close
Nugatama

Menunggu Formula One “Versi Baru”

Formula One, usai diakuisisi dengan dana raksasa oleh Liberty Media dan mencampakkan “dictator Bernie Ecclestone dari singgasanya, kini, diyakini berada di ambang sejarah baru.

Formula One juga dipastikan akan mengalami fase perombakan.

Untuk Anda tahu, dalam satu dekade terakhir, ajang inib mengalami masa-masa kemuraman.

Di negara-negara Eropa yang merupakan basis penggemar dunia balapan pun terjadi kondisi Formula One nyaris “runtuh”

Italia yang identik dengan Ferrari, bahkan kehilangan hingga delapan juta penonton siaran langsung .

Aturan-aturan baru coba diterapkan pengelola untuk menarik minat penonton tanpa hasil menggembirakan.

Misalnya saja format kualifikasi yang coba diubah pada musim tahun lalu

Alih-alih membuat balapan kian menarik, format baru itu menuai protes dan akhirnya dikembalikan ke aturan awal.

Juara dunia tiga kali, Hamilton, pernah menyatakan bahwa Formula One  kini telah hilang arah.

Hamilton juga pernah beberapa kali mengungkapan ketidakpuasannya terhadap kondisi Formula One saat ini.

Hal ini terutama disebabkan saat ini para pebalap sangat jarang menyalip karena kondisi ban yang terlalu mudah aus jika digunakan melaju sekencang mungkin.

Selain itu, perbedaan kemampuan mesin dari satu tim ke tim lainnya juga menyebabkan semakin jarang pebalap tim kecil yang menjadi juara.

Distribusi uang hadiah yang timpang dan menguntungkan tim-tim besar seperti Ferrari dan Mercedes juga memperparah kondisi.

Nyaris tak ada kejutan berarti yang bisa ditampilkan tim-tim non-unggulan dalam satu dekade terakhir.

Salah satu faktor lain yang membuat Formula One  kehilangan peminat adalah kegagalan mereka menjaring anak-anak muda lewat dunia digital.

Ya, di saat keriuhan terjadi di media sosial dan Facebook menjadi salah satu brand paling kuat di dunia,

Justru jadi olahraga yang paling terlambat untuk memasukinya.

Di bawah Bernie Ecclestone — yang telah memimpin selama lebih dari empat puluh tahun– ajang balap itu memang lebih difungsikan untuk menarik perhatian orang-orang kaya dunia.

Karena itu, Ecclestone lebih memilih untuk membuka jejaring dengan pemimpin-pemimpin dunia.

Misalnya saja Bahrain atau Aljazair.

Ketika terjadi protes besar-besaran soal kondisi hak asasi manusia di negara tersebut, Formula One memilih tutup mata dan tetap menggelar balapan di negeri kaya itu.

Ecclestone pun dengan nyaman berfoto dengan Vladimir Putin atau sosok-sosok lain yang penuh kontroversi.

Strategi itu pun diakui Ecclestone sendiri bahwa ia tak berminat melayani anak-anak muda.

“Anak-anak muda tahu soal merek Rolex (jam tangan mewah), tapi apakah mereka mampu membelinya? Tidak,” ujarnya kepada The Guardian, dua tahun lalu.

“Sponsor kami lainnya adalah UBS  — sementara anak-anak ini tidak peduli dengan perbankan. Mereka bahkan tak punya uang untuk menabung di bank. Itu hal yang ada dalam pikiran saya.”

Lembaran sejarah baru olahraga ini akan dimulai di bawah Liberty Media, perusahaan raksasa asal Amerika Serikat.

Tak tanggung-tanggung mereka merekrut nama yang memang akrab dengan olahraga dan industri hiburan.

Chase Carey, mantan petinggi eksekutif 21st Century Fox, resmi menggantikan posisi Ecclestone sebagai pemimpin eksekutif.

Sementara itu, Sean Bratches, yang pernah menjadi kepala eksekutif media olahraga ESPN akan mengatur sisi komersial, termasuk aspek pemasaran, hak siar, dan juga kerja sama sponsor.

Mantan Direktur Teknik Ferrari dan mantan Kepala Tim Mercedes, Ross Brawn, kebagian mengurusi aspek teknis dan segala sesuatu yang terkait balapan.

Era kepemimpinan Ecclestone pun praktis berakhir ketika dirinya disingkirkan menjadi Presiden Kehormatan.

Di bawah nama-nama pemimpin baru  para penggemar akan berharap ajang balapan mobil nomor satu itu kembali ke tempat yang semestinya: mendapat perhatian dunia.

Apalagi Amerika Serikat sendiri terkenal sebagai negara yang paling sukses menggabungkan industri olahraga dan hiburan.

Dikutip dari BBC, Liberty Media juga ingin mengembalikan olahraga balapan ini kepada trah yang sebenarnya yaitu dengan pasar Eropa sebagai penyokong utama.

Mereka pun lebih ingin menghidupkan kembali trek-trek legendaris Eropa ketimbang meraup untung dari negara-negara kaya bermasalah.

Di sektor balapan, Ross Brawn akan punya tanggung-jawab paling penting mendengarkan para pebalap soal cara-cara untuk membuat balapan lebih menarik.

Perubahan tentu tidak mungkin terjadi dalam semalam. Akan tetapi, satu hal yang bisa disimpulkan, tersingkirnya Ecclestone dan kedatangan Liberty Media membuat Formula 1 kini berada di fase transisi menuju era yang selanjutnya.