close
Nuganomics

Harga Emas Tergantung Bank Sentral AS

Sejumlah prediksi dari pengamat mengamini bahwa pekan ini nasib harga emas akan sangat  tergantung dari  keputusan Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat  tentang pemotongan suku bunga acuan.

Ada dua kemungkinan: suku bunga turun  dua puluh lima  basis poin atau turun lima puluh basis poin.

Seperti ditulis laman keuangan “bloomberg,” Senin pagi WIB,  bila suku bunga AS turun dua puluh lima bps maka harga emas akan sedikit menurun dan jika turun lima puluh persens maka harga emas akan meroket.

Analis menilai dua puluh lima basis poin  jauh lebih realistis mengingat ekononomi AS yang masih stabil.

Berdasarkan Fedwatch Tool dari CME Group, pelaku pasar menyebut akan ada  tujuh puluh delapan  persen kemungkinan pemangkasan suku bunga dua puluh lima basis poin, sementara ada  dua puluh sau koma empat persen peluang bahwa akan ada pemangkasan sebesar lima puluh basis poin.

“(Harga emas) mungkin sedikit menurun karena ada kalangan pasar yang mengharapkan pemangkasan suku bunga lima opuluh basis poins. Pada akhirnya kita akan mendapat dua puluh lima basis poin dan kita akan melihat sedikit penurunan harga emas,” ahli strategis komoditas TD Securities.

Sebaliknya, jika penurunan suku bunga AS mencapai lima puluh persen basis poin, maka harga emas diprediksi makin cemerlang,

Beberapa analis bahkan memandang nilainya bisa melebihi itu.

Kepala Ekonom CIBC Capital Markets, Avery Shenfeld, menyebut ekonomi AS yang stabil membuat suku bunga tertahan. Ia memprediksi Bank Sentral AS hanya akan menurunkan 25 bps, kemudian 25 bps lagi menjelang akhir tahun. Pada 2020, Shenfeld menilai suku bunga AS akan ditahan.

“Agar Fed lanjut memangkas suku bunga hingga  tahun depan, kamu butuh ekonomi AS yang benar-benar melambat tahun depan,” jelas Shenfeld.

Emas batangan merupakan bentuk investasi yang paling menarik dan potensial saat ini. Hal tersebut lantaran proses likuiditasnya terbilang mudah.

“Emas menawarkan kemudahan likuiditas, jadi kalau mau dicairkan bisa cepat,” jelas Ekonom Institute for Development of Economics and Finance  Bhima Yudhistira.

Sebelumnya, Panel Ahli Katadata Insight Center Damhuro Nasution sempat menyampaikan, investasi paling menarik dalam kurun waktu tiga bulan ke depan adalah obligasi. Kesimpulan itu diambil berdasarkan survei yang dilakukan pada dua ratus enam puluh pengelola dana investasi.

Menanggapi hal tersebut, Bhima tak memungkiri bahwa pergerakan imbal hasil  obligasi terbitan pemerintah memang terhitung tinggi. Namun, emas batangan secara potensi lebih besar lantaran pergerakannya terus melonjak naik sejak awal tahun ini.

“Imbal hasil obligasi pemerintah atau surat berharga negara untuk tenor sepuluhtahun memang masih cukup tinggi, diatas tujuh koma dua persen. Dibandingkan dengan indeks saham return year to date cuman nol koma enam puluh sembilan persen,” terangnya.

“Tapi yang paling prospek sebenarnya emas batangan. Harga emas internasional secara year to date atau dari awal tahun naiknya sepuluh koma satu persen,” dia menambahkan.

Bhima juga menekankan, hal yang perlu diperhatikan saat membeli obligasi yakni tren suku bunga ke depan yang bisa menurun seiring pemangkasan bunga acuan oleh Bank Indonesia.

“Ini juga mempengaruhi imbal hasil obligasi,” sambungnya.

Secara perbandingan, ia memaparkan, berinvestasi emas memiliki potensi sedikit lebih besar dibanding bermain obligasi ataupun melakukan pembelian reksadana saham.

“Kalau untuk kondisi sekarang, kira-kira pemegang saham 30 persen, obligasi 30 persen, dan emas 40 persen,” ujar Bhima.

Tags : slide