close
Nuga Life

Hai Lelaki! Hidup Sendiri Itu Cepat Mati

Lelaki itu kalau hidup sendiri cepat mati?

Ya, jawab sebuah penelitian terbaru dari “Sahlgrenska Academy Study on Ischemic Stroke, Petra Redfors.

Studi itu menemukan bahwa tingkat kematian lebih tinggi pada laki-laki, terutama mereka yang tinggal sendirian. Hasil ini ia dapatkan setelah memeriksa korban stroke iskemik yang belum mencapai umur tujuh puluh tahun.

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa laki-laki yang hidup sendiri memiliki risiko yang lebih besar untuk meninggal, apalagi setelah didatangi stroke.

Temuan dari tesis yang berasal dari Petra Redfors ini mengungkapkan bahwa tiga puluh enam persen dari mereka yang hidup sendiri, meninggal dalam waktu dua belas tahun setelah stroke. Di antara pria, risiko itu melebar menjadi empat puluh empat persen.

Tingkat kematian yang terkait dengan kesendirian itu ditemukan setelah disesuaikan untuk aktivitas fisik, yang dilakukan, seperti konsumsi alkohol yang tinggi, tingkat pendidikan yang rendah dan faktor risiko lainnya.

“Penyebab yang paling mungkin adalah bahwa orang-orang yang hidup sendiri memimpin hidup kurang sehat, jarang berobat dan cenderung menghabiskan lebih banyak waktu sebelum pergi ke gawat darurat,” kata Redfors.

Pasien yang telah mengalami stroke akibat penyakit pembuluh besar, bekuan darah dari jantung atau diabetes memiliki faktor risiko tambahan.
“Pola tingkat kematian di antara orang-orang yang hidup sendiri muncul pada kasus ini juga,” kata Redfors.

Penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian besar korban stroke masih memiliki masalah dengan memori, fokus dan fungsi kognitif pada tujuh tahun berikutnya.

Temuan penelitian ini juga menyoroti pentingnya upaya pencegahan pada pasien stroke, termasuk obat-obatan dan perubahan gaya hidup untuk mencegah hipertensi, diabetes, dan kondisi lainnya.

“Pertimbangan serius harus diberikan untuk menyediakan dukungan yang lebih besar dan informasi yang lebih menyeluruh untuk pasien yang hidup sendiri,” ujar para peneliti.

Mereka yang hidup sendiri sedang terputus dengan ruang lingkup sosial dan merarasa kesepian.

Dalam sebuah penelitian psychological science terungkap bahwa semakin banyak masyarakat yang terputus dengan ruang lingkup sosial mereka adalah orang-orang yang kesepian dan memiliki lebih banyak masalah kesehatan fisik dan mental daripada mereka yang selalu punya teman-teman baru atau lingkungan sosial yang baru,” ungkap Bruce Rabin MD, direktur Program Lifestyle University of Pittsburgh Medical Center.

Selalu merasa kesepian, karena hidup sendirian, bukanlah hal yang baik untuk Anda, karena dapat menganggu kesehatan Anda.

Ingin tahu alasannya?:

Penelitian dari University of Chicago menjelaskan ketika Anda hidup kesendirian dan tidak terhubung dengan ruang sosial yang baru menyebabkan terjadinya gejala depresi.

“Saat Anda kesepian, hormon otak yang berhubungan dengan stres, seperti kortisol menjadi aktif, sehingga menyebabkan depresi,” jelas Rabin.

Anda membutuhkan hal positif untuk mengubahnya. Temukan lingkungan baru dan terlibat dalam aktivitas mereka akan membuat gejala depresi menghilang dan menghasilkan energi positif bagi kesehatan mental Anda.

Pola hidup tidak sehat ini dimulai ketika Anda mengonsumsi makanan.

Penelitian ini menjelaskan ketika seorang pria, wanita yang sudah berusia lima puluh tahun dan janda yang hidup sendirian memiliki pola makan yang tidak baik sehingga memengaruhi pola hidup mereka dan merasa malas untuk beraktivitas.

Jurnal Health Psychology menambahkan, orang-orang yang hidup sendirian dan kesepian cenderung memiliki sikap yang lebih pasif, sehingga di saat tua nanti mengalami berbagai gangguan kesehatan karena pola hidup yang tidak sehat.

Penelitian dari Harvard University menjelaskan, orang dewasa paruh baya yang hidup sendiri memiliki dua puluh empat persen peningkatan risiko kematian akibat gangguan jantung.

“Penelitian secara konsisten menunjukkan orang yang kesepian memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, dan itu karena berbagai alasan,” ujar Rabin.

Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki lingkungan dan dukungan sosial yang positif, sehingga rentan terhadap stres yang memicu penyakit jantung.

Rabin menjelaskan, ketika hormon stres tinggi meningkatkan akumulasi endapan kolesterol dalam hati dan mulai mengganggu organ jantung. Jika seseorang kesepian, secara fisik mereka tidak aktif dan memiliki pola makan yang tidak sehat.

Menurut penelitian Ohio State University pada 2013, kesepian dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh.

Orang-orang yang kesepian akan mengalami inflammation daripada orang yang tidak kesepian. Jika terus terjadi, radang ini dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan, seperti jantung, diabetes tipe 2, arthritis, dan penyakit alzheimer.