close
Nuga Sehat

Bumbu Penyedap Tak Bikin Otak Tumpul

Kontroversi mengenai vietsin, atau bumbu penyedap, atau sangat dirkenal dengan sebutan “msg,” masih saja beredar di tengah perdebatan para ahli yang tak pernah habis-habisnya . Bahkan sejak beberapa waktu lalu muncul “idiom,” atau jargon, ‘Jangan pakai MSG nanti bikin bodoh’.

Zat aditif di dalam Monosodium Glutamat oleh sebagian orang dipercaya dapat merusak otak dan menurunkan kecerdasan. Apakah benar begitu?

Menurut hasil evaluasi yang telah dipublikasikan dalam Journal of Nutrition, penelitian yang membuktikan kerusakan otak akibat MSG memiliki beberapa kelemahan.

Menggunakan subjek tikus atau primate, selain manusia, dalam dosis tinggi yang tidak mungkin terjadi pada manusia. Dan MSG yang diberikan dengan cara disuntikkan, bukan dikonsumsi dari makanan.

Monosodium Glutamate atau MSG atau vetsin atau penyedap rasa adalah bahan masakan tidak bisa dikesampingkan, karena semua masakan akan sedap dengan tambahan zat itu.

Namun untuk urusan kesehatan, MSG telah lama dituding sebagai penyebab sakit kepala, alergi kulit bahkan kanker.

Meskipun banyak kontroversi hadir, tidak ada salahnya kita tahu seperti apa sejarah MSG. Serbuk gurih ini memiliki cerita yang sangat panjang, dari penelitian laboratorium hingga sampai di hampir semua dapur di dunia.

Sampai saat ini bukti-bukti ilmiah tidak terbukti anak jadi bodoh karena terlalu banyak MSG. Ada beberapa orang yang hipersensitif terhadap MSG, itu betul.

Jika diberikan pada orang yang hipersensitif memang reaksinya bisa bermacam-macam, dari fisikal seperti gatal, pusing, mual, keringat dingin, sampai behavioiural seperti ADHD dan hiperaktif.

Yang jelas, sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan efek berbahaya MSG terhadap otak. Dan berbagai badan kesehatan di seluruh dunia sepakat, MSG aman dikonsumsi selama tidak berlebihan.

“Vetsin bikin bego? Enggak. Bahayanya mengandung natrium jadi risiko kesehatannya itu sama kaya garam
MSG adalah bubuk putih yang cepat larut dalam air atau air liur. Setelah larut, MSG terurai menjadi natrium dan glutamat. Glutamat adalah asam amino nonesensial yang ditemukan di hampir semua protein.

Di Amerika Serikat, MSG termasuk dalam daftar bahan makanan yang aman menurut Food and Drug Administration. Komite Ilmiah Uni Eropa juga menilai MSG sebagai zat makanan yang aman. Di Jepang, MSG adalah zat aditif makanan yang boleh digunakan tanpa pembatasan.

Micin atau penyedap rasa, atau MSG, aman dikonsumsi masyarakat. Asosiasi pangan dunia juga telah menguji kalau efek negatif yang selama ini digembar-gemborkan ke masyarakat tentang penggunaan micin tidak terbukti.

Menang, sebelumnya ada pendapat, terutama dari Russell Blaylock, penulis buku Excitotoxins – The Taste That Kills, yang mengungkapkan MSG adalah excitotoxin yaitu zat kimia yang merangsang dan dapat mematikan sel-sel otak.

Blaylock menyatakan bahwa MSG dapat memperburuk gangguan saraf degeneratif seperti alzheimer, penyakit Parkinson, autisme serta ADD atau attention deficit disorder.

Menurutnya, MSG juga meningkatkan risiko dan kecepatan pertumbuhan sel-sel kanker. Ketika konsumsi glutamat ditingkatkan, kanker tumbuh dengan cepat, dan kemudian ketika glutamat diblokir, secara dramatis pertumbuhan kanker melambat.

Para peneliti telah melakukan beberapa eksperimen di mana mereka menggunakan pemblokir glutamat yang dikombinasi dengan pengobatan konvensional, seperti kemoterapi, dan hasilnya sangat baik.
Pemblokiran glutamat secara signifikan meningkatkan efektivitas obat-obat anti kanker.