close
Nuga Tekno

Instagram Terus Uji Coba Fitur Barunya

Instagram dikabarkan tengah menguji coba sejumlah kemampuan baru untuk fitur-fitur yang sudah ada seperti Boomerang dan Layout untuk Stories.

Kedua fitur ini hanya satu dari sejumlah fitur yang tengah diuji coba oleh Instagram.

Demikian menurut seorang reverse engineer, Jane Manchun Wong.

Mengutip laman Ubergizmo,  Wong menyebutkan sejumlah perubahan telah dibuat di fitur Boomerang. Termasuk di antaranya adalah fitur Hold yang bisa menghentikan klip untuk sesaat pada akhir tiap loop.

Ada juga fitur Slowmo yang merupakan versi lebih lambat dari Boomerang, Duo, dan Duo  Keduanya akan membuat klip Boomerang lebih lambat dan lebih cepat dibandingkan versi biasanya.

Selain perubahan yang dilakukan pada Boomerang, Wong juga menemukan bahwa Instagram membuat perubahan pada Layout for Stories.

Layout merupakan aplikasi mandiri yang dirilis Instagram dan memungkinkan pengguna untuk membuat kolase foto.

Wong mengatakan, Instagram tengah menguji apakah Layout bakal cocok dengan Stories. Hal ini telah dinantikan oleh banyak pengguna Instagram.

Sayangnya sejauh ini, belum diketahui kapan perubahan dan penambahan kemampuan pada fitur Instagram ini akan dirilis.

Selain itu, Instagram kembali membuktikan keseriusannya dalam memerangi misinformasi dan hoaks di dunia maya.

Terbaru, layanan berbagi foto dan video itu akan menambahkan opsi pelaporan konten, yakni “False Information”.

“Kami banyak berinvestasi dalam membatasi penyebaran misinformasi di aplikasi kami dan kami berencana untuk berbagi lebih banyak pembaruan dalam beberapa bulan mendatang,” ujar Stephanie Otway, juru bicara Facebook sebagaimana dikutip dari Mashable,

Untuk sementara, opsi baru ini akan berfokus pada pengguna Instagram di wilayah Amerika Serikat terlebih dahulu. Belum ada informasi lebih lanjut apakah pengguna di wilayah lain seperti Indonesia juga akan dapat mencicipi fitur ini.

Dalam memerangi informasi, Facebook selaku perusahaan induk Instagram bekerja sama dengan lima puluh empat lembaga cek fakta yang mendukung empat puluh dua bahasa.

Salah satu lembaga cek fakta yang berkerja sama dengan Facebook adalah FactCheck.org

Kehadiran opsi pelaporan misinformasi di Instagram ini diharapkan akan membantu pengembangan kecerdasan buatan milik perusahaan dalam mengidentifikasi misinformasi di ekosistem miliknya.

Selain itu, diam-diam  Instagram mengumpulkan dan menyimpan lokasi dan jutaan data lain milik pengguna Instagram.

Apa yang dilakukan oleh Hyp3r ini melanggar kebijakan Facebook. Demikian dilaporkan oleh Business Insider.

Setelah media tersebut melaporkan temuannya kepada Instagram, platform itu lalu mengkonfirmasi, Hyp3r telah melanggar kebijakan layanan mereka. HyP3r telah dihapus dari Instagram.

Dalam pernyataan Facebook  menyebut, aksi yang dilakukan Hypr itu telah dikenai sanksi karena melanggar kebijakan.

“Sebagai akibatnya, kami menghapus mereka dari platform kami. Facebook juga membuat perubahan yang membantu mencegah perusahaan atau pihak lain punya kemampuan mengakses lokasi dengan cara ini,” kata Facebook dalam pernyataan.

Sekadar informasi, Hyp3r memulai bisnisnya sebagai sebuah platform di mana para pengiklan bisa menyasar audiens tertarget. Dalam kasus ini, Hyp3r menggunakan API resmi milik Instagram untuk mengumpulkan data.

Pengumpulan data semacam ini telah terjadi selama bertahun-tahun oleh perusahaan digital. Salah satu yang paling terkenal adalah kasus Cambridge Analytica yang menimpa Facebook dua tahun lalu.

Hyp3r memodifikasi informasi yang didapatkan, tidak hanya lokasi pengguna, tetapi objek apa yang difoto. Mereka kemudian mengkombinasikan demografi tersebut dengan informasi lainnya sehingga iklan yang tertarget yang dihasilkan benar-benar sampai ke targetnya.

Kemudian, pada awa l tahun lalu, Instagram telah membatasi akses Hyp3r ke API mereka, terutama ke akses lokasi dan data pengguna.

Meskipun ada laporan yang belum dikonfirmasi, kejadian ini menyebabkan PHK di Hyp3r sesaat setelahnya. Pasalnya, pembatasan akses API tersebut membuat pemasukan Hyp3r berkurang.

Menurut laporan Business Insider, Hyp3r mengembangkan perangkat untuk menghindari batasan pada pengumpulan lokasi dan menyimpan Stories milik pengguna.

Jika pengguna mengunggah sesuatu di salah satu dari ribuan lokasi yang dipantau oleh Hyp3r, mereka akan dimasukkan ke profil bayangan (target iklan).

Sekadar informasi, Hyp3r hanya mengumpulkan informasi Stories dari akun publik. Namun demikian, pengguna tentu tidak menghadapkan bahwa datanya diam-diam dikumpulkan oleh perusahaan, tanpa seizinnya.

Sampai saat ini, Hyp3r masih bisa ditemukan di direktori Marketing Partner resmi Facebook.

Pihak Hyp3r sendiri cukup jelas tentang apa yang dilakukan. Mereka membangun profil berdasarkan lokasi pelacakan dan brand yang mungkin sesuai dengan yang tercantum di Facebook. Ketika laporan ini muncul, hak Marketing Partner-nya dibatalkan oleh pihak Facebook.

Hyp3r mengklaim, mereka “mematuhi peraturan privasi konsumen dan ketentuan layanan Facebook.”

Hyp3r juga menekankan bahwa mereka hanya mengakses data pengguna yang memang ditampilkan secara publik, bukan pengguna yang akunnya diprivat.