close
Nuga Life

Ini Dia “Teknik” Mendapatkan Seks Panas

Sebuah penelitian terbaru dari Queen University mengungkapkan, bahwa  pria, di banding dengan wanita,  lebih mudah bergairah dan organ seks-nya siap “tempur” saat otak mereka menerima rangsangan seksual

Alasannya, pria memiliki kromosom Y,  atau “pop,”  seperti diyakini kalangan ahli

Para peneliti mengatakan, pria memiliki “sexual concordance” yang lebih tinggi dibanding wanita.

Sexual concordance adalah persetujuan atau kecocokan antara organ seks dengan otak.

Mudahnya, pria lebih mudah bergairah dan organ seks-nya siap “tempur” saat otak mereka menerima rangsangan seksual.

Hal ini menyebabkan, pria bisa saja sudah siap untuk berhubungan seks ketika melihat atau merasakan sesuatu, sedangkan wanita pasangannya belum tentu merasakan hal yang sama.

Namun sebuah penelitian terbaru menawarkan sontekan untuk mengetahui, apa yang sebenarnya dirasakan oleh wanita di area intim mereka saat terangsang.

Para peneliti dari Queens University merekrut tiga puluh satu wanita muda untuk menonton klip foreplay dan seks heteroseksual yang keduanya sama-sama berdurasi delapan belas menit.

Mereka lalu menggunakan beberapa runutan metode pengetesan untuk mengecek aliran darah ke dinding vagina dan vulva.

Para wanita tadi kemudian diukur kadar keterangsangan seksualnya, dari satu sampai sepuluh.

Dari tak terangsang sama sekali sampai sangat-sangat terangsang.

Jadi apa hubungannya antara keterangsangan dengan orgasme wanita sesungguhnya?

Para peneliti menemukan kecocokan yang lebih tinggi antara stimulasi vulva dan keterangsangan dibanding stimulasi vagina dan keterangsangan.

Artinya, wanita lebih mudah merasa terangsang saat vulva mereka menerima stimulasi–bukan dalam vagina.

Seperti juga ditulis laman situs  Men’s Health,  ini artinya saat berhubungan seks, pria sebaiknya lebih fokus untuk memberikan stimulasi pada vulva dibandingkan melakukan penetrasi vagina.

Temuan kedua: wanita yang menonton orang-orang berhubungan seks tidak lebih terangsang dibanding mereka yang menonton foreplay saja.

Artinya, untuk benar-benar bisa memuaskan wanita pasangan mereka, pria harus memberikan perhatian dan usaha yang sama pada keduanya–foreplay dan penetrasi.

Berikan stimulasi yang cukup pada area intim pasangan Anda dan luangkan waktu untuk foreplay.

Kedua hal ini akan memastikan Anda berdua mendapatkan seks yang jauh lebih panas dibanding sebelumnya.

Sebuah studi lainnya yang dilakukan di University of Toronto  menemukan kunci untuk pemenuhan seksual tidak terletak pada frekuensi banyaknya

Anda dan pasangan melakukan hubungan seks, melainkan pada kekuatan komunal seksual.

Kekuatan komunal seksual adalah ketika setiap pasangan memprioritaskan kebutuhan hasrat seksual satu sama lain. Di mana mereka saling memuaskan.

Menurut para peneliti, ini tidak ada hubungannya dengan berapa sering kegiatan seksual dilakukan.

Anda harus ingat bahwa Anda dan pasangan memiliki tingkat libido yang berbeda.

Karena itu Anda harus menganggap pasangan sebagai rekan satu tim di atas ranjang. Jangan pernah berpikir hanya Anda yang terpuaskan, tapi juga mesti memikirkan pasangan.

Semakin baik kualitas bercinta yang dirasakan, menurut peneliti menjadi tanda Anda dan pasangan memiliki kualitas seks yang baik.

Seperti dikutip dari Everyday Health, , meski Anda selalu berpikir sudah cukupkah kehidupan seks Anda, Anda yang lebih mengetahuinya. Karena kebutuhan libido tidak bisa diukur.

Tak ada kurang atau lebih

Ya, mendapatkan orgasme saat berhubungan intim tentu keinginan setiap orang yang melakukannya.

Hal ini menjadi penanda Anda melewati sesi intim ini dengan luar biasa.

Namun mendapatkan orgasme setiap kali berhubungan intim tidak selalu bermanfaat. Baik dalam hubungan dengan pasangan maupun kehidupan seks Anda.

Ketika Anda mendapatkan orgasme setiap kali bercinta, Anda selalu berpikir hal ini akan selalu terjadi. Ini mengarahkan pandangan, orgasme adalah tanda kesuksesan dalam hubungan seksual.

Tentu saja hal ini membuat tekanan untuk mencapai orgasme setiap kali berhubungan intim. Alhasil ketika tidak mencapai orgasme, baik diri Anda atau dia, akan merasa gagal.

Nah ketika orang merasa orgasme saat bercinta dan dan merasa gagal ketika tidak bisa mencapainya ini disebut orgasm imperative.

Menurut peneliti, orang dengan tipe seperti ini tidaklah baik, karena akan menimbulkan tekanan negative

Orgasm imperative ini akan berdampak pada hubungan. Sehingga pasangan cenderung bercinta demi mencapai tujuan akhir, yakni orgasme. Padahal hubungan intim dengan pasangan sebenarnya adalah sesuatu yang dinikmati untuk merayakan kebersamaan Anda berdua.

Tipe orang yang seperti ini pun akan membuat hubungan bercinta jadi lebih sulit rileks dan mencapai klimaks.

Oleh karena itu yang terpenting adalah untuk mencoba menikmati hubungan seksual pada setiap menitnya, bukan hanya pada puncaknya saja.