close
Nuga Sport

Lorenzo Bisa Lebih Baik Lagi di Catalunya

Jorge Lorenzo baru saja mengunjungi markas Honda Repsol di Jepang. Kunjungannya itu untuk memastikan apa yang menjadi masalahnya sehingga belum bisa klop dengan Honda

Lorenzo pun yakin kunjungannya ke Jepang bakal membantunya untuk meraih hasil positif di balapan akhir pekan ini di MotoGP Katalunya. Selain itu, bahkan, kunjungannya itu bisa selamatkan masa depan dia.

Pembalap Repsol Honda yang pernah tiga kali juara dunia MotoGP itu membawa gundah gulana ke Jepang. Dari enam seri yang sudah diikutinya, Lorenzo hanya mampu meraih hasil terbaik di posisi kesebelas.

Dia mengkonsultasikan masalahnya yang belum bisa adaptasi dengan motor Honda bersama teknisi di Jepang. Sejauh ini, Lorenzo merasa tak nyaman di motor itu karena kesulitan untuk mengontrol transfer berat saat masuk tikungan.

Trik seperti di Ducati dimana kursi dimodifikasi ternyata belum juga ampuh atasi masalah Lorenzo di MotoGP musim ini.

Manajer Repsol Honda, Alberto Puig mengatakan kunjungan ke Jepang merupakan sesuatu yang positif bagi Lorenzo. Dia ingin agar Lorenzo dan teknisi di Jepang bisa menganalisa lebih dalam masalah ergonomi di motor Lorenzo.

“Kami pikir bagus untuk bicara langsung dengan teknisi dan menganalisa lebih dalam masalah yang dia hadapi. Mencoba agar dia bisa finis lebih baik dengan motor itu,” kata Puig seperti dikutip crash.

Hasil yang diraih Lorenzo di MotoGP Mugello pekan lalu misalnya sangat kontras. Juara bersama Ducati, tapi bersama Honda dia hanya meraih posisi ke-13.

Dia juga berjarak 20 detik dari sang juara, pembalap Ducati, Danilo Petrucci. Hasil tidak timpang diharapkan bisa terjadi di MotoGP Katalunya nanti.

“Setelah campur aduk di Mugello, semoga ada hasil bagus di Barcelona nanti,” kata Puig.

Selain balapan, Honda juga akan melakoni tes pascabalap di MotoGP Katalunya. Ini juga menjadi yang ditunggu-tunggu tim.

“Kami akan kerja maksimal agar bisa mengecilkan gap dengan pembalap di depan,” ujar Puig.

Lorenzo, beberapa waktu lalu, menyempatkan berkunjung ke markas besar Honda Racing Corporation (HRC) di Jepang. Kunjungan dilakukan menjelang balapan MotoGP Catalunya, di Montmelo, Barcelona,

Menurut Lorenzo, kunjungan ini akan banyak membantunya menghadapi balapan akhir pekan ini.

Lorenzo menggambarkan kunjungannya ke kantor pusat HRC pada pekan lalu sangat menarik. “Kami bisa mengerjakan banyak hal. Sebagian akan membantu pada akhir pekan ini dan sebagian untuk masa depan,” kata Lorenzo, seperti dilansir Crash

Mantan pembalap Yamaha dan Ducati tersebut terbang ke Jepang untuk berbicara langsung dengan insinyur Honda. Dia merasa butuh berdialog langsung karena masih terpuruk sejak pindah ke Honda pada akhir musim lalu.

Lorenzo belum merasa nyaman dan percaya diri menggeber motor Honda , terutama masih kesulitan mengontrol perpindahan berat saat memasuki tikungan. Langkah memodifikasi sadel motor, seperti yang dilakukan di Ducati pada tahun lalu, sejauh ini juga tak berjalan sukses.

“Kami memutuskan berusaha menyelesaikan masalah ergonomik Jorge dengan mengatur perjalanan ke Jepang,” kata manajer tim Repsol Honda, Alberto Puig.

Kami rasa itu ide yang bagus dengan berbicara langsung dengan insinyur dan menganalisis lebih dalam masalah yang dimilikinya, serta berusaha menemukan posisi yang lebih baik untuknya di motor,” imbuh Puig, soal solusi untuk Jorge Lorenzo.

Pada balapan MotoGP Italia pekan lalu, Lorenzo hanya finis di posisi ketiga belas. Catatan waktunya juga memprihatinkan, terpaut sekitar dua puluh detik dari sang pemenang. Padahal, musim lalu Lorenzo berhasil juara di Sirkuit Mugello tersebut bersama Ducati.

Lorenzo berharap pengalaman pahit di Mugello tersebut tak terulang pada akhir pekan ini di Barcelona. Pada musim lalu Lorenzo berhasil naik podium utama bersama Ducati di Catalunya.

“Setelah akhir pekan yang campur aduk di Mugello, saya berharap kami bisa melakukan kerja bagus di Barcelona akhir pekan ini,” harap Lorenzo.

“Kami akan berusaha bekerja maksimum, untuk memangkas gap dengan para pembalap di depan. Kami juga akan menjalani tes setelah balapan, yang juga telah saya tunggu-tunggu,” imbuh Lorenzo.

Dan Jorge Lorenzo, menolak kesulitannya beradaptasi dengan motor  disebut sebagai kisah ‘lunturnya kekuatan sang dewa’ di lintasan balap MotoGP. Hal ini ia nyatakan kepada Marca, sebelum bertolak ke Jepang untuk menemui para teknisi dan insinyur Honda

Sebagai juara dunia lima kali, Lorenzo memang dianggap sebagai salah satu rider MotoGP terbaik dalam dua dekade belakangan. Meski begitu, Por Fuera yakin dirinya tak layak disebut sebagai ‘dewa’, melainkan pebalap yang mampu tampil baik dan kuat di kejuaraan balap motor terakbar di dunia.

“Saya tak pernah merasa saya ini dewa. Bisa dikatakan saya hanya mampu bekerja dengan sangat baik dalam kejuaraan olahraga yang kebetulan sangat populer. Tapi saat ini saya juga tidak lebih ‘rendah’, karena saya selalu menjadi orang yang sama, hanya saja hasil saya saat ini berbeda,” ujarnya.

Sejak membela Honda untuk MotoGP musim ini, rider Spanyol tersebut tak memungkiri dirinya sangat kesulitan beradaptasi, dan hal ini terlihat jelas dari hasil balapnya di enam seri pertama.

“Tak mudah menghadapi krisis, tapi saya belum berminat ke psikolog. Otak dan pengalamanlah yang membantu, tapi tentu sangat sulit, karena ini pekerjaan yang butuh disiplin tinggi. Usai 17 tahun berkarier, tak mudah memotivasi diri sendiri ketika sulit meraih hasil baik. Yang jelas, saya harus bersenang-senang dan bersemangat untuk terus bekerja,” ungkapnya.

Meski begitu, ada satu hal yang membuat Lorenzo terus berpikir positif, yakni fakta dirinya pernah mengalami situasi sulit serupa di Ducati sepanjang musim 2017 dan 2018, namun akhirnya mampu keluar dari penderitaan paceklik kemenangan dengan memenangi balapan di Mugello, Catalunya, dan Austria.

“Saya sangat kesulitan di Ducati, tapi akhirnya bisa menang, menunjukkan bahwa saya bisa berhasil. Jadi mengapa saya tak bisa melakukannya lagi? Lagipula, dalam olahraga ini ada banyak juara yang kariernya dianggap sudah habis tapi justru ‘terlahir kembali’ dan mampu menutup mulut para kritikus,” pungkasnya.