close
Nuga Tekno

Transaksi WhatsApp-Facebook Diteken di Pintu Masuk Gedung Tua

Banyak orang terkesima ketika Mark Zuckerberg, pemilik jejaring sosial Facebook, saat menyetujui pembelian WhatsApp dengan “harga gila-gilaan,” 19 miliar dollar AS dari Jan Koum, pemiliknya, seorang imigran asal Rusia.

Yang gilanya lagi, ini bikin orang lebih tercengang, aksi korporasi itu disetujui Jan Koum di pintu masuk Dinas Sosial North County, Mountain View, Amerika Serikat, yang tidak terpakai lagi, tempat ia dulunya mengantri kupon untuk mendapatkan jatah makanan.

“Forbes,” dalam situs “onlinenya, Kamis siang WIB, menuliskan Jan Koum membubuhkan tandatangannya di lembaran formulir persis di depan pintu masuk gedung tua yang tidak berpenghuni itu.

Manurut “Forbes” di depan gedung sosial yang kumuh itu Jan Koum, imigran yang hijrah ke AS dari negeri komunis Uni Soviet dengan modal dengkul, mengajak rekannya sesama pendiri WhatsApp, Brian Acton, dan pemodal ventura Jim Goetz untuk saling membubuhkan tanda tangan.

“Di sana, sambil berdiri, Koum dan kawan-kawan menandatangani perjanjian jual beli senilai 19 miliar dollar AS atau sekitar Rp 223 triliun dengan raksasa jejaring sosial Facebook,” tulis Forbes.

WhatsApp telah mengubah hidup Koum, dari seseorang yang sempat hidup sebatang kara menjadi miliarder. Nilai kekayaan Koum, yang menurut Forbes memiliki empat puluh persen saham WhatsApp, kini mencapai kisaran 6,8 miliar dollar AS.

WhatsApp sendiri telah tumbuh menjadi raksasa pesan instan dengan jumlah pengguna aktif bulanan mencapai 450 juta. Setiap harinya, menurut Wired, server layanan ini mengirim lebih dari 18 miliar pesan, hampir menyamai volume harian SMS yang sebesar 19,5 miliar.

Apa yang menjadi rahasia kesuksesan WhatsApp?

Sejak dulu Koum dan Acton selalu konsisten menjaga layanan perusahaan yang hanya memiliki 50 orang karyawan itu agar tetap sederhana dan berfokus pada pengiriman pesan serta bebas iklan.

Sebab, alih-alih dipandang sebagai sumber pemasukan besar, iklan justru mereka anggap mengganggu arah perusahaan dan kenyamana pengguna.

Koum dan Acton sudah cukup puas dengan pemasukan WhatsApp dari biaya langganan pengguna, yang tahun lalu hanya menyentuh 20 juta dollar AS. Angka itu terbilang sangat “mungil” untuk layanan sebesar WhatsApp.

Kesederhanaan WhatsApp tercermin dari secarik kertas di ruang kantor Koum, berisikan semboyan singkat yang ditulis oleh Acton: “Tanpa Iklan! Tanpa Permainan! Tanpa Gimmick!”. Di sampingnya tergeletak sepasang walkie-talkie yang dipakai Koum untuk mencari tahu bagaimana caranya menyederhanakan pesan instan berbasis suara.

Lantas apa yang menjadi alasan Facebook membeli WhatsApp?

Ini dia alasan Mark Zuckerberg.

Facebook Messenger, yang mereka miliki, tidak berjalan seperti yang diharapkan , terutama dalam hal jumlah pengguna. Berbeda dengan WhatsApp, layanan mobile messaging populer ini telah memiliki 450 juta pengguna di seluruh dunia, dan terdapat satu juta pengguna baru tiap harinya.

Facebook dinilai terlambat dalam terjun ke layanan mobile messaging. Perusahaan tersebut baru meluncurkan messaging setelah membeli Beluga pada tahun 2011. Di saat itu, grup messaging sudah lebih populer dibanding layanan SMS.

Sementara WhatsApp yang diluncurkan tahun 2009 memiliki tujuan untuk menghadirkan layanan chat yang cepat, sederhana, dan bersih dari iklan sehingga banyak yang mengadopsinya.

Layanan WhatsApp sangat populer di luar Amerika, seperti di negara-negara Eropa dan India, termasuk Indonesia. Pada awal tahun ini, WhatsApp mengklaim telah memproses 50 miliar pesan dalam satu hari.

Jumlah tersebut dipecah menjadi 36 miliar pesan terkirim atau “outbound” dan 18 miliar pesan masuk atau “inbound.”

Karena itu, untuk mempercepat adopsi layanan messaging ke cakupan yang lebih luas lagi, Facebook membeli WhatsApp.

Nilai akuisisi WhatsApp oleh Facebook tersebut bisa dibilang sangat fantastis, 19 miliar dollar AS sekitar Rp 223 triliun. Nilai ini termasuk 3 miliar dollar AS dalam bentuk saham yang diberikan kepada pendiri dan karyawan WhatsApp dalam jangka empat tahun.

Selain itu, CEO dan co-founder WhatsApp juga akan bergabung sebagai dewan direksi di Facebook.

Menurut Facebook, akuisisi terhadap WhatsApp tersebut dapat membantu jejaring sosial tersebut menyebarkan kemampuan konektivitas ke seluruh penggunanya dengan lebih cepat. Facebook juga mengatakan bahwa WhatsApp akan tetap beroperasi sebagai perusahaan terpisah dan mempertahankan brand-nya.

“WhatsApp sedang mengejar jumlah satu miliar pengguna, layanan messaging yang memiliki capaian seperti itu sangat berharga,” ujar CEO dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg.

Sementara CEO WhatsApp, Jan Koum, mengatakan, “Kami senang dapat berkolaborasi dengan Mark dan Facebook, sembari kami terus membawa WhatsApp ke lebih banyak pengguna di seluruh dunia.”