close
Nuga Sehat

Anda “Ngorok?” Itu “Penyakit” Berbahaya

“Ngorok? Ya, biasalah” Ucapan itu yang selalu terlontar ketika terjadi dialog kecil tentang kebiasaan tidur mendengkur alias “ngorok.”

Tapi, apakah kebiasaan ini “biasa” untuk kesehatan?

Jawabannya, tidak! Kebiasaan ini sangat merugikan kesehatan. Ancaman bahayanya terbentang dari disfungsi ereksi hingga serangan jantung dan stroke.

Pada laki-laki kebiasaan mendengkur bisa menurunkan gairah seksual atau libido, hingga menyebabkan disfungsi ereksi.

Tentang resiko ini para ahli kesehatan tidur mengamininya dengan menegaskan, bahwa tidur “ngorok,” benar banget menyebabkan disfungsi ereksi.

Menurut penelitian, untuk dapat ereksi dengan sehat, penis harus sering dilatih. Caranya bukan dengan berpikir atau berfantasi seksual, tetapi otomatis dilatih saat tidur.

Dalam siklus tidur sehat ada empat tahap yang harus dilalui, yaitu idur ringan, tidur sedang, tidur dalam, dan tidur mimpi. Secara normal, pria akan mengalami ereksi saat masuk tahap tidur ringan.

Kondisi ini biasanya akan terus berlangsung hingga ia bangun di pagi hari. Pada tahap tidur inilah kemampuan ereksi pria dilatih.

Pada pria yang mengalami sleep apnea, tahap tidur R-nya akan berkurang atau bahkan nol. Ini menyebabkan libidonya berkurang, lama-lama disfungsi ereksi.

Sleep apnea merupakan gangguan henti napas saat tidur. Gejala utamanya adalah mendengkur atau ngorok saat tidur.

Sleep apnea membuat gelombang otak terpotong tanpa sadar. Pengidapnya akan terbangun tanpa terjaga karena saluran napas yang tersumbat. Akibatnya, kondisi ini dapat mengganggu tahap tidur ringan. Jika kondisi ini terus dibiarkan, kualitas tidur akan terganggu.

Penderitanya akan ngantuk berlebihan atau disebut hipersomnia yaitu kebalikan dari insomnia. Tanda awalnya libido jelek, pria akan lebih memilih tidur dibanding bermesraan.

Tak hanya itu, sleep apnea juga bisa berakibat fatal sampai mengancam nyawa. Sleep apnea yang tidak diobati dapat menyebabkan hipertensi, diabetes, stroke, hingga gangguan jantung.

Alasannya, sleep apnea dapat menurunkan jumlah oksigen dalam darah, yang mengubah irama pemompaan jantung. Tingkat tekanan darah juga akan naik dengan sleep apnea yang sedang berlangsung. Juga, jantung mungkin bertambah besar saat gangguan ini berlangsung.

Penelitian yang telah dipublikasikan tahun 2013 dalam Journal of The American College of Cardiology menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami sleep apnea memiliki kenaikan risiko terkena serangan jantung lebih tinggi empat puluh persen ketimbang orang yang tidurnya nyenyak.

Salah satu faktor risiko sleep apnea adalah berat badan, dan orang-orang yang berat badannya berlebih lebih sering mengalami sleep apnea saat tidur.

Berita baiknya, menurunkan berat badan adalah strategi yang tepat untuk mengurangi mendengkur, sekaligus menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah, serta risiko terkena diabetes.

Studi lain yang dilakukan oleh Henry Ford Hospital di Amerika Serikat menemukan, dengkuran tanpa sleep apnea pun ternyata berhubungan dengan penebalan pembuluh nadi di leher atau carotid artery.

Dalam jangka waktu panjang, gejala ini dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah, yang kemudian berkembang menjadi berbagai penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke.