close
Nuga Life

Mari Mengenali Apa Itu Penyakit Demensia

Demensia.

Demensia alias pelupa berat.

Dan itu dialami oleh mereka yang lanjut usia.

Untuk Anda tahu, demensia adalah gangguan fungsi kognitif atau fungsi berpikir menyeluruh dari otak.

Kondisi tersebut ditandai dengan adanya gangguan fungsi memori atau daya ingat. Orang lanjut usia  merupakan kelompok orang yang sangat rentan mengalami demensia.

Penderita demensia umumnya akan mengalami depresi, perubahan suasana hati dan perilaku, kesulitan bersosialisasi, hingga berhalusinasi.

Penderita tidak mampu hidup mandiri dan memerlukan dukungan orang lain.

Perlu diingat bahwa tidak semua orang yang mengalami penurunan daya ingat atau penurunan kemampuan fungsi otak dapat diasosiasikan dengan demensia.

Demensia tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan secara dini dapat membantu meredakan dan memperlambat perkembangan gejala, serta menghindari komplikasi lebih lanjut.

Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf otak di bagian tertentu, sehingga menurunkan kemampuan berkomunikasi dengan saraf tubuh lainnya, dan mengakibatkan kemunculan gejala sesuai dengan area otak yang mengalami kerusakan.

Ada berbagai macam kondisi dalam kasus demensia. Ada jenis demensia yang berkembang secara progresif, dan ada juga kondisi lain yang menyerupai demesia yang terjadi karena reaksi tertentu dan dapat ditekan.

Demensia progesif adalah kondisi yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf otak tertentu dan dapat memburuk seiring waktu. Kondisi ini umumnya tidak dapat dipulihkan secara tuntas.

Terdapat kondisi-kondisi lain yang dapat menyebabkan demensia atau menimbulkan gejala yang menyerupai demensia.

Sebagian besar dari kondisi tersebut menimbulkan gejala yang sifatnya sementara dan dapat pulih setelah penanganan.

Namun beberapa kondisi menimbulkan gejala menetap, seperti misalnya penyakit Huntington, penyakit Creutzfeldt-Jakob, penyakit Parkinson dan cedera otak.

Kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala menyerupai demensia yang sifatnya sementara dan dapat pulih dengan pengobatan, yaitu:

Adapun beberapa kondisi lainnya yang dapat memicu terjadinya demensia, di antaranya adalah trauma atau cedera otak yang berulang, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, hingga penyakit Creutzfeldt-Jakob.

Menurut sifatnya, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang berada di luar kendali dan faktor yang bisa dikendalikan.

Faktor-faktor risiko demensia yang di luar kendali dan tidak bisa diubah meliputi pertambahan usia, riwayat kesehatan keluarga, serta masalah kesehatan seperti gangguan kognitif ringan dan sindrom Down.

Sedangkan faktor-faktor risiko demensia yang dapat dikendalikan atau dihindari meliputi kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol, depresi, sleep apnea, diabetes, obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, dan aterosklerosis

Penderita demensia umumnya mengalami gejala sesuai dengan penyebabnnya, dengan perubahan kognitif dan psikologis sebagai gejala yang utama.

Dalam kondisi parah, penderita dapat mengalami gejala lanjutan seperti kelumpuhan di salah satu sisi tubuh, tidak mampu menahan kemih, penurunan nafsu makan, hingga kesulitan menelan.

Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan apabila seseorang mengalami salah satu atau beberapa gejala demensia, guna mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

Demensia tidaklah mudah untuk didiagnosa dikarenakan banyaknya gejala yang dapat mengindikasikan penyakit sejenis.

Selain menanyakan riwayat penyakit dan kesehatan pasien serta keluarga, dilakukan juga pemeriksaan fisik dan serangkaian tes lanjutan, yang meliputi:

Pada kasus demensia progresif yang terdiagnosis, dokter akan mengacu pada teori 5 tahap perkembangan kondisi untuk menentukan tingkat keparahan demensia. Kelima tahap tersebut meliputi:

Tidak semua kasus demensia dapat dipulihkan.

Pengobatan demensia dapat dilakukan untuk meredakan gejala yang dialami dan menghindari komplikasi.

Pengobatan demensia  meliputi pemberian obat-obatan, terapi, hingga operasi.

Selain terapi-terapi di atas, terdapat juga beberapa terapi pendukung yang dapat dilakukan di rumah, seperti terapi musik, aromaterapi, pijat, bermain dengan hewan peliharaan, hingga melakukan aktivitas seni.

Saat proses terapi, sangat disarankan untuk memodifikasi perabotan rumah agar memudahkan penderita bergerak dan menyingkirkan benda tajam agar tidak membahayakan penderita.

Pada kasus demensia yang disebabkan oleh tumor otak, cedera otak, atau hidrosefalus, tindakan operasi dapat disarankan.

ika belum terjadi kerusakan permanen pada otak, tindakan operasi dapat membantu memulihkan gejala.

Kondisi pemicu demensia seperti hipertensi, diabetes dan gangguan kolestrol perlu diobati agar tidak menyebabkan kerusakan saraf atau pembuluh darah lebih lanjut.

Perubahan gaya hidup seperti mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok juga dapat membantu.