close
Nuga Sehat

“Pelumas” Mengganggu Kesuburan?

Anda menggunakan “pelumas” kala berhubungan intim dengan pasangan resmi? Kalau benar, hati-hati dengan ancaman sulit mendapat keturunan. Pemakaian pelumas, seperti selama ini dialami oleh para pasangan, memang mendatangkan sensasi dengan komentar, memuaskan, menyenangkan dan menimbulkan gairah yang hebat.

Sebuah studi yang baru-baru ini dipublikasi dalam jurnal “Fertility and Sterility” menemukan, pelumas dapat mengurangi kecepatan mobilitas sperma. Kondisi tersebut tentu menyulitkan sperma untuk dapat bergerak cepat menuju sel telur, sehingga kemungkinan hamil pun akan menurun.

Dalam studi tersebut, para peneliti melakukan percobaan untuk mengetahui efek sembilan merek pelumas pada kecepatan bergerak sperma. Hasilnya, sebagian besar pelumas dapat mengurangi kecepatan sperma secara signifikan. Bahkan salah satu merek pelumas dapat menurunkan kecepatan sperma hingga setengahnya.

Menurut penulis studi yang sekaligus profesor patologi kebidanan dan kandungan di SUNY Upstate Medical University Kazim Chohan mengatakan, kebanyakan pelumas diciptakan untuk meningkatkan kepuasan seksual sehingga ada kemungkinan mengandung senyawa yang membunuh sperma.

Sementara itu, peneliti menemukan pelumas yang berbasis minyak paling sedikit mempengaruhi sperma. Ini mungkin dikarenakan minyak tidak memiliki komponen pembunuh sperma tersebut.

Chohan mengatakan, pelumas minyak mungkin dapat membunuh sperma yang berkualitas lemah, namun sperma yang berkualitas baik akan mampu betahan dan tetap bergerak. Yang menarik, pelumas minyak justru membuat sperma lebih aktif, meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut kemampuannya untuk menyukseskan kehamilan.

Namun jangan dikira pelumas minyak tidak memiliki risiko, sehingga bebas saja menggunakan minyak sayur sebagai pelumas. Menurut Ava Cadell, penulis buku NeuroLoveology, pelumas berbasis minyak dapat mengubah keseimbangan pH pada vagina sehingga berpotensi meningkatkan risiko infeksi.

Bahkan, penelitian sebelumnya menemukan, minyak mineral dapat mengurangi kekuatan kondom lateks hingga sembilan puluh persen. Akibatnya, kondom pun rentan bocor sehingga risiko penularan penyakit atau kehamilan yang tidak direncanakan akan meningkat.

Tentua tidak semua pendapat setuju dengan gangguan kesuburan kala memakai pelumas. Memang ada beberapa pendapat yang mengatakan lubrikan buatan tersebut bisa mengganggu kesuburan karena akan mengurangi kemampuan berenang sperma, bahkan merusak kromosom.

Padahal, cukup banyak pasangan yang sedang berusaha untuk hamil lebih membutuhkan lubrikan untuk mengatasi kekeringan vagina.

Dr.Anne Steiner dari University of North California at Chapel Hill, melakukan penelitian untuk mengetahui apakah lubrikan buatan memang mengganggu kesuburan.

Penelitian itu menggunakan data yang dikumpulkan antara tahun 2008 dan 2010 dalam survei mengenai kesuburan yang difokuskan untuk melihat faktor apa saja yang memengaruhi kesuburan wanita berusia antara tiga puluh hingga empat puluh tahun.

Dari total 175 wanita, semuanya sedang berusaha untuk hamil ketika penelitian ini dimulai. Selama enam bulan atau kurang, jika mereka berhasil hamil, para wanita itu mencatat kapan saja mereka sudah berhubungan seks dan apakah mereka menggunakan lubrikan buatan.

Seorang wanita dikategorikan pemakai reguler jika mereka menggunakan setidaknya 50 persen dari seluruh waktu berhubungan seksual. Jika kurang dari itu dianggap jarang.

Sebanyak 63 persen dari kelompok wanita yang diteliti ini berhasil hamil dalam waktu enam bulan. Dari jumlah tersebut, sekitar 73 persen adalah pengguna rutin lubrikan buatan, dan 63 persen bukan pengguna lubrikan.

Steiner menyimpulkan bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan peluang kehamilan antara yang memakai pelumas buatan dengan yang tidak. Selain itu, tidak ditemukan juga kaitan antara rendahnya lendir serviks dengan pemakaian pelumas.

Dalam laporannya, Steiner menyebutkan mungkin saja bahan pelumas buatan itu tida mencapai bagian atas vagina dimana biasanya sperma tertinggal. Atau kemungkinan lain sperma mungkin berenang dengan cepat ke bagian serviks sehingga tidak terpapar lama dengan lubrikan.

Pemakaian lubrikan juga diduga justru membantu kehamilan karena pasangan tersebut jadi berhubungan intim lebih sering tanpa perlu diganggu rasa nyeri.