close
Nugatama

Pep Bukan Sosok Superior di Liga Primer

Hari ini, Kamis, 04 Februari 2016, surat kabar “the guardian,” dalam edisi cetaknya menuliskan laporan ekslusif tentang perjalanan karir Pep Guardiola ketika sebagai pelatih datang ke Inggris dan memainkan laga-laga penting.

“Dia bukan seorang superior ketika menantang tim-tim Premier League,” tulis “guardian.”

Bahkan, menurut catatan yang ada Guardiola, telihat inferior apabila menilik rekornya di sejumlah stadion di Inggris.

Dari sepuluh lawatan, Guardiola cuma meraih tiga kemenangan dan menderita empat kekalahan.

Pengalaman pahit pertama Guardiola terjadi di Stadion Emirates lima tahun lalu ketika . Barcelona kalah dari Arsenal pada perempat final pertama Liga Champions.

Akan tetapi, Barcelona mampu membalikkan agregat menjadi setelah partai kedua di Stadion Camp Nou, Setelah itu, Barcelona terus melenggang hingga final.

Final Liga Champions ketika itu juga digelar di Stadion Wembley.

Di sini, Guardiola meraih trofi Liga Champions keduanya seusai Barcelona menang atas Manchester United.
Setelah kejayaan di Wembley, rekor Guardiola di stadion-stadion Inggris justru memburuk.

Dia kembali menderita masing-masing satu kekalahan di markas Arsenal, Manchester City dan Chelsea.
Kekalahan Guardiola paling sering terjadi di Stadion Emirates.

Adapun di Stadion Wembley dan Old Trafford, Guardiola tidak pernah mengalami kekalahan.

Sementara itu Manchester United patut mengkhawatirkan kedatangan Josep Guardiola ke Manchester City.

Sebab, Guardiola memiliki catatan superior ketika melawan The Red Devils.

Pertemuan pertama terjadi pada final Liga Champions di Stadion Olimpico Roma, tujuh tahun silam.
Barcelona yang diasuh Guardiola, meraih kemenangan dua gol tanpa balas.

Salah satu gol dicetak oleh Lionel Messi dengan cara tak biasa, yaitu tandukan kepala.
United benar-benar tak berkutik dalam pertandingan ini.

Menurut UEFA, mereka cuma melepaskan dua tembakan ke arah gawang, sedangkan La Blaugrana melancarkan delapan tendangan tepat sasaran.

Dua tahun berselang, United kembali takluk lagi dari Barcelona di Stadion Wembley.

Pada final Liga Champions kali ini, The Red Devils kembali terlihat inferior dengan catatan satu tembakan ke arah gawang.

Kamera Sky Sports turut merekam tangan Sir Alex Ferguson gemetar pada babak kedua. Setelah pertandingan, Ferguson pun tak sungkan memuji Guardiola.

“Mereka menghipnotis Anda dengan operan-operan yang dilepaskan. Sepanjang karier saya sebagai manajer, inilah tim terbaik yang pernah dihadapi,” kata pria berkebangsaan Skotlandia tersebut.

Selain masalah kalah menang kala bermain di Inggris, Manchester pernah menolak Guardiola sebelas tahun silam.

Manchester City membuang kesempatan memboyong Josep Guardiola ketika dirinya memasuki ujung karier sebagai pesepak bola.

Pada musim panas di masa itu, Guardiola berusia tiga puluh empat tahun dan baru menuntaskan karier di klub Qatar, Al-Ahli.

Eks kapten Barcelona itu mencari klub baru dan menjalani tes di Manchester City.

“Dia berlatih bersama kami selama beberapa hari. Pep sosok yang menarik, tapi saat itu saya tak menyadari kalau dirinya bakal menjadi manajer top,” kata mantan juru latih City Stuart Pearce, kepada BBC Radio 5.

“Kami menawarinya kontrak selama enam bulan. Guardiola adalah sosok profesional dan menunjukkan kualitas yang tinggi.”

“ Kalau saja saya tahu dia akan menjadi manajer hebat, saya akan menyerahkan pekerjaan manajer kepadanya,” ucap Pearce menyesali kejadian dulu.

Pep akhirnya tak jadi bergabung dengan City karena ingin mendapatkan kontrak lebih lama.
“Tidak ada deal dengan Guardiola.”

Demikian bunyi tajuk utama Manchester Evening News pada waktu itu.

Pep kemudian memilih hijrah ke Meksiko untuk memperkuat Dorados de Sinaloa. Itulah klub terakhir Guardiola sebelum gantung sepatu.