close
Nuga News

Perang Ukraina Masih Datar-Datar Saja

Hari ini perang Rusia-Ukraina masuk hari kesembilan. Belum hari kesembilan penuh. Karena, ketika saya menulis ini di Ukraina masih pagi. Ada perbedaan waktu lima jam dengan dengan wib.

Hingga hari ini, ah.. pagi ini, perang disana masih datar-datar saja.

Belum ada kalah menang. Kiev pun, ibukota Ukraina, masih dalam kontrol pemerintahan Zelensky. Belum pindah kontrol ke tangan  Rusia-nya Putin.

Seharusnya, negara sekuat Rusia bisa menaklukkan Ukraina dalam satu atau dua hari. Kenyataannya, hari ke sembilan lewat begitu saja

Lantas bagaimana kalau besok, hari kesepuluh,

Kiev jatuh ke tangan Rusia

Dan apa yang akan terjadi kalau Kiev jatuh

Saya pun tergoda mencari tahu apa yang terjadi kalau Kiev jatuh. Jatuh ke tangan Rusia.

Sebenarnya,  sejak Kamis pekan lalu, sehari setelah Vladimir Putin mendekritkan perang dengan Ukraina.saya ingin mencari tahu apa yang terjadi kalau Kiev jatuh

Mencari tahu karena saya memang tidak tahu. Tidak tahunya karena saya bukan seorang pengamat.

Bagaimana dengan pengamat?

Pengamat militer yang tahu a-b-c strategi perang juga masih belum tahu. Masih bertanya-tanya. Tanya yang isi amatannya bak teka teki silang untuk mwnjawab apa yang terjadi kalau Kiev jatuh.

Teka teki silang yang saya temukan usai menarikan jempol jemari di google search setelah televisi rujukan “Al Jazeera” sedang trending dengan topik “breaking news”

“Breaking news” yang live dari Ukraina, Rusia, Amerika Serikat dan entah dari mana saja. Termasuk dari Indonesia yang harga gas dan terigunya menanjak karena pasokan terganggu.

Sampai bete di depan televisi, “Al Jazeera” live-nya belum juga out dari “breaking news.” Breaking news” siaran yang bersambung ke serangan di bidang ekonomi ke Rusia.

Serangan yang analisanya melumpuhkan kekuatan ekonomi Rusia. Sanksi ekonomi.

Sanksi yang diejek Putin sebagai sebuah frustrasi. Frustrasi negara pendukung Ukraina yang tidak bisa membantu senjata dan prajurit karena semua arah negara itu sudah dikunci Putin

Sanksi yang di narasikan pemimpin barat agar Kiev tidak ditaklukkan Putin.

Bukan bagaimana  yang akan terjadi kalau memang Kiev takluk.

Bosan ah… dengan berita yang itu ke itu saja.

Mending pindah ke angle lain. Angle yang masih Ukraina – Rusia.

Pindah menulis gaya dua aktor utamanya tampil di medan perang. Medan perang penampilan.

Penampilan aktor Volodymyr Zelensky yang memang asli keaktorannya dan Vladimir Putin yang diaktorkan.

Alasan lainnya saya memindah angle ini karena tidak terjadi pembalikan keadaan dari medan perang. Kelihatannya tidak akan ada perang total. Padahal saya ingin menikmati perang total

Ukraina masih bertahan dengan apa yang ada. Dan Rusia tidak mau kesusu memenangkan perang.

Penyerang bahkan seperti tidak takut pihak yang diserang konsolidasi.

Ukraina memang mendapat dukungan dari mana-mana.  Namun kenyataannya patriot Ukraina harus berjuang sendiri: bela negara tercinta. Tapi kekuatan Ukraina memang terbatas.

Di kota-kota yang sudah ditaklukkan Rusia saja tidak terjadi perlawanan yang sesungguhnya.

Ampun berita perangnya.

Lebih baik pindah nulis tampilan Zelensky dan Putin sajalah.

Tampilan Zelensky yang tampan memikat belum lagi usang oleh perang  Itu karena trah campuran ras arianya

Klas aria yang gagah, tampan dan menarik untuk dilihat. Zelensky yang secara balutan tak lagi  berjas wool dari bulu biri-biri, kemeja putih sutera dan dasi merah rancangan mutakhir rumah mode yves saint laurent.

Rumah mode ikon Paris yang Anda tahulah klasnya. Yang memadukan balutannya dengan sepatu  bikin kita termehek . Merek christian louboutin berjenis roller boat mans-flat.

Masih ada plusnya. Plus gaya wajahnya selalu mengumbar senyum tipis.

Itulah tampilan Zelensky seorang aktor yang kini terancam digulingkan. Zelensky di hari perang berada di umur empat puluh empat tahun

Zelensky bertrah Yahudi dari ayah dan ibunya. Ayah yang seorang profesor informasi teknologi bernama Oleksandr Zelensky. Sedangkan ibunya adalah seorang teknisi yang bernama Rymma Zelenska.

Zelensky beristrikan juga beristrikan Yahudi campuran. Teman sekolahnya. Olena Kiyashko. Olena yang cantiknya di posisi lima “nya.” Memiliki dua anak, Aleksandra Zelenskaya dan Kiril Zelensky. Yang ganteng dan cantiknya juga  ampunnn…

Sebelum jadi seorang artis Zelensky mengenyam pendidikan hukum di Universitas Nasional Kiev.

Karir politiknya seperti kereta api cepat. Cuss… usai mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden dua setengah tahun lalu bersama lebih dari dua puluh kandidat lainnya langsung terpilih

Penampilan Zelensky yang yahud bukan karena ka-ka-en. Sebagai aktor ia sudah kaya.

Itu cerita Zelensky sebelum perang.

Setelah perang?

Ini yang jadi nggak jelas ketika ia tampil dengan kaos oblong kumal.

Nggak jelas, apakah ini tampil benaran atau untuk kebutuhan akting.

Kumalnya oblongnya menimbulkan  tanda tanya. Apakah kumal benaran atau warnanya yang memang kumal.  Kumal juga mukanya dengan kumis dan jenggotnya berantakan karena tak di sentuh pisau cukur.

Ditambah lagi ekspresi sorot matanya yang sayu

Lengkaplah Zelensky yang berubah penampilan di hari perang ini.  Zelensky  yang memelas kala berdiri di podium wawancara. Wawancara yang nggak pernah di tulis media lokasinya.

Lokasi sorot zoom kamera yang hanya fokus ke podium dengan tiang bendera Ukraina lusuh sebagai latarnya

Memelas?

Ya, memelas. Seperti peran memelas yang pernah ia mainkan ketika membuat film pendek di masa keaktorannya. Film-film pendek berlatar masyarakat klas bawah Ukraina yang menjadi media kampanye kepresidenannya.

Terhadap penampilan Zelensky kali ini saya nggak bisa mengundang tawa terbahak. Tawa terbahak ketika menonton podcast youtube-nya dulu  dalam stand up. Walaupun saya nggak ngerti bahasa Ukraini sebagai dialognya gaya lucunya itu yang bikin…

Zelensky memang aktor seutuhnya. Aktor juga kala ia tampil dengan busana militer lengkap dengan helm dan ransel para komando. Tapi dengan senyum renyah.

Ah.. mana ada tentara dalam atribut lengkap tentara komando yang tersenyum.

Akting lagi gumam otak saya.

Lantas bagaimana dengan Vladimir Putin?

“Kaisar” Rusia itu masih tetap seperti dulu. Sebelum dan sesudah perang.  Masih elegan. Masih dengan busana resmi jas, dasi dan sorot mata tajam penuh misteri.

Jalannya juga masih tegap di usia tujuh puluh tahun. Rambut pangkas pendeknya masih tersisir rapi. Tak ada yang berubah dari seorang Putin.

Putin perpaduan sosok Boris Yeltsin dan Nikita Khrushchev. Perpaduan semuanya. Kalau dari sisi wajah ia menyalin Khrushchev. Sedangkan gaya kepemimpinan tak terbantahkan ia reinkarnasi Yeltsin.

Reinkarnasi karena ia pewaris Yeltsin sebagai guru politik yang posturnya tinggi besar.  Nyaris seperti bloon. Tapi jangan tanya tentang diplomasinya yang senyap.

Yeltsin memang guru asuh Putin. Guru yang kepemimpinan transisi posisi Rusia dari komunis garis keras ke sosialis kapitalis usai berantakan disapu badai perang dingin.

Walau pun menjadi anak asuh Yeltsin, Putin lebih dekat dengan Khrushchev dari sisi nasionalis Rusia. Nasionalis yang sering digelitik  barat menyebabkan Khrushchev membuka sepatunya dan membantingnya ke mikropon di sidang perserikatan bangsa bangsa.

Khrushchev yang menjadi teman Bung Karno karena sama-sama menempatkan nasionalis sebuah bangsa di atas segalanya. Bung Karno yang menghadapi barat dengan viveri veri coloso.

Khrushchev memang tokoh kontroversi yang menyebabkan U Than, sekretaris jenderal pe-be-be asal Birma, kini Myanmar, kala itu, menutup wajahnya ketakutan. Takut sepatu Khrushchev  melayang ke mejanya.

U Thant diplomat hebat yang menggantikan Dag Hammarskjöld yang tewas dalam kecelakaan pesawat yang didatangi Khrushchev dengan salam tangan tergenggam.

Putin seutuhnya memang salinan Khrushchev tentang nasionalis Rusia yang nggak boleh diutak utaik barat. Apalagi diutik lewat kegentitan Ukraina yang ingin bergabung ke blok pertahanan barat dan uni ekonomi eropa.

Kegenitan yang menjadi ancaman bagi Rusia. Bagi Putin. Bagi nasionalisnya.

Kegenitan yang dialasankan Zelensky sebagai hak kebijakan negaranya. Kebijakan politiknya yang kini berakibat pada rusaknya hubungan dengan Rusia

Kebijakan membuat  Rusia  marah karena  Putin telah mengingat Ukraina selama delapan agar tidak melanjutkan keinginannya tersebut

Lantas, apakah Rusia akan diisolasi sampai sekeras isolasi terhadap Iran? Dan Rusia akan mengalami kesulitan yang sama dengan Iran?

Saya berani mengatakan tidak walau pun bukan seorang pengamat.

Alasannya saya daru dulu rajin membaca sejarah Rusia. Rusia yang negara negara besar. Yang bisa hidup mandiri: energinya cukup untuk ekonomi dan rakyat mereka, sumber pangannya cukup.

Cukup untuk  jumlah penduduknya. Juga lebih dari cukup  untuk memutar perekonomian, wilayahnya sangat luas —daratan maupun lautnya.

Kalaupun Rusia harus seperti isolasi karena covid, maka ia akan seperti isolasi di sebuah vila yang besar: yang ada sawahnya, kolam renangnya, lapangan sepak bolanya, dan karaokenya.

Itu mirip Cina dan usai. Tapi tak mirip dengan Indonesia —kerana kita tak bisa mencukupi energi dan pangan.

Kalau Cina juga akan diisolasi  bersama Rusia itu akan seperti dua villa besar yang dibuka pagarnya.

Makanya saya bergumam, kalau pun di hari kesepuluh hingga dinihari nanti Kiev sudah bisa jatuh ke tangan Putin, perang masih akan terus berlanjut di bidang ekonomi.

Perang yang menjadi negara ini menjadi korbannya