Site icon nuga.co

Teknologi ‘Augmented Reality’ Edit Video

Google datang lagi dengan  teknologi editing terbaru  yang kelak nantinya  dapat membantu videografer mengedit latar belakang.

Teknologi ini akan menggunakan kecerdasan buatan dan memungkinkan videografer mengganti latar belakang langsung.

Teknologi tersebut dinamakan mobile real-time video segmentation.

YouTube sebagai salah satu anak usaha Google telah menggunakan alat tersebut untuk beberapa pengguna terbatas.

Cara menggunakannya tak jauh berbeda dengan filter foto. YouTube berharap fitur ini dapat meningkatkan nilai video yang diunggah para penggunanya.

“Teknologi segmentasi baru kami memungkinkan pembuat konten mengganti dan memodifikasi latar belakang, dengan mudah meningkatkan nilai produksi video tanpa peralatan khusus,” tulis Google di blognya.

Untuk saat ini, alat pengganti latar belakang ini hanya hadir dalam format video “stories” YouTube yang disebut Reels.

Dengan demikian, YouTube semakin mirip Snapchat dan Instagram.

Dikutip dari SlashGear, efek video tersebut belum sempurna.

Hasilnya tak jauh berbeda dengan foto yang diberi stiker AR yang umum digunakan pada aplikasi foto lainnya.

“Tujuan langsung kami adalah menggunakan peluncuran terbatas dalam stories YouTube untuk menguji teknologi kami pada rangkaian efek pertama ini. Saat kami memperbaiki dan memperluas teknologi segmentasi kami ke lebih banyak label,” papar keterangan resmi tersebut.

Youtube pun berencana untuk mengintegrasikannya ke dalam Augmented Reality yang lebih luas di layanan Google lainnya. Namun, belum diketahui kapan fitur ini akan diluncurkan secara resmi dan luas.

Sementara itu pada Desember silam, Youtube mengumumkan fitur baru, Reels.

Tidak seperti format stories pada umumnya, video Reels yang berdurasi tiga puluh  detik tidak akan berada pada paling atas layar, tetapi pada kolom khusus pada laman akun pengguna.

Video Reels dapat tetap diakses dua puluh empat jam setelah diunggah dan dimasukkan tautan video lain yang berdurasi lebih panjang. Selain itu, pengguna juga dapat menambahkan musik, filter, gambar hingga sticker.

Melalui blognya, perusahaan media sosial milik Google ini menyatakan Reels dibuat agar para kreator video semakin dekat dengan penggemarnya tanpa perlu mengunggah video berdurasi panjang.

Selain itu, Google juga telah melakukan perubahan di laman gambar mereka.

Perubahan tersebut dilakukan untuk membatasi akses pengguna terhadap gambar yang beredar di Google.

Dalam laman Google Image biasanya akan muncul tombol ‘lihat gambar’ (view image) untuk melihat suatu gambar secara penuh.

Pengguna dapat melihat gambar lain hanya dengan menggeser gambar sesuai urutan hasil pencarian.

Gambar yang bisa dilihat secara penuh itu selanjutnya bisa diunduh sesuai kebutuhan masing-masing.

Hanya saja baru-baru ini Google memutuskan menghapus keberadaan tombol ‘lihat gambar’ tersebut.

Google terlihat mencegah orang-orang agar tidak sembarang mengunduh gambar yang berujung pada pelanggaran hak cipta.

Awalnya Google beralasan ingin mendorong penggunanya untuk melihat gambar yang mereka cari ke situs pemilik terkait. Pasalnya, jika mengklik gambar, Google kini merujuk pengguna ke situs resmi pemilik gambar.

Namun dari laporan The Independent, perubahan itu terjadi karena ada kesepakatan Google dengan Getty Images agar pengunduh gambar yang sembarang semakin sulit.

“Tujuannya adalah menyeimbangkan kebutuhan pengguna dan kekhawatiran penerbit (gambar), kedua pihak yang kami hargai,” tulis Google dari laman resmi yang dimuat di The Independent.

Kendati tombol tersebut dihilangkan oleh Google, masih ada beberapa cara untuk melihat gambar secara penuh dan mengunduhnya.

Misalnya dengan mengklik kanan di suatu gambar, lalu pilih buka di tab baru. Selanjutnya gambar akan tampil secara utuh di tab baru tadi.

Cara lainnya adalah mengunduh sebuah aplikasi ekstensi Chrome bernama “View Image”. Aplikasi ekstensi ini menghidupkan kembali tombol yang ‘lihat gambar’ yang dihapus oleh Google.

Exit mobile version