close
Nuga Bola

Persaingan Premier League Makin “Hot”

Premier League mencatat suasana “hangat” usai laga-laga tim elitis di ujung pekan pertama Maret 2016 ini yang masih menempatkan Leicester City dan Tottenhamp Hotspur di puncak kalsemen dengan persaingan yang masih ketat di posisi tiga hingga enam, dimana Arsenal, Manchester City, MU dan Liverpool yang saling berhimpitan.

Arsenal menuai hasil seri ketiga menjami tim “satu kampungnya,” Spur dan belum beranjak dari posisi tiga dengan kekesalan supporter untuk Arsene Wenger yang gagal mengangkat peluang klubnya ke posisi lebih tinggi.

Manchester City idem dito. Belum lagi bermain “keras” untuk membuka peluang sebagai juara.
Lantas bagaimana dengan Manchester United ?

United gagal membuat “ahttrick” kemenangan usai dikalahkan West Bromwich satu gol tanpa balas karena kewalahan bermain dengan sepuluh orang karana Juan Mata di usir wsait di menit kedua puluh enam.

Louis van Gaal, menyesali kartu merah yang diterima gelandang andalannya, Juan Mata, saat menghadapi West Bromwich Albion di Stadion The Hawthorns.

Setan Merah harus bermain dengan 10 orang sejak Mata diganjar kartu kuning kedua oleh wasit Mike Dean.

Kartu kuning pertama diterima pemain asal Spanyol tersebut lantaran dianggap dengan sengaja menghalangi tendangan bebas pemain West Brom, Darren Fletcher.

Tak lama kemudian, Mata kembali dikartu kuning oleh wasit lantaran melanggar pemain yang sama. Mata pun akhirnya diusir dari lapangan permainan.

Bagi Mata, kartu merah tersebut adalah yang pertama sepanjang kariernya di ajang Premier League.

“Kartu kuning pertama Mata adalah tindakan bodoh. Kemudian saat yang kedua, seharusnya dia tahu bahwa dia sudah mendapatkan satu kartu kuning, sehingga bisa lebih waspada,” ujar Van Gaal seusai laga, seperti dilansir dari Sky Sports.

Pelatih asal Belanda itu turut menyinggung keputusan wasit Mike Dean soal pengusiran Mata.

“Wasit seharusnya tahu karakter pemain dan Mata sebenarnya tak pernah ingin menyakiti lawan. Itulah mengapa sebuah laga sebaiknya dipimpin oleh wasit yang berpengalaman,” ucap pelatih asal Belanda itu.

Kekalahan ini jelas merugikan posisi Manchester United di papan klasemen.
Mereka turun ke posisi keenam , terpaut tiga poin dengan Manchester City di peringkat keempat.

Premier League musim ini masih menyisakan sembilan laga. Van Gaal pun masih optimistis timnya bisa mencapai posisi empat besar pada akhir kompetisi.

Bagaimana dengan Liverpool.

Nah ini dia yang manerik.

Tampil gemilang di pekan kedua puluh sembilan, senin dinihari WIB, 07 Maret 2016, raihan tiga poin didapat Liverpool dan membuat tim besutan Jurgen Klopp itu mulai mengancam posisi seteru abadinya Manchester United .

Tampil lebih dominan, Liverpool justru tertinggal lebih dulu pada babak pertama

Berawal dari kemelut di kotak penalti Liverpool, Joe Ledley mendapat bola dan melepaskan tembakan mendatar yang tak dapat dijangkau Mignolet.

Tertinggal satu gol membuat tim tamu lebih gencar menyerang. Namun, bukannya mendapatkan gol penyama kedudukan, mereka justru kehilangan pemain setelah James Milner diganjar kartu kuning kedua.

Kartu merah Milner tak memengaruhi Liverpool.

Rezeki menghampiri Liverpool pada masa injury time. Mereka mendapat penalti setelah Christian Benteke dilanggar di area terlarang Palace.

Benteke, yang maju sebagai algojo, tanpa kesulitan menceploskan bola ke sudut kanan gawang Palace. Gol penalti Benteke menyudahi pertandingan.

Tak ayal, gol itu memicu kontroversi, terutama dalam prosesnya sehingga wasit menunjuk titik putih. Kubu Palace merasa dicurangi.

Wasit Andre Marriner menunjuk titik penalti setelah bek Palace, Damien Delaney, dinilai menjatuhkan paksa Benteke di area terlarang.

Oleh kubu Palace, keputusan Marriner dianggap kejam karena mereka menilai tak ada kontak yang menyebabkan Benteke kehilangan keseimbangan.

“Kami tidak senang dengan keputusan wasit. Damien tidak menyentuhnya!” ujar gelandang Joe Ledley membela rekan setimnya.

Manajer Palace, Alan Pardew, melontarkan kritik lebih tajam kepada Marriner.

“Wasit telah merampok kami. Saya frustrasi karena melihat wasit. Dia mengambil keputusan penalti setelah melihat asistennya. Jika kejadian itu menimpa Palace, kami tak akan mendapatkan penalti,” ucapnya kepada BBC Sport.

Lantas, bagaimana tanggapan “si pelaku”, Benteke?

“Saya pikir dia menyentuh saya. Kalau tidak, saya tak akan jatuh. Wasit mengetahui lebih baik daripada kita dan dia mengambil keputusan yang tepat,” kata bomber berusia 25 tahun itu.

Tentu saja aksi Benteke juga dibela oleh sang manajer, Juergen Klopp.

“Saya ikut menyesal untuk Palace, tapi saya melihat tayangan ulang di kamar ganti dan penalti memang jelas harus diberikan. Jika tak ada kontak fisik, Benteke akan berada dalam posisi bagus untuk menembak,” ucap Klopp.

Terlepas dari kontroversi pada laga ini, Klopp dan Benteke layak merasa lega. Lewat eksekusi penalti tersebut, sang penyerang memutus paceklik gol yang melilitnya

Tags : slide