close
Nuga News

Perang Lawakan Zelensky vs Jomblo Putin

Perang Ukraina sepertinya mengajarkan banyak hal baru kepada kita.

Perang modern yang korbannya bisa diminimalisir.

Yang peluncuru peluru kendali dan roketnya bisa diarahkan. Tepat sasaran.

Seperti  yang saya simak pagi tadi ketika Rusia ingin menghancurkan tower jaringan televisi Ukraina. Berantakan. Ikut juga berantakan tugu peringatan pembatanian Jahudi tetangga tower itu.

Pembantaian yang dilakukan Hitler. Nazi Jerman. Di perang dunia kedua. Perang dunia, terutama, di eropa.

Perang dengan semboyan ” das uber alles” Semboyan nationalsozialismus> Nazi. Yang  merujuk pada sebuah ideologi totalitarian partai pekerja nasional-sosialis Jerman,

Perang dari kesetiaan tentara lewat salam tangan diluruskan dan jemari dirapatkan. Yang kala saya kanak-kanak sering menyalin untuk  sebuah kebanggan. Kebanggan menjadi bagian Adolf Hitler. Hitler yang berkumis sejumput di bawah hidung.

Bermuka sangar.

Nazi yang dihempang tentara merah Rusia ketika ingin merangsek Moskwa dan membebaskan Ukrainan dari penjajahan Hitler yang membantai jutaan Jahudi. Termasuk Jahudi Ukraina.

Perang Ukraina pasti nggak sebanding dengan perang model Mc Arthur. Perang mengalahkan Jepang setelah Honolulu di kemplang pedang samurai. San Fransisco dan dan Los Angeles di bibir timur pasific menunggu takluk.

Perang dunia model pasifik. Perang laut di pasific ocean.

Perang memutar. Berpindah  basic untuk menyusun strategi.  Hingga ke Morotai di utara Maluku. Hingga ke Saigon di Vietnam. Dan terus merangek Taiwan untuk mencari pijakan tentara untuk memberikan keamanan pesawat menjatuhkan bom atom.

Jepang takluk.

Okinawa menjadi simbol kemenangan Amarika Serikat.

Kemenangan yang mengantarkan Harry S Truman berdiri di podium house of representative. Harry Truman sang presiden  Mengumumkan Amerika Serikat menang. Jepang takluk.

Dan tepuk tangan gemuruh mengiringi standing opinion pidato bernada sengau Truman. Pidato yang menyentuh ketika Truman di pertengahan pidatonya sesenggukan mengingatkan semua yang hadir di perlemen itu

Mengingatkan heroiknya para tentara yang datang ke medan perang untuk tidak pernah pulang.

“Mereka berkubur dikematian dan kehidupan,” kata Truman dalam tepuk panjang. Yang menyebabkan pidato Truman tenggelam tepuk dalam tatapan kabur anggota perlemen karena genangan air mata yang tak ingin mereka seka.

Usai tepuk tangan panjang itu ada pause. Ada jedah. Jedah yang hening.

Dan dikeheningan itu Harry Truman meninggikan suaranya, dan berkata : “di podium ini, di tempat saya ada Franklin D Roosevelt. Roosevelt yang tak sempat menikmati Amerika Serikat menang”

Roosevelt yang  mengeluarkan dekrit penarikan picu bom atom. Dan Jepang terkapar. Untuk kemudian menjadi “negara bagian” dari united state of america.. Yang otoritasnya berada di pundak Mc Arthur. Jenderal legendaris.

Saya sengaja mengulang narasi kemenangan Amerika Serikat dalam perang pasific usai menonton tayangan pidato Joe Biden pagi tadi. Tayangan pidato live dari jaringan televisi al jajeera.

Joe Biden berambut putih dengan suara bariton mengutuk invasi Vladimir Putin terhadap Ukraina. Pidato yang meminta Amerika Serikat bersatu usai dibelah Trumph lewat garis demokrat dan republiken.

Pidato Biden di podium house of representative menyebabkan Nancy Peloci, sang ketua,  menggeser kursinya untuk oponion standing disertai tepuk tangan.

Tentu tidak tepuk tangan seperti orasi Truman yang disertai air mata. Karena tak ada tentara Amerika Serikat yang datang ke Ukraina. Sebab, yang ada, hanya umpatan banyak pejabat Washington lewat media. Media online.

Lain dengan perang pasifik atau perang Hitler di Europa. Perang Hitler membasmi  ras Jahudi.  Walaupun dalam perang Ukraina ini juga menyeret ras Jahudi.

Jahudinya ras Volodymyr Zelensky.  Sang presiden yang aktor dan pelawak itu Jahudi yang beranak pinak di Ukraina dan membanggakan sebuah tugu pembantaian ras yang menjadi kutukan orang muslim.

Lantas bagaimana nasib Ukraina yang presidennya berdarah Jahudi?

Kelihatannya mirip dengan makna kata ukraina itu sendiri. Ukraina di perbatasan. Perbatasan Slavia dan Rusia. Ia kejepit. Kejepit oleh antar-ras.

Karena itu, wanitanya cantik-cantik –tidak terhitung klas kecantikannya.

Tentu saja Jahudi Ukraina nggak bisa disamakan  dengan Jahudi Pelestina. Jahudi yang dikutuk karena masalah tanah.

Bukan karena keyakinan. Karena kitab suci muslim juga tertulis sejarah panjang Jahudi. Yang nabinya juga menjadi bagian dari dua puluh lima rasul mislim.

Perang Ukraina ini kalau di plesetkan lebih jauh adalah perang antar pelawak dengan jomblo. Perang Zelensky dengan Vladimir Putin yang kalau kita baca di media online berjibun analisisnya yang dituangkan pengamat.

Untuk itu saya nggak mau terjebak di ranah analisis media online. Analisis yang bisa datang dari siapa saja. Datang dari gam cantoi atau apet awe.

Saya hanya ingin menenggak analisis dan live dari al jajeera. Yang dari dulu menjadi televisi untuk bacaanya saya.

Dari al jajeera ini saya tahu tentang bagaimana sumbu pemicunya perang. Bagaimana ia dikendalikan. Dibuncah-buncah. Dan dijadikan rebutan kata-kata.

Rebutan kata-kata yang menyeret penduduk bumi untuk terbelah dalam dua kutub berbeda. Kutub pro dan kontra. Kutub barat dan kutub timur. Kutub yang berbeda bacaan ketika memoloti isi google.

Masih lumayan kalau berbeda bacaan untuk kemudiannya mengumpat ke arah ruang kosong.

Sebab, kalau diumpatkan ke orang lain pasti akan menghadirkan silang sengketa kata.

Saya pun mengalami sengketa kata.

Sengkata kata yang mendatangkan sengkarut.

Padahal sengketa kata itu hanya antara ayah dan anak.

Kalau sengketa kata dan sengketa pilihan itu terjadi di warung kopi nun di negeri aso lhok saya, Anda tahulah ramainya dakwa dakwinya. Yang untuk mendamaikan sulitnya tak ketulungan.

Anda sendiri tahulah sulit mengembalikan muka masam ke muka tersenyum.

Saya sendiri punya cara mendamaikan sengketa kata dan pilihan pro kontra  perang Rusia – Ukraina ini.

Cara itu lebih elegan.

Setiap sang anak datang menghampiri saya langsung tekan tombol laptop.

Tombol pilihan siaran live televisi “Al Jajjeera.” Pus..breaking news” Tak ada dakwa dakwi. Damai.

Kalau didakwa sepak aja laptop live breaking news al jajeera.

Al jajeera yang yang reporting indepth-nya bukan klas abal-abal. Yang scripnya acungan jempol. Yang wawancaranya dari lokasi perang sangat balances.

Dari al jejeera ini saya tahu apa maunya Rusia dengan invasinya ini. Invasi yang targetnya menurunkan Zelensky.

Jalannya Rusia harus menundukkan ibu kota Kiev. Usaha itu diperkirakan berhasil di hari hari pertama perang. Sampai-sampai Kiev siaga penuh.

Tapi sampai Kamis siang tadi, saat saya menulis, Kiev belum jatuh ke tangan Rusia. Perlawanan cukup kuat dari militer Ukraina. Sepanjang hari itu kemarin suara dentuman banyak terdengar.

Saya berguman. Beginilah perang modern. Sasarannya terarah. Jatuhnya bom juga sudah diatur. Dikendalikan oleh komputer. Jarak jauh. Kian tepat sasaran.

“Serangan hari pertama, sukses mencapai semua sasaran,” ujar juru bicara pemerintah pusat Rusia.

“Kita berhasil menembak jatuh pesawat tempur Rusia dan belasan helikopternya,” ujar juru bicara Ukraina.

Kita sulit memercayai keduanya.

Sudah menjadi bagian dari doktrin perang: harus memublikasikan kisah sukses –untuk mengangkat moral prajurit di medan perang. Kalau perlu dilebih-lebihkan. Atau diada-adakan.

Sehari kemarin keadaan Kiev sudah mulai ramai. Kendaraan umum memang tak berlalu lintas. Tapi penduduk sudah mulai berlalu lalang. Kiev memang sudah  terkepung.

Tapi tak ada rasa khawatir dari mereka yang berlalu lalang.

Toh mereka tahu tujuan akhir Rusia adalah memaksa pemerintahan berganti. Presiden Ukraina yang sekarang, dianggap hanya pelawak. Kalau pun harus disentil lebih tajam adalah boneka barat.

Itu bisa disimak dari orasi  Vladimir Putin saat memproklamasikan perang Rabu pekan lalu. Pidato itu ditujukan ke rakyat Rusia. Juga  kesemua arah. Bahwa serangan itu untuk mempertahankan kedaulatan Rusia

Bagi Rusia, menguasai Kievl tidak sulit. Soal kecil.

Posisi kota itu kini terjepit.Terjepit dari utara-selatan dan timur. .

Praktis Kiev sudah terkunci.

Maka di hari keenam perang Ukraina ini terlihat jelas bahwa Kiev tinggal menunggu bunyi treng.. dari Putin.

Treng untuk menggelontorkan tentara dan peralatan perang, yang menurut Al Jajeera” empat puluh enam kilometer dari perbatasan dengan Belarusia:. Hanya seratus lima puluh kilometer. Serangan dari arah Belarusia inilah yang kian mendekati Kiev.

Belarus yang sepenuhnya memihak Rusia. Pasukan yang akan menyerang Kiev datang melalui Belarus.

Belarus yang tidak perlu visa untuk ke Ukraina. Demikian juga orang Ukraina, tidak perlu visa ke Belarus. Bahasa di kedua negara tidak banyak beda. Orang Belarus bisa mengerti bahasa Ukraina. Dan sebaliknya.

Tidak hanya x factor Belarus. Kini satu per satu kota-kota kecil  seputar Kiev sudah dikuasai. Rusia sudah mengaktifkan pos untuk mengontrol keluar masuk manusia dan barang dari kota itu.

Dari spekulasi para analis Rusia sudah berhitung: tidak harus menguasai Kiev.

Cukup kurung Kiev.

Kalau pun datang bantuan senjata atau apalah namanya hanya bisa lewat Polandia. Atau Moldova. Itu pun tidak mudah. Dua negera itu tak mungkin langsung mengirim bantuan dan persenjataan.

Harus mendapat persetujuan parlemen yang debatnya bisa sangat panjang. .

Kelihatannya Rusia sudah berhitung: tidak harus kesusu membuat Kiev takluk. Bisa satu minggu dan bisa kapan saja.

Maka hari ini dan besok adalah hari-hari yang krusial bagi Ukraina. Terutama bagi Presiden Zelenskyy.

Zelensky yang ditayangkan oleh “al jajerra” dari bunker persembunyiannya. Ada karung pasir dan terowongan yang berliku liku. Zelensky yang  berkaos oblong warna gelap dengan kimis dan jenggot yang belum sempat dicukurnya.

Zelensky yang nggak trend dari sis penampilan. Tapi tren lewat genggaman handphone

Dari telepon itu juga ia bisa podcast menyapa para sekutu. Sekutu yang masih bisa memberikan penghiburan padanya. Amerika memberikan hiburan istimewa: menyediakan diri menampung pengungsi dari Ukraina.

Sejauh ini perhatian sekutu lebih fokus pada memberikan sanksi terberat. Termasuk mengeluarkan Rusia dari sistem ekonomi dunia.

Dua hari lalu Bank Sentral Rusia memberi tanggapan enteng: itu justru akan memperkuat ruble sebagai mata uang internasional.

Barat sangat optimistis sanksi ekonomi itu akan berhasil mengisolasi Rusia.

Apakah optimis barat itu kesepakatan bulat. Final.

Nampaknya nggak juga.

Jerman, Prancis, dan Italia mmenyempal dari sanksi total. Mereka punya alasan. Itu bisa melumpuhkan pasokan energi.

Mereka takut ekonominya lumpuh karena industri akan pause produksi

Bagaimana dengan Indonesia?

Yang pasti, Anda yang pro-Rusia maupun yang pro-Ukraina akan bernasib sama: sama-sama akan menerima akibat buruk.

Yakni, kenaikan harga bensin. Harga minyak mentah sudah naik tinggi dan akan lebih tinggi lagi.

Subsidi?

Mana tahan.

Minyak goreng, tempe dan daging sapi saja dibiarkan. Para pengamat lebih suka membahas polemik presiden tiga kali. Masa jabatan presiden yang ditambah.

Sebab, kan menarik menganalisis minyak goreng, tempe dan daging sapi. Karena nggak ada genitnya. Karena harus mencari tahu ke pasar tumpah. Becek. Kumal

Apalagi alasan tertular omicron.

Pertamina? Pasti tidak akan kuat menahan harga bensin yang ada sekarang.

Mungkin harga terigu juga akan ikut naik. Kiriman gandum dari Ukraina mulai terhambat.

Perang sebaiknya harus cepat selesai.

Tak enak menjadi sengkarut dakwa.

Sengkarut analisa klas kupi sharing.

Tags : slide