close
Nuga News

Ikhwanul Menantang Lewat “Jumat Kemarahan”

Mesir kembali bersiap untuk menghadapi konfrontasi yang lebih besar seusai shalat Jumat waktu Kairo, dan merupakan pelampiasan “dendam” atas kematian di “Hari Rabu Biadab” dimana tentara membunuh aksi demnstrasi damai di dua kamp pendukung presiden terguling Mohamed Morsi, Rabia dan An Nahda.

Mereka menyebutkan kebrutalan militer telah menyulut “Kemarahan besar jutaan orang.” Aksi damai unjuk rasa usai Jumat itu, seperti yang diberitakan oleh “AFP” sedang dipersiapkan dan banjir manusia dari Kairo sedang berlangsung.

Kebiadaban tentara yang menembaki para demonstran kini berbuah dengan pengucilan Mesir dari dunia internasiona. Para pemimpin dunia mengecam aksi paling brutal tentara. Turki telah menarik duta besarnya. Amerika Serikat telah memerintahkan warga negaranya keluar dari Mesir.

Angka yang tewas pada Rabu berdarah dua hari lalu masih simpang siur. Depertemen Kesehatan Mesir merilis angka 638 jiwa. Sedangkan Ikhwanul Muslim mengeluarkan daftar, sudah 2.700 tewas dan belasan ribu lainnya terluka.

Kelompok Pro-Morsi ini diimbau untuk tidak melakukan kudeta via unjuk rasa usai shalat Jumat hari ini.

Pengumuman resmi tentang adanya konfrontasi lebih besar, muncul sehari setelah otoritas keamanan melakukan “pembersihan” untuk mengakhiri aksi duduk yang dilakukan oleh pendukung Ikhwanul Muslim untuk mendesak dibebaskannya Morsi.

“Kelompok anti kudeta militer akan datang dari seluruh penjuru masjid di Kairo dan menuju Ramsis Square setelah shalat Jumat yang akan kami namakan ‘Jumat kemarahan’,” Kata juru bicara Ikhwanul Muslimin Gehad el-Haddad, yang dilansir dari The Hindu Business, Jumat pagi, 16 Agustus 2013.

“Dendam kami atas kesakitan dan kesedihan akan kehilangannya sejumlah martir telah membulatkan tekad kami untuk menghabisi mereka,” ujaroleh el-Haddad.

Sementara itu Pemerintah Mesir kini menamakan para demonstran dengan teroris dan akan menghadapinya dengan senjata. “Mesir sedang menghadapi aksi teroris yang mengincar bangunan pemerintah,” sebut pernyataan yang dikeluarkan Pemerintah Mesir, seperti dikutip AFC.

Selain itu, dia menyebut apa yang diucapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dapat meningkatkan aksi teror di Mesir. Sebelumnya, Obama memang menyayangkan kerusuhan yang terjadi di Mesir.

“Kami takut kecaman Obama tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Kecaman itu dapat memicu kekerasan yang lebih besar,” lanjut pernyataan tersebut.

Mamburuknya situasi di Mesir, hari-hari pasca pembunuhan warga sipil oleh tentara, makin membelah negara itu dengan adanya aksi kelompok anti-Morsi yang dipimpin oleh kelompok Tamarod, yang meminta warga Mesir untuk mempersiapkan diri melawan aksi terorisme.

Tamarod, menurut laporan Al-Jazera, dibentuk dan didukung oleh militer untuk tameng mereka menghadapi tuduhan dunia. Sehingga yang nampak di lapangan nanti adalah bentrok horizontal antara sesame kelompok masyarakat. “Makin tak menuntu dan sangat berbahaya,” komentar Al-Jazera.

“Di masa sulit ini, semua warga harus bersatu membela masa depan dari anak-anak kita dari terorisme dan kekuatan hitam yang ingin menarik kita ke masa seperti beberapa abad lalu,” tutur pihak Tamarod.

Tamarod juga mendesak agar seluruh warga Mesir membentuk komite di seluruh setiap sudut jalan, di luar rumah dan gereja-gereja di seluruh negeri. Mereka juga membawa slogan-slogan yang menunjukkan penolakan atas intervensi asing.

Khawatir akan adanya kekerasan lebih parah, beberapa jalan di Kairo ditutup dan warga setempat membangun blokade dari semen dan besi. Sementara pihak berwenang terus memeriksa kartu identitas milik warga.

Tags : slide