close
Nuga Life

Catat!! Ini Dia Gejala Post Power Syndrome

Apakah Anda mengenal “penyakit” post power syndrome?

Salah seorang yang mengalaminya?

Ya, post power syndrome memang bukan bentuk gangguan jiwa atau masalah kejiwaan.

Meski begitu, fenomena ini kerap terjadi di masyarakat, bahkan mungkin di lingkungan kerja atau keluarga kita sendiri.

Post power syndrome biasanya muncul setelah orang kehilangan kekuasaan, jabatan, atau apapun, yang  diikuti dengan harga diri yang menurun.

Akibatnya, ia bisa merasa tidak lagi dihormati dan lebih mudah tersinggung dan curiga.

Umumnya juga orang yang mengalami post power syndrome ini tidak sadar akan kondisinya.

Namun keluarga terdekat ataupun orang lain yang dekat atau tinggal bersamanya akan melihat perubahan sikatp, emosi dan perilaku

Gejala yang muncul pun bermacam-macam dan meliput aspek fisik hingga psikologis

Gejala yang umum terlihat antara lain: rasa kecewa, bingung, kesepian, ragu-ragu, khawatir, takut, putus asa, dan merasa kosong.

Pada orang yang pernah memegang jabatan penting, gejala post power syndrome bisa muncul jika ia tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan atau tidak dimintai pendapat.

Bisa juga rasa curiga dan tersinggung muncul ketika saran atau pendapatnya tidak dijalankan.

Selain itu orang yang mengalami post power syndrome juga menjadi suka ikut campur dan mengatur secara berlebihan hal-hal di sekitarnya yang bahkan bukan menjadi tanggung jawab ataupun urusannya dan tidak diminta.

Post power syndrome dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental.

Gejala umum yang terjadi adalah sakit kepala dan sakit perut, gejala yang lazim juga ditemukan pada pasien depresi.

Post power syndrome  atau juga sering diakronimkan dengan “pps”  bisa terjadi pada semua kelompok usia.

Tidak melulu menimpa orang-orang berumur tua.

Semula dianggap paling hebat tapi secara tiba-tiba kehilangan semuanya, bisa juga mengalami kondisi yang sering disebut sindrom pensiun.

Karena post power syndrome ini bisa terjadi pada orang-orang yang tidak bisa menerima hidupnya

“pps”  merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan ketidakmampuan individu melepaskan apa yang pernah dia dapatkan dari kekuasaannya terdahulu.

Dulunya berkuasa atau dulunya punya posisi tertentu. Setelah tidak lagi menjabat, tidak punya kekuasaan lagi, dia tidak bisa melepaskan semuanya. Maka timbullah post power syndromen.

“pps” juga  bisa timbul pada orang-orang yang bukan berasal dari golongan pejabat dan  bingung karena nanti tidak punya aktivitas lagi, tidak ada kegiatan lagi, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan tertentu.

“Power” pada kata post power syndrome,  bukan diartikan sebagai kekuasaan maupun pekerjaan. Melainkan dikonotasikan sebagai sosok yang tadinya aktif, banyak kegiatan, mendadak hilang semua sehingga timbul ketidaknyamanan

Jadi, orang-orang yang mengalami post power syndrome adalah orang-orang yang tidak bisa menerima perubahan yang terjadi, sebenarnya.

Dan perubahan yang tidak bisa dia terima itu adalah perubahan yang berkaitan dengan hilangnya aktivitas, hilangnya kekuasaan, hilangnya harta, dan sebagainya.

Gejala-gejala pastinya tidak jelas juga.

Artinya, memang orang tersebut tidak bisa menerima, apa pun bentuknya, dengan reaksi yang bisa bermacam-macam.

Bisa jadi marah, kesal, iri, atau sebal.

Kalau orang-orang ini bisa menerima kehidupannya yang sekarang, yang mungkin berbeda dari yang lalu, kondisi ini bisa berubah.

Mungkin dia juga butuh psikoterapi, butuh orang yang memahami apa yang terjadi, untuk memahami kondisi-kondisi seperti ini