close
Nuga Tekno

“Sebentar” Lagi Era Internet of Things, IoT.

Catat. Lima tahun lagi era Internet of Things atau dikenal dengan sebuatn Iot, akan merambah dunia yang menyebabkan manusia menempati posisinya sebagai subjek yang mengontrol benda-benda di sekelilingnya lewat aplikasi internet

Era IoT, diyakini oleh para pakar, semua benda akan saling terhubung, dan untuk mengimplementasikan konsep itu, dibutuhkan integrasi yang mumpuni antara layanan internet, penyimpanan data dan objek fisik sepertimobil, sensor, lampu, perabot rumah tangga.

Langkah menuju kea rah sana sudah dimulai pekan ini ketika Amazon Web Services meluncurkan fitur teranyar bertajuk “AWS IoT” untuk mempermudah integrasi tersebut.

“AWS IoT memungkinkan keseluruhan ekosistem vendor, penyedia internet dan pengembang aplikasi untuk terkoneksi dengan cloud sehingga pengembangan produk dan analisis data bisa lebih mudah,” kata CTO Amazon Werner

Koneksi antar miliaran perangkat dengan triliunan arus pesan, kata Vogels, mampu diakomodir oleh AWS IoT.

Dengan begitu, vendor cukup mengatur interaksi seperti apa yang hendak dibangun antara satu perangkat dengan perangkat lainnya, serta antara perangkat dengan aplikasi yang dijalankan manusia.

Untuk mempermudah analisis data perangkat, AWS IoT punya fitur yang disebut “Shadow”.

Fitur tersebut mampu merekam kondisi perangkat agar aplikasi yang menjalankannya bisa menghimpun data untuk analisa lebih lanjut.

Saat perangkat offline, Shadow tetap bisa bekerja. Saat ini, AWS IoT masih dalam bentuk beta. Versi finalnya akan tersedia beberapa minggu mendatang.

Esensi dari layanan itu adalah ketidakhadiran perangkat fisik dalam pemrosesan data.

Prinsip itu yang selama ini ditekankan Amazon Web Services dalam berbagai kesempatan, pun terlihat pada produk-produk yang dihasilkan.

Namun, kini AWS melanggar “hakikat” tersebut dengan meluncurkan perangkat fisik pertamanya bertajuk “Snowball”.

“Kali ini kami ingin berpikir inside the box (masuk ke dalam kotak),” kata Senior Vice President AWS Andy Jassy.

Secara harfiah, Snowball memang berbentuk kotak. Lebih tepatnya menyerupai koper. Perangkat tersebut dirancang untuk memindahkan data berukuran besar dari pusat data ke sistem cloud AWS dalam waktu singkat.

Sebuah Snowball diklaim mampu memindahkan data dalam waktu kurang dari sehari. Itu belum termasuk pengiriman Snowball dari database AWS ke perusahaan, juga sebaliknya.

“Semua tergantung jasa pengantarannya. Bisa satu hari, dua hari atau mungkin paling lama lima hari,” kata Chief Evangelist AWS Jeff Barr

“Dengan kecepatan internet tinggi, pemindahan data besar secara online tetap sulit. Apalagi jika koneksi internet buruk, pemindahan data akan memakan waktu lebih lama dari seharusnya,” Barr menjelaskan.

Untuk memindahkan data lewat Snowball, perusahaan atau pengembang cukup mengakses “AWS Management Console”.

Dari situ, pengguna bisa memesan satu atau beberapa perangkat Snowball sekaligus, tergantung seberapa banyak data yang hendak dipindahkan.

Setelah pemesanan diterima, AWS akan mengirimkan Snowball ke perusahaan.

Selanjutnya, perusahaan cukup menghubungkan Snowball dengan jaringan internal, mengkonfigurasi alamat Internet Provide dan memindahkan semua data yang dibutuhkan.

“Dengan koneksi internal perusahaan, transfer data akan jauh lebih cepat ketimbang lewat jaringan internet bebas,” kata Barr.

Setelah data terpindah, Snowball menjamin keamanan data dengan sistem. Pencurian data atau manipulasi data yang tak diinginkan, kata Barr, akan sulit dilakukan oleh para peretas.

Selanjutnya Snowball akan dikirim kembali ke AWS. Jika data telah masuk ke Simple Storage Service pada layanan AWS, perusahaan atau pengembang akan diberitahu melalui notifikasi di AWS Simple Notification Service .

Snowball dilengkapi dengan Kindle pada sisi kanannya untuk memantau proses pemindahan data.

Belum jelas kapan koper pintar tersebut bakal diboyong ke Indonesia. AWS juga belum mau mengungkap berapa jumlah perangkat Snowball yang saat ini dimiliki

Tags : slide