close
Nuganomics

Emas Terus Mengalami Terjun Bebas

Setelah bertahan selama dua pekan dengan harga Rp 547.000 per gram, hari ini, Senin, 10 Agustus 2015, harga jual emas batangan milik PT. Aneka Tambang Tbk, atau Antam, melorot lagi sebesar Rp 1.000 per gram, dan berada di posisi Rp 546.000 per gram

Melorotnya harga ini secara terus menerus menyebabkan harga emas, baik yang di perdagangkan Antam maupun para pedagang emas menjadi laris manis di borong oleh para pembeli.

Berlainan dengan harga jual yang melorot, harga pembelian kembali atau dikenal dengan buyback logam mulia Antam t naik Rp 1.000 menjadi Rp 468 ribu per gram.

Artinya, jika Anda menjual emas yang dimiliki maka Antam akan membelinya di harga Rp 468 ribu per gram.
Antam menjual ukuran emas dari satu gram hingga 500 gram. Hingga menjelang siang WIB, sebagian besar ukuran masih tersedia. Hanya emas ukuran 250 gram yang ludes terjual.

Mengingat tingginya animo masyarakat, transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke Antam dibatasi hingga maksimal seratus lima puluh nomor antrean per hari.

Bersamaan dengan jatuhnya harga emas domestik, harga emas di pasar internasional juga terus merosot.
Marketing Manager Logam Mulia Antam, Agung Kusumawardhana menjelaskan, turunnya harga emas Antam justru dimanfaatkan masyarakat untuk memborong logam mulia yang dijual perusahaan tambang pelat merah itu.

“Sekarang beli, sebab ada kemungkinan harga naik lagi. Analis perkirakan kuartal tiga paling rendah, nanti kuartal empat harga akan rebound lagi harga” kata

Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk, Tedy Badrujaman sebelumnya mengatakan, “Penjualan bersih emas masih tetap menjadi penyumbang terbesar dalam pendapatan ANTAM.”

Tedy mengungkapkan, Antam mencatat penjualan bersih sebelum diaudit naik tajam dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. “Peningkatan penjualan disebabkan oleh peningkatan tajam jumlah pembeli emas,” tutur Tedy.

Emas sebagai instrumen investasi tengah mengalami masa buruk. Harga emas diperkirakan akan terus merosot hingga di bawah US$ 1.000 per ounce untuk pertama kalinya sejak enam tahun lalu.

Georgette Boele dari ABN Amro Bank dan Robin Bhar dari Societe Generale meramal harga emas akan mendekati US$ 1.000 per ounce pada Desember 2015.

Bukan tanpa alasan, ada sejumlah faktor yang membuat harga emas terus anjlok.

Bank Sentral AS atau The Fed akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya setelah hampir satu dekade. Hal ini menunjukkan risiko resesi negara dengan perekonomian terbesar itu telah berkurang.

Kesepakatan nuklir Iran telah mengurangi konflik Timur Tengah dan Yunani mampu menghindari gagal bayar atau defaul). Berkurangnya risiko geopolitik membuat investor menjual emas.

Mulanya, melesatnya perekonomian China membuat permintaan emas menjadi besar. Namun perekonomian Negeri Tirai Bambu tersebut tengah lesu dalam semester I 2015. Jadi, dengan permintaan yang melemah sekitar 24 persen membuat harga emas tergelincir.

Seperti halnya minyak mentah, emas juga dihargai dengan dolar AS. Penguatan dolar mengacu pada melemahnya harga emas. Sebab, permintaan terhadap emas dari pembeli yang memegang mata uang lain akan berkurang dan hal ini menekan harga emas.

Dengan stabilisasi ekonomi , dolar AS akan menguat dari mata uang lainnya. Ini artinya, emas akan terus terpuruk.

Emas merupakan alat lindung terhadap inflasi. Kebijakan uang mudah setelah krisis 2008 menyebabkan kekhawatiran tingginya inflasi. Akan tetapi, inflasi AS, Jepang dan Eropa justru rendah. Investor kini enggan membeli emas.

Setelah AS memasuki resesi tahun 2008, harga emas terus mengalami kenaikan sampai US$ 1.900 per ounce hingga akhir 2011. Kemudian harganya mendatar. Analis sedang mencari dukungan untuk menaikkan harga emas di atas US$ 1.000, jika gagal akan tersungkur lagi ke US$ 700.

Emas tidak memperoleh bunga atau dividen. Jika AS menaikkan suku bunga, maka pendapatan dari obligasi AS akan naik. Hal itu, membuat investor bersiap untuk beralih dari emas ke obligasi.

Secara tradisional antara pembeli terbesar, bank sentral terutama dari negara berkembang telah menurun. Mereka melakukan pencegahan penguatan dolar untuk menahan arus keluar setelah AS menaikkan suku bunga.

Tags : slide