close
Nuga Life

Anda Tahu? Seks Bisa Menghindari Pikun

Anda perlu tahu, seks yang hot bukan hanya menyenangkan untuk pasangan, tapi juga bisa menjauhkan dari “penyakit” demensia.

Apa iya begitu?

Ya. Sebuah studi terbaru menegaskan seks yang panas dan merangsang memiliki dampak setiap pasangan untuk mengalahkan demensia.

“Orang tua yang bercinta secara teratur ternyata memiliki kesehatan otak yang lebih baik,” tulis studi itu yang dikutip laman situs “boldsky,” 04 Maret 2016.

Menurut penelitian dari Coventry University, orang tua yang bercinta ternyata juga cenderung lebih sedikit risiko kemungkinan mengalami kehilangan memori

Pria dengan rentang usia lima puluhan hingga delapan puluhan tahun dengan kehidupan seks yang aktif ternyata mencetak angka dua puluh tiga persen lebih tinggi pada uji kata kognitif.

Menurut penelitian terhadap hampir tujuh ribu orang Inggris, aktivitas seks juga tiga persen lebih tinggi dalam angka teka-teki.

Hormon seks, seperti dopamin terhubung dengan pusat otak dan akan membantu meningkatkan fungsi kognitif.

Dalam penelitian ini, partisipan diminta untuk mengingat sepuluh kata dalam lima menit. Mereka juga diminta untuk memperbaiki pola dari urutan nomor yang diminta.

“Temuan ini memiliki implikasi untuk promosi konseling seksual dalam pengaturan kesehatan.”

” Di mana mempertahankan kehidupan seks yang sehat di usia yang lebih tua bisa berperan dalam meningkatkan fungsi kognitif dan kesejahteraan,” kata studi tersebut.

Perempuan yang bercinta lebih aktif ternyata memiliki nilai tes yang lebih baik dalam soal ingatan kata, tapi bukan tes angka.

Temuan lain yang dipublikasikan di jurnal Age and Ageing menunjukkan, pria yang masih aktif berhubungan seksual mendapat skor lebih tinggi saat tes kemampuan memori, dan tes mengenai perencanaan, perhatian, dan pemecahan masalah.

Sementara itu, wanita yang aktif secara seksual, kemampuan memorinya juga lebih baik dibanding mereka yang sudah tidak aktif secara seksual.

Peneliti melakukan pengamatan jangka panjang terhadap pria dan wanita dan para peserta ditanya apakah aktif melakukan hubungan seksual dalam dua belas bulan terakhir.

Aktivitas seksual yang dimaksud peneliti diartikan secara luas, mulai dari petting, masturbasi, mencumbu, dan tentu saja melakukan penetrasi seksual.

Mereka kemudian menjalani tes kognitif dan fungsi memori. Para responden diminta mengingat daftar 10 kata-kata yang diperdengarkan dengan singkat.

Penulis studi, Hayley Wright mengatakan, penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas seksual dan fungsi kognitif orang tua.

“Kehidupan seks perempuan hanya menguntungkan kemampuan memori, mungkin karena perbedaan hormonal yang bisa mempengaruhi fungsi otak pria dan wanita,” kata Wright.

Akan tetapi, peneliti mengingatkan, adanya penelitian ini bukan berarti pasangan suami istri di usia tua harus aktif secara seksual jika ingin menyehatkan fungsi otak.

Untuk menyehatkan otak di usia tua tentu perlu asupan makanan yang sehat, aktivitas fisik sesuai kemampuan, dan pikiran yang sehat atau terhindar dari stres.

Sebuah studi lain juga mengingatkan para orang tua untuk menghindari aktivitas seksualnya di bawah pengaruh obat-obatan.

Praktik seks menggunakan obat dapat membuat mereka terjebak dalam siklus yang tidak menyehatkan.

Berdasarkan penelitian oleh para pakar kesehatan seksual yang diterbitkan oleh BMJ, para pemakai obat bisa menimbulkan kerusakan mental serius akibat ketergantungan obat.

Para penulis mengacu pada Chemsex Study yang dilakukan di Inggris pada awal tahun ini.
Pengaruh obat bisa juga menimbulkan masalah kesehatan seksual, kata para peneliti.

Kampanye seks yang aman, atau safe sex, biasanya merujuk pada penggunaan alat kontrasepsi guna mencegah penyakit seksual.

Namun, sebuah studi yang baru dikumpulkan oleh Electronic Injury Surveillance System menunjukkan sebuah definisi baru dari ‘safe sex’.

“Cedera seks ini tidak lazim kami lihat dalam bentuk seperti ini, tapi ini tidak terjadi setiap hari,” kata Robert Glatter dari Lenox Hill Hospital New York City.

“Kami mendapati kasus seorang wanita yang cedera kepala dan tulang leher saat sedang berhubungan intim.”

Selain kecelakaan yang terjadi ketika tengah berhubungan seksual, laporan cedera juga datang dari penggunaan alat bantu seks.

Flowingdata, perusahaan riset lainnya mencatat 75 persen pasien yang melaporkan cedera akibat penggunaan sex toys adalah kaum pria.

“Kami melihat banyak sekali seperti ini. Pasien menunda memeriksa dirinya, bahkan tidak datang hingga beberapa kali,” kata Glatter.

Berdasarkan laporan data yang telah terkumpul, memar dan lecet menjadi jenis cedera umum yang dilaporkan. Namun juga ada jenis cedera lainnya seperti teriris, keseleo, dan cedera organ internal.

Dalam laporan itu juga menyebutkan perhiasan sering dijadikan alat bantu seks. Sedangkan momen kejadian cedera seks sering terjadi pada saat mandi, tidur, bahkan terjadi di lantai.

Menyikapi hasil ini, Glatter menekankan pentingnya cedera seks mendapat perhatian medis.

“Kami selalu menghargai dan menjaga rahasia serta tidak menghakimi,” kata Glatter.

“Saya rasa itulah yang membuat tertundanya pengobatan. Banyak yang takut paramedis bereaksi negatif ketika menangani mereka.”

Tags : slide