close
Nuga Sport

“Floyd Pasti Bisa Saya Jatuhkan”

Enam hari menjelang laga “duel abad ini,” antara Manny “Pacman” Pacquiao versus Floyd “The Money” Mayweather, Minggu pagi WIB, 03 Mei 2015, di MGM Grand Garden, Las Vegas, Amerika Serikat, kubu “Pacman” membalas “serangan” yang dilancarkan “The Money.”

Sehari sebelumnya, Minggu, 26 April 2015, kubu Mayweather Jr kembali melecehkan Pacman sebagai petinju “underdog.” Bahkan mereka mencibir Pacman sebagai “Si Cebol “ yang akan kesulitan di ring.

Hari ini, Senin, 27 April 2015 balik kubu Pacman lewat pelatihnya Freddie Roach yang meyakini gaya tinju yang dikembangkan Floyd Mayweather Jr bisa diredam.

Dia sudah menginstruksikan kepada anak asuhnya untuk dipraktekkan saat duel yang berlangsung di MGM Grand Arena, Las Vegas, Minggu 3 Mei 2015 pagi WIB.

Strategi menunggu yang biasa dikembangkan petinju berjuluk The Money itu sudah diantisipasi Pacquiao. Sebagaimana diketahui, Mayweather memiliki gaya bertolak belakang dengan strategi yang kerap diperagakan petinju asal Filipina tersebut.

Mayweather lebih sering menunggu diserang oleh lawannya. Jika ada kesempatan, baru petinju yang disapa “The Money itu melancarkan serangan mematikan yang ujung-ujungnya bisa meraih angka bagi dirinya.

Sementara itu, Pacquiao yang juara di delapan kelas berbeda dikenal sebagai petarung yang agresif. Bisa dibilang, sepanjang laga digelar Pacman kerap melancarkan serangan tanpa henti dan tentunya bisa memukul jatuh lawan-lawannya.

Bisa dilihat dari rekor knock out yang ditorehkan Pacman terbilang tinggi.

“Floyd suka menunggu di pojok ring. Ia lebih suka di dekat tali ring karena di situ ia bisa menunggu, mengatur perangkap dan melakukan serangan yang teramat cepat. Terutama pukulan straight-nya begitu berbahaya,” jelas Roach seperti mengutip Daily Mail, Senin, 27 April 2017 .

“Namun, saya yakin Manny mampu meredam strategi Floyd. Ia akan menunduk dan melakukan dua sampai tiga pukulan kepada Floyd dan kemudian pindah. Sementara itu, saat Floyd melakukan pukulan balik, saya yakin Manny sudah terlebih dulu menghindar,” urainya.

Bagi Pacman, kata Freddie, momen di MGM Grand Garden Arena tujuh tahun lalu tidak akan pernah dilupakan petinju asal Filipina itu.

Pada saat itu laga bertajukThe Dream Match mempertemukan Pacquiao dengan Oscar De La Hoya, juara tinju dunia sepuluh kali di enam kelas berbeda.

Meski tidak ada gelar yang dipertaruhkan, pertandingan itu begitu dinanti oleh banyak pecinta tinju di seluruh dunia. Euforia mencapai klimaks ketika Pacquiao sukses merobohkan The Golden Boy – sebutan untuk De La Hoya – di ronde kedelapan.

Banyak yang mengatakan pertandingan tersebut menjadi titik awal Pacquiao dikenal dan disegani di dunia tinju.

Bahkan setelah itu di negaranya sendiri ia begitu dipuja. Meskipun Pacquiao memiliki tubuh yang kecil, tapi kecepatan pukulan dan kegesitannya di atas ring hingga caranya menghindari pukulan lawan mendapat banyak pujian dari beberapa pengamat tinju dunia