close
Nuga Sport

Rossi Tak Nyaman di Musim Balapan Lalu

Ketidaknyamanan Valentino Rossi pada musim balapan MotoGP lalu kini terungkap lewat kepala mekaniknya, Silvano Galbusera, yang mengatakan, sang pebalap  tidak setenang musim-musim sebelumnya

Dalam wawancara La Gazzetta dello Sport, Galbusera mengatakan hal itu dikarenakan Rossi tidak bisa melupakan insiden kontroversial dengan pebalap Repsol Honda, Marc Marquez, di pengujung dua musim lalu.

“Pada musim tahun lalu dia terlihat fokus, hasil tes membuatnya tenang, tapi dia tidak bisa santai seperti biasanya,” ujar Galbusera seperti dilansir Motorsport.com.

“Rossi tahu dia harus hati-hati, karena sedikit insiden dengan Marquez akan membuat segalanya menjadi lebih buruk. Dia tidak bisa membiarkan apapun terjadi,” sambungnya.

Namun, Galbusera memastikan pola pikir Rossi sudah berubah memasuki musim tahun sekarang.

Terlebih Rossi sudah tidak akan menjadi rekan setim Jorge Lorenzo setelah pebalap asal Spanyol itu memutuskan hengkang ke Ducati.

“Saya melihat Rossi penuh motivasi, siap tampil. Dia kembali ke target utamanya: mengalahkan semua pebalap. Itu yang penting, karena musim ini akan sangat sulit,” tegas Galbusera.

Musim lalu Rossi untuk kali ketiga beruntun hanya mampu menjadi runner-up MotoGP. Meski berhasil mengalahkan Lorenzo di klasemen akhir, namun pebalap gaek itu dikalahkan Marquez yang menjadi juara dunia.

MotoGP musim lalu menjadi salah satu musim terburuk Rossi di klasemen primer Grand Prix bersama Yamaha.

The Doctor hanya mampu meraih dua kemenangan dan empat kali gagal finis.

Selain kabar tidak menyenangkan, berita lain datang dari mantan rekan setimnyab di Movistar Yamaha, Jorge Lorenzo,  yang berharap hubungan mereka bisa membaik setelah tidak lagi berada dalam satu tim

Dalam wawancara dengan MCN, Lorenzo mengatakan selalu ada ketegangan dalam hubungannya dengan Rossi di Yamaha.

Kepindahan ke Ducati pun diharapkan Lorenzo bisa meredam tensi tersebut.

“Selalu sulit ketika Anda memiliki dua ayam jantan dalam satu peternakan. Selalu seperti itu. Sama dengan Mick Doohan dan Alex Criville di Repsol Honda, atau di F1 dengan Aryton Senna dan Alain Prost,” ujar Lorenzo.

“Anda selalu ingin mengalahkan orang dengan motor atau mobil yang sama. Tidak mungkin jadi teman dengan pebalap yang ingin Anda kalahkan. Sekarang, Rossi dan saya masih tampil di kompetisi yang sama, tapi beda motor, dan itu perubahan signifikan.”

Rossi setuju dengan pernyataan Lorenzo.

Juara dunia Grand Prix sembilan kali itu mengatakan hubungannya dengan Lorenzo tidak akan pernah membaik selama masih menjadi rekan setim.

“Sejak akhir duamusim silam, hubungan kami tidak pernah bagus. Tapi, kami sudah menjadi rekan setim cukup lama. Lorenzo mengucapkan kata-kata indah tentang hubungan kami akhir musim lalu, dan saya senang dengan bagaimana ini berakhir,” ucap Rossi.

Rossi sendiri mengaku senang ketika kali pertama mengetahui Lorenzo memilih hengkang ke Ducati setelah sembilan tahun memperkuat Yamaha.

“Ketika saya kali pertama tahu Lorenzo akan hengkang, saya berpikir ‘ah, bagus!’. Sangat sulit memiliki rekan setim yang cepat seperti Lorenzo. Saya berpikir lebih baik memiliki rekan setim yang lainnya,” ucap Rossi.

Tentang eksistensi Lorenzo kelak di Ducati tak sedikit yang

Ada yang menyebut Lorenzo sulit meraih sukses bersama Si Merah

Sejumlah pengamat MoroGP pun menilai, pebalap Spanyol itu bakal lebih banyak disibukkan dengan adaptasi bersama Ducati.

Salah satunya adalah mengubah gaya balapannya selama ini bersama motor tunggangan barunya tersebut.

Namun, Lorenzo menegaskan, ia tidak akan mengubah gaya balapannya bersama Ducati.

Mantan pebalap Movistar Yamaha itu yakin, Ducati sudah banyak berubah sehingga tak ada lagi keangkeran motor yang konon sulit dikendarai pebalap.

“Saya diyakinkan bahwa saya harus mengubah gaya balapan saya untuk mengendarai Ducati dan saya tidak akan mengubahnya,” ucap Lorenzo kepada Tuttomotori Web.

“Saya telah berubah dan mengembangkan sejumlah detail kecil-kecil, tapi motor ini tidak akan mengubah gaya balap saya.”

Lorenzo pun mencoba sebaik mungkin untuk mengarahkan timnya dan juga akan melakukan perubahan kecil namun bukan yang radikal.

“Saya tahu bahwa saya harus beradaptasi dengan Ducati terlepas dari yang saya temukan. Saya paham harus beradaptasi secara cepat, tapi saya tidak tahu bagaimana,” terang Lorenzo.

“Tapi saya juga tahu saya akan cepat (beradaptasi) dan mendapat kemudahan.

Lorenzo dikenal sebagai pebalap dengan penuh perhitungan, bukan tipe memaksakan situasi yang bisa membahayakannya

Jorge Lorenzo sendiri juga melancarkan kritik  tentang kebebasan yang didapat penggemar di paddock sebuah tim MotoGP.

Lorenzo berharap MotoGP bisa belajar dari ajang Formula One.

Bagi Lorenzo, MotoGP dan F1 bisa saling melengkapi.

Pebalap asal Spanyol itu mengatakan F1 bisa belajar dari cara MotoGP membungkus sebuah balapan supaya dapat lebih menarik.

“Saya pikir MotoGP adalah ajang balap terbaik di dunia saat ini. Lebih spektakuler dan lebih menyenangkan daripada F1,” ujar Lorenzo kepada Crash.net.

MotoGP, dikatakan Lorenzo, juga bisa mendapatkan pelajaran berharga dari F1. Salah satunya adalah peraturan di paddock tim. Lorenzo lebih suka melihat ketatnya peraturan di garasi tim F1.

“Paddock F1 sangat pandai. Tidak ada banyak orang di sana, dan itu lebih bagus untuk pebalap. Mereka bisa bekerja dengan bebas di paddock. Saya tidak suka masuk paddock MotoGP, karena terlalu banyak orang,” ucap Lorenzo.

“Saya harus melompat dari paddock ke tempat istirahat. Saya tidak bisa menghabiskan waktu di paddock karena tidak memungkinkan. Anda tidak bisa melangkah satu meter tanpa melakukan selfie dengan fan.”

Hal lain yang bisa ditiru MotoGP dari F1 adalah soal sponsor. Lorenzo menganggap F1 selalu mampu mendapatkan sponsor yang jauh lebih prestise.

“Tim-tim F1 lebih profesional dengan sponsor. Mereka mendapatkan sponsor yang berbeda, profilnya lebih tinggi dari sponsor MotoGP,” ujar Lorenzo.

“Jadi menurut saya, F1 bisa belajar dari MotoGP di atas trek, dan MotoGP belajar dari F1 soal hal di luar trek,” sambungnya.