close
Nuga Life

Bagian dari Wajah Yang Paling Berkesan

Anda mungkin berpikir bahwa Anda bisa menilai seseorang yang baru saja Anda temui berdasarkan ekspresi wajahnya.

Apakah senyum menunjukkan seseorang bersikap santai atau tidak tulus?

Apakah menyipitkan mata menunjukkan konsentrasi atau ketidakpercayaan?

“Karena kesan pertama dapat memengaruhi perilaku orang ke depannya dan tak bisa diulangi, mengetahui penilaian orang terhadap kita berdasarkan penampilan itu bermanfaat, terutama karena penilaian-penilaian orang mungkin tidak akurat,” kata rekan penulis studi, Tom Hartley, seorang neurologis kognitif dan psikolog di University of York di Inggris.

Kesan pertama terhadap seseorang dapat terbentuk dalam hitungan 100 milidetik atau bahkan kurang. Pemindaian otak menunjukkan bahwa penilaian semacam itu dibuat secara otomatis.

Beberapa penelitian sebelumnya telah mengemukakan bahwa mungkin dalam kesan pertama terdapat kebenaran.

Namun, Hartley mencatat bahwa orang biasanya terlalu mengandalkan penilaian kesan pertama yang mereka ciptakan.

“Terdapat bukti jelas bahwa sering menilai buku dari sampulnya itu merupakan sesuatu yang salah, tapi kita semua melakukannya,” ujar Hartley.

Melansir Live Science, sistem komputer yang meniru cara kerja otak manusia telah berhasil mengidentifikasi fitur wajah mana yang paling memengaruhi kesan pertama.

Menurut Hartley, seiring meningkatnya kehadiran wajah di situs media sosial, kesan pertama bisa menjadi lebih penting daripada sebelumnya.

“Di masa lalu, kita mengenal orang-orang melalui pertemuan tatap muka. Kini, kontak pertama dilakukan secara online dan kesan pertama didasarkan pada foto yang terpampang di profil media sosial,” ujar Hartley kepada Live Science.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana kesan pertama terbentuk, tim peneliti dari University of York mengumpulkan seribu foto orang di Internet.

Lalu, mereka menunjukkannya kepada enam sukarelawan. Para peserta diminta menilai kesan pertama mereka terhadap orang-orang di foto.

Foto-foto yang diperlihatkan merupakan tipikal gambar yang biasa dilihat setiap hari dengan beragam sudut foto, pencahayaan, usia, ekspresi, gaya rambut, dan sebagainya.

Setiap wajah dipecah menjadi enam puluh lima ciri fisik, seperti bentuk rahang, mulut, mata, tulang pipi, dan alis.

ara peneliti kemudian menganalisis wajah-wajah ini menggunakan jaringan syaraf tiruan, semacam sistem komputasi kecerdasan buatan yang meniru cara otak bekerja.

Penelitian tersebut menemukan bahwa bentuk dan area mulut dikaitkan dengan aspek kedekatan. Untuk daya tarik penampilan muda, bentuk mata dan area mata penting.

Hal itu sejalan dengan anggapan yang mengasosiasikan mata besar dengan penampilan muda.

Sementara aspek dominasi dikaitkan dengan fitur yang menunjukkan bentuk wajah maskulin, seperti tinggi alis, tulang pipi, serta perbedaan warna dan tekstur.

Namun, Hartley mencatat bahwa para periset hanya meneliti wajah Kaukasia untuk menghindari adanya kerancuan akibat pembauran ras.

Para ilmuwan telah menjelaskan temuan ini di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. Hartley menganjurkan agar riset selanjutnya bisa menggunakan temuan ini untuk membantu orang memilih foto yang bisa menyampaikan kesan yang diinginkan.