close
Nuganomics

Harga Emas Global Terus Menguat

Perdagangan emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, hari ini dilanda kelesuan akibat menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, padahal harga emas global sedang mengalami “booming” mingguan akibat pencabutan stimulus oleh The Fed.

Kamis pagi, 20 Februari 2014, menurut situs “Logam Mulia,” milik Antam, harga emas yang mereka jual dalam perdagangan hari ini merosot sebesar Rp 2.000 per gram, setelah selama dua hari mengalami stagnan..

Seperti dikutip “nuga.co,” dari situs resmi Antam, Kamis pagi, untuk satu gram emas milik BUMN itu, dihargai Rp 549.000. atau lebih rendah dari hari sebelumnya, yang berada di Rp 551.000 per gram. Sedangkan harga jual kembali atau buyback emas Logam Mulia Antam masih setia di Rp 490.000 per /gram.

Antam juga menjual emas batangan dalam berbagai ukuran, seperti 500 gram dengan harga Rp 254.800.000, 100 gram Rp 51.050.000, 50 gram Rp 25.550.000 dan 25 gram Rp 12.800.000. Perusahaan tambang itu juga menjual emas batangan dalam ukuran 10 gram seharga Rp 5.150.000, 5 gram Rp 2.600.000 dan satu gram Rp 549.000

Seperti lazimnya, untuk transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke PT Antam Tbk Jakarta setiap harinya mereka batasi hingga maksimal 150 nomor antrean saja.

Dalam perdagangan global, harga emasa kembali melambung setelah sempat jatuh sekitar satu persen di sela perdagangannya. Jatuhnya dolar AS menjadi faktor emas diburu investor.

Harga emas di pasar spot, seperti dikutip “nuga.co” dari kantor berita “Reuters”, Kamis pagi WIB, merangkak US$ 1,73 ke level US$ 1.312,98 per troy ounce. Perlahan tapi pasti harga emas terus berada di level di atas US$ 1.300 per troy ounce.

Pergerakan emas dunia dipengaruhi oleh prediksi masih melambatnya ekonomi dunia dan merosotnya nilai tukar dolar. Hal ini membuat ‘si kuning’ masih menjadi safe haven.

Kebijakan the Fed menunjukkan mereka akan memangkas program pembelian aset sebesar USD10 miliar, kecuali ada kejutan ekonomi yang besar ini tahun. Logam mulia langsung mengalami kerugian dan juga menekan ekuitas AS.

“Apa yang the Fed katakan adalah perekonomian cukup kuat untuk untuk terus dilakukannya pemangkasan obligasi dan saham mungkin terus rally, sehingga tidak ada banyak kebutuhan untuk logam mulia sebagai safe haven,” kata Senior broker Chicago RJO Futures, Tom Power, seperti dilansir dari Reuters.

Emas jenis Spot turun 0,8 persen menjadi USD1.310,50 per troy ons. Bullion telah meningkat sekitar 9 persen sepanjang tahun ini dan menyentuh USD1.332,10 per troy ons, tertinggi sejak 31 Oktober.

Sedangkan emas berjangka AS, Comex Gold, untuk pengiriman April turun USD4 menjadi USD1.320,40 per troy ons, dengan volume sekitar 35 persen di bawah rata-rata 30 hari perdagangan.

Emas naik tiga persen selama tiga sesi berturut-turut karena lemahnya data outputmanufaktur AS. Ketidakpastian atas pertumbuhan di pasar negara berkembang juga memberikan kontribusi terhadap keuntungan logam.

Fluktuasi harga emas dunia tidak mempengaruhi kebanyakan orang untuk tetap berinvestasi emas dalam waktu jangka panjang. Apalagi saat ini komoditi emas diperdagangkan di bursa, layaknya timah.

Head of Product Development PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia Stella Novita Lukman mengatakan, pilihan komoditi investasi yang tepat saat ini adalah emas.

“Kalau menurut saya sih tetap emas ya, kalau komoditi lainnya misalnya Timah kurang cocok untuk investor ritel,” ucap Stella di Gedung Capital, Jakarta.

Menurut Stella, kalau untuk investasi komoditas timah pun membuat investor akan bertanya mengenai asal usul timah seperti apa, apa faktor pendorong harganya. “Beda dengan emas, semua orang akan tahu, karena emas sudah universal,” sambungnya.

Stella menjelaskan, harga komoditi emas yang saat ini fluktuasi bukanlah pengaruh dari harga emas itu, namun dari kurs mata uang. “Emas itu nilainya enggak pernah berubah, tetap aja. Yang bedakan nilai tukar, kalau nilai tukar menguat, pasti harga bagus,” jelasnya.

Lanjut Stella mengungkapkan, untuk komoditi timah sendiri sangat cocok untuk investor institusional atau perusahaan. Karena semenjak adanya peraturan yang mengatur timah bila diekspor melalui bursa, membuat harga timah melambung tinggi dari USD21.500 per ton menjadi USD23.000 per ton. Ini jelas akan menguntungkan negara dan komoditi itu sendiri

“Karena Indonesia memang pengkespor Timah nomer satu di Indonesia. Itu menguntungkan untuk pemerintah dan pelaku pasarnya sendiri. Dan ini mengurangi ilegal mining,” papar Stella