close
Nuga Tekno

Facebook Buat Ranking untuk Percakapan

Facebook dilaporkan ingin membuat percakapan dalam unggahan publik lebih bermakna. Karenanya, raksasa media sosial itu akan mengurutkan komentar yang diberikan pada sebuah unggahan.

Dikutip dari Engadget,  komentar tersebut akan diurutkan berdasarkan relevansinya dengan sebuah unggahan. Jadi, komentar yang berhubungan langsung dengan unggahan atau orang terdekat akan mendapat prioritas.

Perubahan ini sebenarnya ditujukan untuk Pages dan pengguna yang memiliki banyak teman. Namun, Facebook menuturkan siapa saja dapat mengaktfikan fitur ini melalui pengaturan.

Nantinya, Facebook akan membagi komentar berdasarkan interaksi yang dilakukan pengguna, termasuk ketika pengguna memberikan tombol like, react, atau membalas komentar tersebut.

Di sisi lain, pengguna masih dapat mengatur komentar yang ada unggahannya, dengan memilih menyembunyikan termasuk menghapusnya. Akan tetapi, apabila ada komentar yang melanggar standar komunitas, perusahaan tidak segan akan menghilangkannya.

Sebenarnya, Facebook bukan satu-satunya media sosial yang ingin meningkatkan kualitas percakapan di platform-nya. Sebelumnya, Twitter sudah melakukan hal serupa dengan merilis sejumalah fitur untuk para pengguna.

Facebook sendiri tidak hanya berfokus pada komentar yang ada di plaftorm-nya. Bulan lalu, perusahaan juga menerapkan sistem ranking untuk video dengan memprioritaskan konten orisinal.

Terlepas dari kehadiran fitur tersebut, video yang menampilkan bos Facebook, Mark Zuckerberg sedang memberikan pandangannya tentang kekuatan big data sempat membuat heboh.

“Bayangkan hal ini sebentar saja: satu orang, dengan kendali penuh menguasai data, rahasia, hidup dan masa depan miliaran orang. Itu semua berkat Spectre. Spectre menunjukkan padaku siapa pun yang menguasai data akan menguasai masa depan,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

Namun, bukan itu yang menarik perhatian warganet. Video yang memperlihatkan bos Facebook itu tidak memperlihatkan sosok aslinya, melainkan hanya video deepfake.

Dilansir CNET,  deepfake adalah teknik kecerdasan buatan untuk membuat video seseorang mengatakan sesuatu meski mereka tidak pernah mengatakannya.

Dengan kata lain, video deepfake punya banyak celah untuk disalahgunakan.

Meski begitu, pihak Facebook menyatakan tidak bakal menghapus video tersebut, namun akan mengurangi tingkat jangkauan (reach) dan memperlihatkan informasi dari fact-checkers.

Salah satu fact-checker Lead Stories mengatakan kalau video itu adalah seni yang satir dan tidak akan membahayakan distribusi video selama pengguna melihat label peringatan yang menyatakan video ini tidak nyata.

Dalam video juga terdapat logo CBSN, salah satu kantor berita Amerika Serikat. Pihak CBSN meminta Facebook untuk segera menghilangkan video yang menyalahgunakan logo tersebut.

Adapun pembuat video tersebut adalah seniman bernama Bill Posters dan Daniel Howe, yang bekerjasama dengan perusahaan Canny.

Canny sebelumnya pernah bekerjasama dengan Posters untuk membuat video fake Donald Trump dan Kim Kardashian.

Kejadian ini bukan sekali saja menimpa sang bos Facebook. Tahun lalu, Andrew Oleck mem-posting video di Facebook yang menunjukkan sosok Mark Zuckerberg berbicara bahwa dia akan menghapus Facebook.

Sebelumnya,  Facebook akan memonitor aplikasi apa saja yang terinstal di smartphone seseorang, berapa lama orang tersebut mengakses aplikasi, negara tempat tinggal, dan informasi tambahan lain yang berkaitan dengan fitur tertentu aplikasi tersebut.

Tidak usah khawatir, Facebook bilang tidak akan menyadap data pribadi seperti pesan, password dan jejak situs web yang pernah dikunjungi.

Sebelumnya, Facebook pernah membuat aplikasi yang mirip dengan Study, Facebook Research, namun dihentikan karena menuai kontroversi.

Aplikasi itu ditujukan ke remaja pengguna iPhone dan bisa menyelam ke database terdalam dari iPhone. Apple menyatakan, aplikasi itu melanggar peraturan Apple dan memblokirnya Januari lalu.

Study hanya bisa diakses oleh pengguna yang berumur delapan belas tahun ke atas, serta bakal tersedia hanya di sistem operasi Android, yang mana akses menuju database smartphone harus meminta persetujuan pengguna dulu sehingga bisa lebih dikendalikan.

Kalau sudah, nanti pengguna bakal dibayar lewat PayPal, oleh karena itu umurnya tidak boleh dibawah  delapan belas tahun. Nantinya, Facebook bakal saling mereferensikan informasi tentang pengguna dan menganalisanya, tapi tidak akan digunakan buat jadi target iklan.

Sayangnya, Facebook belum buka mulut terkait jumlah uang yang dibayarkan nantinya. Aplikasi ini juga cuma hadir di Amerika Serikat dan India, dan tidak sembarang orang bisa mendaftar di Study, karena link pendaftaran hanya bisa diakses lewat iklan tertentu.