close
Nuga Sehat

Kerutan Dahi Bisa Prediksi Sakit Jantung

Siapa sangka ternyata kerutan dahi bisa menjadi indikator seseorang terkena sakit jantung.

Bukan cuma tanda penuaan, kerutan di dahi ernyata bisa meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung. Hal ini dinyatakan dalam sebuah penelitian terbaru.

Melansir dari New York Post, para ilmuwan menemukan bahwa memiliki kerutan di dahi adalah tanda peringatan dini masalah jantung yang mematikan. Mereka mengklaim, alur dahi yang cukup dalam berarti ada penumpukan plak lemak.

Penelitian yang dipresentasikan di konferensi European Society of Cardiology ini menemukan, orang dewasa dengan dahi kerutan sepuluh kali berisiko meninggal lebih muda dibandingkan dengan mereka yang memiliki kulit halus.

Hal tersebut dibuktikan oleh sebuah penelitian di Prancis, dimana orang-orang dengan kerutan dahi lebih mendalam memiliki risiko penyakit jantung daripada yang tidak.

Orang-orang dengan kerutan dahi yang cukup mendalam lebih berisiko terkena penyakit kardiovaskular.

Profesor Yolande Esquirol dari Hospitalier Universitaire de Toulouse, Prancis, mengatakan bahwa kerutan dahi bisa menjadi penanda visual yang sederhana.

“Hanya dengan melihat wajahnya kita bisa tahu, dan menyarankan dia untuk menurunkan kolesterol,” kata Esquirol dikutip dari laman Hindustan Times

Esquirol menjelaskan, sakit jantung sebenarnya bisa dihindari. Di antaranya dengan melakukan aktivitas fisik dan mengonsumsi makanan sehat.

“Tapi bagi mereka yang menderita risiko kardiovaskular potensial ada tindakan lain yang harus dilakukan,” jelas Esquirol. Di antaranya, dengan memeriksa faktor risiko klasik tekanan darah, kadar lipid dan glukosa darah, juga rekomendasi untuk mengubah gaya hidup.

Risiko pengakit jantung memang bisa meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Namun gaya hidup dan intervensi medis bisa mengurangi bahaya.

Tantangannya, identifikasi pasien berisiko tinggi sedini mungkin untuk membuat perbedaan.

Di dalam penelitian, kerutan dahi horizontal bisa melihat nilai dan risiko kardiovaskular. Penelitian dilakukan terhadap tiga ribuan pekerja.

Peserta yang secara fisik sehat berusia antara tiga puluh bdua sampai enam puluh dua tahun.

Pada awal penelitian dokter melihat skor bergantung dengan jumlah dan kerutan di dahi.

Skor nol berarti tidak ada kerutan, sementara skor tiga mempunyai kerutan di dahi cukup dalam.

Peserta penelitian diikuti selama kurang lebih dua puluh tahun. Dalam jangka waktu tersebut, dua ratusan lebih  peserta meninggal dunia dengan berbagai penyebab.

Dari banyak peserta, lima belas koma dua persen mempunyai skor dua sampai tiga kerutan.

Kemudian enam koma enam persen terdapat satu kerutan, sementara  dua koma satu persen tidak mempunyai kerutan.

Para peneliti kemudian menemukan bahwa orang dengan kerutan satu atau lebih sedikit mempunyai risiko lebih rendah meninggal akibat kardiovaskular, begitu pula sebaliknya.

Mereka dengan kerutan tiga atau lebih mempunyai risiko sepuluh kali lebih besar terhadap kardiovaskular.

“Semakin banyak kerutan, maka semakin besar risikonya,” kata Esquirol.

Peneliti di studi tersebut mengklaim, hal tersebut mempermudah kita untuk mendeteksi tentang penyakit jantung yang akan menyerang seseorang.

“Anda tidak dapat melihat atau merasakan faktor risiko seperti kolesterol tinggi atau hipertensi. Hanya dengan melihat wajah seseorang memberikan tanda, kami bisa memberikan saran untuk menurunkan risiko,” kata Esquirol.

Dia mengatakan, keriput bukan hasil dari kerja keras atau gaya hidup yang penuh tekanan. Mereka timbul kemungkinan karena disebabkan oleh perubahan yang sama, yang menyebabkan pembuluh darah menjadi tersumbat, seperti kerusakan sel dan protein.

Menurut Profesor Jeremy Pearson dari British Heart Foundation, penelitian ini sendiri sesungguhnya menyebabkan orang mengerutkan dahi.

“Mungkin kerutan dapat memberi tahu kita lebih banyak daripada yang kita pikirkan tentang kesehatan jantung. Namun menghitung garis tidak akan menggantikan tes untuk faktor risiko yang dipahami dengan baik, seperti kolesterol tinggi dan tekanan darah,” kata Pearson mengkritik.