close
Nuga Life

Pikun? “Obatnya” Rajin Aja Naik Tangga

Kepikunan?

Jangan khawatir, tulis laman situs “real simple,” Kamis, 24 Maret 2016.

Menjadi pikun bukan hal yang menakutkan.

Anda perlu tahu, riset baru dari Concordia University, ternyata menemukan cara sederhana untuk membantu otak tetap muda, dan studi itu membuktikannya lewat kegiatan teratur seseorang naik tangga.

“Semakin sering dan teratur seseorang naik tangga semakin awet muda otak mereka,” tulis hasil penelitian yang diterbitkan di Neurobiology of Aging.

Dalam riset tersebut peneliti menggunakan MRI atau dikenal dengan “Magnetic Resonance Imaging” non invasif untuk memeriksa ratusan otak peserta berusia antara sembilan belas hingga delapan puluh tahun.

Untuk memeriksa kesehatan otak, mereka melihat volume sel-sel kelabu, penanda visual kesehatan saraf dalam proses penuaan.

Kemudian mereka membandingkan volume otak dengan jumlah tangga yang dipanjat peserta secara teratur dan berapa tahun yang mereka habiskan untuk sekolah.

Mereka menemukan semakin rajin naik tangga, otak memiliki lebih banyak sel-sel kelabu, setara dengan nol koma lima puluh delapan tahun lebih muda.

Mereka juga menemukan setiap tahun pendidikan yang dilalui, otak tampak nol koma sembilan puluh lima lebih muda.

“Dibandingkan dengan banyak bentuk aktivitas fisik, naik tangga adalah sesuatu yang dapat dilakukan orang dewasa dan dilakukan paling tidak sehari sekali.”

“ Naik tangga bukan termasuk aktivitas fisik berat,” ujar Jason Steffener, pemimpin penelitian tersebut dalam sebuah pernyataan.

Untuk tetap memelihara otak Anda harus menghindarkan hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Hipertensi merupakan penyumbang terbesar yang dapat menyebabkan kerusakan otak manusia. Hal ini bisa berakibat fatal, seperti stroke, gangguan kognitif, hingga demensia atau pikun.

Banyak proses yang bisa terjadi ketika tekanan darah tinggi menyerang otak.

Ketika tekanan darah tinggi, pembuluh darah bisa pecah kemudian perdarahan ke otak. Oksigen jadi kurang di otak

Hipertensi yang cukup lama juga bisa menyebabkan lapisan dalam pembuluh darah perlahan menipis.
Hal ini dapat membentuk endapan di otak yang makin lama menebal.

Sayangnya, hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala sehingga orang tidak menyadarinya dan cerndung mengabaikan.

Selain itu stres juga bisa meningkatkan risiko memori dan sering diikuti dengan penyakit Alzheimer. Demikian penemuan sebuah studi baru.

Peneliti menemukan lansia dalam penelitian yang mengalami stres berat lebih dari dua kali cenderung mengalami masalah memori dibandingkan mereka yang hanya memiliki stres rendah.

Hasil penelitian ini menyarankan pencarian cara menurunkan stres pada lansia secara dini mungkin membantu menunda atau bahkan mencegah timbulnya penyakit Alzheimer’s.

Peneliti mencatat bahwa cara kita memandang kejadian berpotensi stres dalam hidup mungkin berperan dalam risiko terjadinya masalah memori.

“Ini bukan apa yang terjadi pada diri Anda tetapi bagaimana kita memandang apa yang terjadi pada diri kita,” kata salah satu peneliti Dr. Richard Lipton, wakil ketua neurologi di Albert Einstein College of Medicine di New York.

Wanita dibandingkan pria cenderung mengalami stres lebih tinggi.

Dan menurut penelitian ini orang dengan pendidikan lebih rendah atau kadar depresi lebih tinggi juga mengalami kadar stres lebih tinggi.

Mekanisme yang mungkin menghubungkan stres dan pelemahan memori belumlah jelas.

Namun riset sebelumnya pada hewan dan bukti-bukti pada manusia sudah menunjukkan bahwa stres kronis berhubungan dengan penyusutan daerah otak yang disebut hippocampus.

“Daerah ini berhubungan dengan memori dan mungkin menyebabkan defisit memori,” kata Lipton.

Namun stres merupakan faktor risiko yang dapat diubah. “Terdapat banyak cara mengatasinya, misalnya berolah raga, berteman dengan banyak orang untuk memberi dukungan sosial,” kata Lipton.

Cara potensial lain mengurangi stres adalah dengan berpartisipasi dalam sejenis terapi yang disebut cognitive behavioral therapy yang membantu kita mempelajari perencanaan lebih baik sehingga mengurangi sumber potensial stres sehari-hari seperti menjadwalkan terlalu banyak pertemuan.

Terapi ini mungkin juga membantu kita mengubah cara memandang kejadian yang berpotensi stres.

Tags : slide