close
Nuga Life

Loyo? Jangan Selesaikan dengan Viagra

Anda loyo di ranjang? Lantas mencari alternatif dengan miminum Viagra? Wah itu salah besar.

Anda sebenarnya tak memerlukan Viagra. Yang Anda perlukan justru Testosteron.

Kenapa tidak Viagra?

Menurut pakar kesehatan seksual Prof Geoffrey Hackett, seperti ditulis di surat kabar terkenal “daily mail,” Kamis, 06 Agustus 2015, didak semua masalah gangguan seksual pada pria bisa diatasi dengan sildenafil atau lebih dikenal dengan Viagra.

Pria yang mengalami masalah kehilangan libido akan mendapatkan kembali gairahnya setelah terapi testosterone bukan viagra.

Kemampuan obat-obatan disfungsi ereksi, seperti Viagra, Cialis, dan Levitra memang sudah banyak dibuktikan.

Bahkan, obat-obatan tersebut tahun lalu terjual lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya, salah satunya karena paten obat sildenafil sudah habis sejak tiga tahun lalu sehingga harganya lebih murah.

Walau begitu, obat disfungsi ereksi tak selalu menjadi jawaban dari gangguan seksual pria.

Prof Geoffrey Hackett menyatakan, hampir separuh dari sildenafil yang diresepkan tidak berhasil pada pria karena masalah utamanya adalah testosteron rendah.

Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab pada energi pria, libido, dan fungsi seksual. Hormon ini juga berpengaruh pada proses penting lainnya dalam tubuh.

estosteron terutama diproduksi di testis dan kadarnya akan mulai menurun saat pria berusia empat puluhan tahun.

Sejak dulu suntikan testosteron atau dalam bentuk koyo hanya diberikan pada pria yang kadar testosteronnya tidak normal akibat beberapa kondisi penyakit, misalnya tumor otak atau efek samping kemoterapi.

Namun, para dokter yakin bahwa banyak masalah seksual yang dihadapi pria di usia pertengahan, seperti libido rendah, disfungsi ereksi, kelelahan, dan mood yang buruk, terjadi karena testosteron rendah.

Kondisi tersebut bisa dikoreksi dengan terapi pengganti testosteron, baik dalam bentuk suntikan maupun koyo.

“Setiap pria yang mengalami susah ereksi seharusnya memeriksa kadar testosteron mereka dan diterapi jika rendah. Namun, pengobatan sildenafil bisa dilanjutkan karena bermanfaat untuk jantung dan pembuluh darah,” kata Hackett.

Memang obat anti-disfungsi ereksi bisa membantu masalah impotensi, tetapi hanya sementara. “Jika kekurangan testosteron semakin buruk, disfungsi ereksinya akan kembali lagi,” kata dr Malcom Carruther, pakar kesehatan pria.

Tentu saja pemeriksaan kadar testosteron adalah kata kunci dalam masalah ini. Jangan sembarangan melakukan terapi testosteron.

Bagaimana pula kalau seseorang kesulitan mendapatkan. Tetapi, perlukah mengonsumsi obat antiimpotensi?

Obat antiimpotensi yang sudah disetujui badan pengawas obat berwenang di banyak negara adalah PDE5 inhibitor yang merk dagangnya lebih dikenal sebagai Levitra, Viagra, Stendra, dan Cialis.

Obat tersebut bekerja dengan membuat rileks pembuluh darah sehingga makin banyak darah ke bagian penis yang akhirnya membuat ereksi.

Menurut Greogry Bales, ahli urologi di Universitas Chicago, pil antiimpotensi bekerja efektif pada dua pertiga pria yang disfungsi ereksi. Obat ini bahkan bisa diandalkan pada pria yang hanya perlu ereksi dengan cepat agar lebih “jantan”.

Obat-obatan antiimpotensi tersebut juga mengurangi periode pemulihan antar sesi bercinta, yang juga membantu 40 persen pria yang mengalami disfungsi ereksi.

“Bahkan walau tergolong prematur, tapi setidaknya bisa menunda ejakulasi sampai sekitar dua menit. Secara umum pria bisa ereksi,” kata Harry Fisch, profesor urologi dan kedokteran reproduksi.

Bukan hanya itu, menurut Fisch, pria yang minum obat Cialis, terutama jika minum dosis harian, bisa mendapatkan ereksinya secara spontan. “Anda tak perlu minum pil dua jam sebelum bercinta,” katanya.

Tapi, tak ada obat tanpa efek samping. Viagra, Cialis, Stendra, dan Levitra, dilaporkan menyebabkan sakit kepala, pusing, sensasi panas di wajah, serta pilek. Namun kebanyakan pria tak keberatan dengan efek samping tersebut.

Salah satu cara untuk menurunkan efek samping, disarankan untuk minum dalam dosis paling rendah yang bisa bekerja. Obat-obatan ini juga tidak adiktif.

Penyebab utama disfungsi ereksi adalah penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan Kolesterol tinggi. Akibat penyakit ini, pembuluh darah jadi menciut, bukannya melebar untuk membiarkan darah masuk.

Jika Anda dan pasangan sedang merencanakan kehamilan sehingga harus berhubungan seks sesuai dengan jadwal masa subur, obat antiimpotensi bisa membantu. “Seks yang terjadwal bisa menyebabkan stres sehingga ereksi menjadi lembek,” kata Paul Turek, dokter ahli fertilitas.