turun di bulan Februari. Data tersebut jauh di bawah ekspektasi plus.

Berita buruk seperti ini biasanya akan dipandang sebagai kabar baik bagi investor saham, karena bertambahnya kepercayaan bahwa the Fed tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

Namun kali ini, pergerakan saham sebenarnya memperlakukan berita tersebut sebagai berita buruk. Pada saat ini pergerakan indeks saham Dow Jones telah turun lebih dari 200 poin.

Pasar akan terus melihat aliran uang yang cukup stabil ketika investor mulai memindahkan uang dari pasar saham dan masuk ke dalam pasar emas.

Gejolak terbaru pada pergerakan saham mungkin akan memberikan sinyal karena pada saat yang sama, indeks Dow sedang berjuang untuk bertahan di atas level 18.000 dan membuat menarik minat beli emas ketika berada di bawah harga USD 1200 per troy ounce.

Aksi sell-off di pasar saham AS dan pemulihan harga minyak mentah serta sentimen umum di pasar emas telah memberikan gambaran harga psikologis penting.

Emas yang biasanya bergerak ke arah yang berlawanan telah menunjukkan beberapa kekuatan terhadap penguatan dolar yang merajalela pada tahun ini. Logam emas tidak ‘sepenuhnya tersandera’ oleh perkembangan moneter.

Greenback tergelincir lebih jauh terhadap mata uang utama dunia di belakang komentar dovish Federal Reserve AS dan keraguan tentang kekuatan ekonomi AS yang mengarah pada kemungkinan waktu kenaikan suku bunga.

sumber : bloomberg, logam mulia.com dan reuter