close
Nugatama

Adios, Tiga Puluh Delapan Tahun Rossi

Tepatnya, hari ini, Valentino Rossi, menggenapi usianya tiga puluh delapan tahun.

Sebuah usia yang terlalu gaek untuk event sedahsyat MotoGP.

Tapi bagi Rossi usia tiga puluh delapan adalah sebuah usia yang matang. Usia yang mematrikan kecemrlangan karirnya di MotoGP.

Rossi memang belum disuik oleh usia “gaek” untuk mengatakan,”selamat tinggal motogp.”

Ya, Rossi dengan banyak nama julukan itu masih mentereng di balap motor itu.

Paling tidak catatan waktunya yang tercepat kedua di uji tes MotoGP Australia hari ini membuktikannya.

Ya, Rossi yang mendapat gelar “the doctor” masih menjadi pilihan dan pujian.

Tentang julukan, sebelumnya, Rossi sempat dikenal dengan nama Rossifumi, yang diambil dari nama pebalap asal Jepang

Rossi sempat pula menggunakan julukan Valentinik.

Julukan itu terinspirasi dari nama pahlawan super Donald Bebek, Paperinik, yang sangat terkenal di Italia. Paperinik diciptakan tiga seniman Italia, Elisa Penna, Guido Martina, dan Giovan Battista Carpi, dan merupakan nama alias Donald jika menjadi pahlawan super.

Nama julukan Rossifumi dan Valentinik ditinggalkan Rossi  ketika memasuki kelas primer Grand Prix

Ia memilih menggunakan julukan The Doctor.

Usut punya usut, ada dua alasan kenapa akhirnya Rossi mematenkan The Doctor sebagai julukannya.

Di Italia, gelar Doktor sangat dihormati. Julukan itu menandakan Rossi sudah dewasa dan berada di kelas paling tertinggi dalam ajang Grand Prix.

Alasan lain adalah Rossi menyukai julukan The Doctor, yang dianggapnya sebagai kata yang indah dan penting. The Doctor juga cocok dengan Rossi, yang sering menunjukkan ide-ide gila di atas sirkuit.

The Doctor saat ini juga menjadi merek global. The Doctor merupakan merek yang paling diminati di dunia MotoGP dari segi penjualan merchandise.

Kini, The Doctor sudah dua puluh dua tahun berkarier di dunia balap motor yang telah membesarkan namanya. Rentetan prestasi pun sudah dikoleksinya.

Mulai dari juara dunia di kelas balapan terendah, naik kelas dan kelas tertinggi.

Di sini, Rossi mengoleksi tujuh gelar kelas primer.

Usia yang mencapai tiga puluh delapan  tahun pada 16 Februari ini tak menyurutkan semangatnya atau bahkan membuatnya minder bersaing dengan pebalap-pebalap tua.

Makin tua makin jadi, bisa menjadi pepatah paling tepat buat Rossi yang belum ingin memutuskan pensiun.

Tiga dekade berjalan dan dua puluh satu musim balap dilalui, namun nama Valentino Rossi tetap selalu jadi buah bibir dalam tiap pembicaraan di dunia balap MotoGP.

Rossi dipercaya masih bisa bersaing dengan para pebalap muda yang berselisih hingga belasan tahun di bawah dirinya.

Dalam wawancara di GP Malaysia tahun lalu, Rossi dihadapkan pada pertanyaan tentang usia kariernya di dunia balap.

Rossi mengatakan dirinya sendiri belum bisa menjawab dengan jelas tentang kepastian masa depannya.

“Tentu iya. Tentunya. Mungkin ketika kami sudah berhenti membalap, dia belum,” ujar Andrea Dovizioso yang bergurau di tengah wawancara Rossi.

Dovizioso mungkin bergurau dengan ucapannya tetapi yang pasti Rossi terus bertahan meskipun rival yang ada di hadapannya sudah bergantian menghilang.

Rossi pernah berduel dengan Kenny Roberts Jr., Max Biaggi dan Sete Giberneu lalu berlanjut head to head lawan Casey Stoner dan Jorge Lorenzo, hingga kini dirinya bakal menghadapi generasi Marc Marquez dan Maverick Vinales.

Tiga era di MotoGP berganti dengan Valentino Rossi selalu jadi bagian di dalamnya. Mulai dari dirinya dianggap pebalap rookie di kelas premier, kemudian meraih era emas, sehingga kini dirinya berstatus sebagai pebalap veteran.

Tak mudah untuk terus bisa bertahan di dunia balap yang penuh rutinitas dan bisa memunculkan kebosanan. Tetapi Rossi mampu melakukannya. Gairah, hasrat, hingga kondisi fisiknya selalu terjaga dan menopang tubuhnya.

Rossi masih berambisi merebut titel juara dunia kesepuluh dalam kariernya sebagai pebalap.

Masih ada dua musim yang tersisa bagi semua untuk memanjakan mata menikmati aksi-aksi Valentino Rossi, sambil sebagian berharap ada musim t

Untuk Anda tahu, Rossi menjadi pusat perhatian dunia internasional di lima belas tahun silam

Bukan hanya karena prestasinya meraih gelar juara dunia MotoGP untuk kali kedua, tapi juga karena dia mendapatkan teror. Sebuah teror yang hampir mengakhiri kariernya.

Kelompok anarkis mengirimkan paket bom yang ditujukan untuk Rossi menggunakan Iberia Airlines.

Rossi mendapat teror karena dituduh memiliki kontrak khusus bersama Repsol, sebuah perusahaan raksasa minyak terbesar di Spanyol, yang juga sponsor utama Honda MotoGP.

Adalah kelompok bernama ‘The Five C’ yang digadang sebagai dalang dari aksi teror terhadap Rossi, Iberian Airlines, dan Repsol.

The Five C menuntut pembebasan beberapa anggota mereka yang ditahan karena kasus pembunuhan dan juga tahanan politik. Kelompok ini terkenal di Spanyol dan Italia.

The Five C juga mengirim paket bom ke kantor suratkabar Spanyol El Pais dan stasiun televisi Italia RAI.

Beruntung semua bom berhasil dijinakkan. The Five C juga diyakini sebagai pihak di balik ancaman bom  itu

Rossi diminta untuk memutuskan kontrak dengan pihak Repsol Honda atau pebalap asal Italia itu bakal menerima konsekuensi dari keputusannya.

Bagi pebalap berjuluk The Doctor, situasi yang dihadapinya tidak mudah. Keterbatasan berinteraksi membuatnya frustrasi.

Rossi pun hampir memilih mengakhiri kariernya sebagai pebalap MotoGP di tahun ketiganya tampil di kelas primer Grand Prix.

“Saya takut karena tidak ada yang bisa saya lakukan. Kontrak saya secara eksklusif dengan tim  dan saya tidak dapat memilih para sponsor,” kata Rossi La Gazzetta dello Sport.

Buat Rossi, lima belas tahun lalu itu adalah satu-satunya tahun di mana dia gagal menjalani liburan. Atas teror tersebut, Rossi menjadi orang terakhir yang memastikan kehadirannya pada malam penghargaan bersama Federasi Sepeda Motor Internasional.

Pebalap yang kini sudah mengoleksi tujuh gelar juara dunia MotoGP itu disarankan tidak tampil di depan umum dan berhati-hati untuk tidak banyak berinteraksi dengan dunia luar.

Selama teror itu berlangsung, Rossi lebih memilih tinggal di rumahnya di Inggris. Jika berada di Italia, The Doctor mendapat kawalan dari polisi militer Italia. Bahkan pihak keamanan selalu memantau setiap surat elektronik yang didapat Rossi.

Beruntung bagi Rossi, pemerintah Italia dan Spanyol berhasil membatasi pergerakan kelompok The Five C. Pria yang dianggap sebagai pebalap terhebat dalam sejarah Grand Prix itu pun bisa menjalani kariernya dengan tenang hingga kini

Tags : slide