close
Nuga Tekno

Junjung Etika Sebelum Komplain di Medsos

Komplain atau mengeluh di akun media sosial pribadi tentu sah-sah saja.

Namun, seperti komplain di dunia nyata, mengeluh di dunia maya juga ada etikanya agar tidak membuat orang lain risih. Ingat, segala cuitan atau tulisan Anda yang terbit di internet dapat diakses oleh banyak orang.

Terlebih jika komplain yang Anda maksud ditujukan untuk orang atau kelompok tertentu, baik secara langsung maupun tidak. Agar Anda menjadi warganet panutan, berikut panduan etika komplain di media sosial yang sebaiknya tidak diabaikan.

Sebelum cepat-cepat pencet “tweet” atau “post”, coba cek lagi tulisan Anda. Sudahkah cara komplain Anda di media sosial sejalan dengan etika di bawah ini?

Jika Anda ingin komplain tentang produk atau layanan jasa tertentu, tidak perlu marah-marah sendiri di linimasa Anda. Tujuan Anda komplain tentu untuk mendapat tanggapan dari pihak yang bersangkutan, bukan?

Maka daripada “bicara sendiri” dan tidak mendapat solusi, langsung saja utarakan keluhan Anda pada akun media sosial pihak atau perusahaan terkait.

Tidak sedikit, kok, perusahaan yang memiliki akun resmi untuk menjawab komplain setiap konsumen atau pelanggannya. Namun ingat, sampaikan dengan kata-kata yang sopan saat komplain di media sosial.

Jangan terburu dibutakan emosi dan melampiaskannya dengan kata-kata kasar.

Jika keluhan Anda disampaikan dengan sopan, pihak terkait pun akan menghargai Anda dan cepat menanggapinya.

Apabila pengalaman belanja online Anda tidak memuaskan atau wujud barangnya tidak sesuai ekspektasi, Anda bisa menuliskan ulasan langsung di laman toko tersebut.

Misalnya pada keterangan produk tertulis bahan baju tersebut tidak tembus pandang, tapi setelah sampai dan Anda coba justru terlihat menerawang.

Nah daripada ngomel-ngomel sendiri, tuliskan dengan rinci apa yang menjadi masalahnya di bagian review. Namun ingat sekali lagi, komplainlah dengan sopan.

Dilansir dari Women’s Health, sekitar 88% konsumen baru mengandalkan ulasan online sebelum membeli sebuah produk. Maka biasanya penjual cenderung lebih responsif menanggapi komplain dan keluhan para pelanggannya.

Memang puas rasanya meluapkan emosi saat marah. Namun ketika kesal pada teman, pekerjaan, pacar, atau mungkin keluarga sebaiknya tidak perlu diumbar di media sosial.

Komplain “panas” di media sosial, tentang apa pun itu, akan memancing  perhatian. Selain menularkan energi negatif kepada yang membaca, Anda juga perlu ingat bahwa apa yang Anda keluhkan di dunia maya bisa jadi bumerang di kemudian hari.

Terutama jika si target komplain itu sendiri yang membaca curhatan Anda.

Ingat, bagaimana cara Anda menggunakan media sosial secara tidak langsung mencerminkan seberapa baik etika Anda bersosialisasi di dunia nyata.

Lagipula, masalah apa pun yang kelihatannya gawat saat ini mungkin tidak seperti itu besok.

Berdebat di media sosial boleh-boleh saja. Setiap orang pasti punya sudut pandang yang berbeda dalam melihat suatu hal.

Namun, jika ingin memberi komentar atau komplain yang cukup pedas di media sosial, jangan abaikan etika yang ada meski tidak tertulis.

Sebaiknya jangan perlu menyampaikan komplain di kolom komentar yang bisa dilihat publik meski Anda sangat emosi. Cukup dekati rekan Anda melalui fitur pesan pribadi dan utarakan dengan bahasa yang sopan.

Pasalnya, komentar atau keluhan pedas yang “nangkring” di kolom publik bisa memicu reaksi yang lebih besar dari orang-orang sekitar. Akibatnya, hal ini justru bisa memicu perdebatan yang lebih sengit.