close
Nuga Tekno

Facebook Bunuh Unggahan Like dan Share

Facebook dipastikan akan “membunuh” unggahan yang “memaksa”  pengguna memberi like, share, tag, atau comment

Unggahan ini  seperti ditulis laman “the verge,” hari ini, Selasa, 19 Desember, akan distop karena sangat tidak familiar.

Tindakan-tindakan seperti like atau menyukai, share, membagikan, tag menyebut teman,  atau comment atau mengomentari, bisa disebut sebagai spam atau lebih spesifik diistilahkan ” engagement bait”.

Salah satu contohnya adalah kuis atau foto yang diberi embel-embel “tag a friend who likes to nap!”  atau menyebut teman yang suka tidur

Unggahan semacam itu kerap muncul di linimasa teratas alias Top Post, mengalahkan unggahan orang-orang yang melakukan penggalangan dana, meminta rekomendasi perjalanan, atau sesimpel meminta bantuan.

Facebook akhirnya berinisiasi mereduksi unggahan-unggahan bersifat engagement bait dari jejaring sosialnya mulai pekan ini.

Layanan yang dirancang Mark Zuckerberg itu memanfaatkan Machine Learning  untuk mendeteksi unggahan-unggahan tersebut.

Jika sebuah akun atau Page berulang kali mengunggah hal-hal yang engagement bait, Facebook akan memblokirnya selama beberapa minggu.

Hukuman itu masih bersifat sementara, untuk mengedukasi sekaligus memberi ruang adaptasi bagi pengguna.

“Ke depan, kami akan terus mencari cara untuk meningkatkan layanan kami dan memberantasi engagement bait,” kata perwakilan Facebook,

“Kami ingin mereduksi konten-konten yang bersifat spam, sensasional, atau palsu, dalam rangka mempromosikan konten yang lebih bermakna dan otentik di Facebook,” ia menambahkan.

Secara bertahap, Facebook berjanji akun-akun yang menyebarkan konten engagement bait pelan-pelan akan hilang dari peredaran, terlebih dari jejeran Top Post.

Facebook juga secara berkala mengkaji algoritmanya agar tak bersahabat dengan konten yang click bait, video spam, atau unggahan-unggahan sampah lainnya.

Sementara itu, belum lama berselang, Facebok juga mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan.

Perusahaan rancangan Mark Zuckerberg membeberkan sisi baik dan buruk penggunaan media sosial.

Hal ini terbilang mengejutkan, mengingat Facebook adalah media sosial terbesar saat ini dengan dua miliar pengguna aktif harian.

Pernyataan tersebut dirilis Facebook dalam sebuah artikel berjudul “Hard Question: Is Spending Time on Social Media Bad for US” yang diunggah ke situs Newsroom Facebook. Menurut Facebook, baik-buruk media sosial tergantung penggunanya.

Mengutip kata-kata psikolog bernama Sherry Turkle, Facebook mengakui smartphone dan layanan-layanan yang tersemat di dalamnya mendefinisikan kembali hubungan antar-manusia yang membuat satu sama lain merasa kesepian.

“Psikolog lain bernama Jean Twenge mengatakan peningkatan depresi pada remaja disebabkan penggunaan teknologi,” Facebook menjelaskan.

Namun di tengah-tengah pengakuan tersebut, Facebook menyisipkan pesan inti dari artikelnya. Ia mengatakan, media sosial bisa menjadi momok bagi masyarakat modern jika digunakan secara pasif.

“Membaca (linimasa) tapi tak berinteraksi dengan orang lain (di media sosial) membuat pengguna merasa buruk,” kata tim Facebook.

“Berhubungan dengan konten di media sosial, seperti berbagi pesan, mengunggah dan mengomentari unggahan teman, sesungguhnya membuat orang merasa lebih baik,” begitu sambungnya seperti ditulis i situs Newsroom Facebook, kamerin, Senin, 18 Desember

Intinya, baik-buruk media sosial dikatakan tergantung sang pengguna. Jika hanya berperan sebagai silent reader, maka akan kesepian.

Sebaliknya, jika aktif berinteraksi maka media sosial bisa menjadi alat penghubung paling efektif.

Artikel yang diunggah Facebook bisa dibilang memiliki twist. Awalnya artikel mengakui keburukan media sosial, lantas pada akhirnya memberikan solusi untuk lebih aktif menggunakan media sosial.

Beberapa hari sebelumnya, Chamath Palihapitiya yang merupakan mantan Vice President User Growth Facebook, mengaku merasa bersalah telah membantu pengembangan media sosial tersebut.

Ia mengatakan media sosial adalah alat pemecah belah masyarakat.

Lebih duluan dari itu, Mantan Product Manager Facebook, Antonio Garcia-Martinez, bahkan menuliskan buku khusus bertajuk “Chaos Monkeys”. Isinya soal kritik-kritik sosial yang menyerang Facebook.

Pada November lalu, investor awal Facebook, Sean Parker, juga melontarkan pendapatnya. Menurut dia, Facebook telah mengeksploitasi kelemahan dalam psikologi manusia.

Apa pun dampak buruknya, agaknya masyarakat modern sudah terlanjur tergantung dengan raksasa media sosial tersebut.

Tak hanya Facebook, tetapi juga layanan-layanan di bawah naungannya, seperti Instagram, WhatsApp, dan Messenger.

Tags : slide