close
Nuga Tekno

“Oblivison,” Bulan Telah Dihancurkan

Sebuah film fiksi  yang berlatar belakang Bumi di tahun 2077, yang diangkat dari komik karya Arvid Nelson dan Joseph Kosinski, “Oblivion,”   kini, sedang  memasuki masa  putar di bioskop-bioskop Indonesia. Film ini merupakan lanjutan dari  Star Wars, Star Trek, dan The Matrix.

Oblivion  yang dibintangi aktor ganteng  Tom Cruise,  menyuguhkan adegan menarik tentang, bagaimana manusia hidup di luar angkasa  serta bagaimana penerbangan luar angkasa masa depan dimungkinkan dengan pesawat satu awak.

Film ini juga, sepertinya, di-ilhami  dari penegasan tesisi Stephen Hawking, fisikawan Inggris terkenal, tentang keharusan penduduk bumi bermigrasi mencari planet lain, dalam masa seribu tahun kedepan, karena dianggap sangat tidak layak untuk dihuni akibat penuh sesak dan dihancurkan oleh polusi.

Film paling seru itu kisahnya di mulai pada tahun 2017,  ketika Bumi diserang oleh alien yang dijuluki Scavenger. Satu hal menarik dari film itu  adalah makhluk alien “Scavenger” telah lebih dahulu menghancurkan Bulan.

Tentu saja dibenak kita, usai menyaksikan film itu dibenak kita muncul pertanyaan, bagaimana jika Bulan benar telah dihancurkan. Apa yang terjadi dengan makhluk yang berada di Bumi?

Jawabannya bisa kita temukan ketika  Discovery,  majalah “ilmiah” itu  menuliskan sebuah laporan yang sangat bagus. Ia mengulas dengan apik konsekuensi jika Bulan benar-benar hancur. Ulasan itu menjawabdengan sangat runut kalau kejadian itu menjadii nyata.

Dua skenario disuguhkan. Pertama, jika debris Bulan yang hancur masih ada di sekitar Bumi. Dan kedua bila Bulan benar-benar menghilang.

Jika Bulan hilang, tentu manusia tak dapat menyaksikan lagi bulan sabit, purnama, ataupun gerhana. Namun, jika debris Bulan masih ada di sekitar Bumi, debris itu bisa disinari Matahari. Bisa jadi, sinar terang akibat debris yang memantulkan cahaya Matahari itu melebihi purnama.

Jika debris Bulan masih ada, kemungkinan efek gravitasi yang diterima akan sama dengan efek gravitasi jika Bulan secara utuh ada. Namun, jika Bulan sama sekali hilang, efek gravitasinya pun akan hilang.

Jika gravitasi akibat Bulan tak ada, pasang akibat Bulan pun akan hilang. Fenomena pasang surut air laut masih akan terjadi, tetapi akan lebih disebabkan oleh Matahari dan akan terjadi pada siang hari.

Dampak yang perlu diwaspadai dalam jangka panjang adalah terkait perubahan poros rotasi Bumi. Diketahui, poros rotasi Bumi terus berubah, membuat Bumi berputar seperti gasing, kadang miring ke kiri dan ke kanan. Bumi tidak tegak lurus.

Salah satu yang memengaruhi poros rotasi Bumi adalah Bulan. Saat ini, perubahan poros rotasi Bumi berlangsung sangat lambat. Bila Bulan tak ada, perubahan poros rotasi Bumi akan berlangsung lebih cepat.

Tanpa Bulan, “goyangan” poros Bumi yang kini hanya berkisar 22-25 derajat akan berubah ekstrem menjadi berkisar antara 0 -85 derajat celsius. Ini akan memicu perubahan iklim cepat, membuat Bumi menjadi lebih tak stabil dan tak layak huni.

Untunglah, efek tiadanya Bulan tak berlangsung tiba-tiba, perlu jutaan tahun. Namun, jika itu benar terjadi, kehidupan hewan akan terganggu dan boleh jadi akan mengganggu kehidupan manusia.

Well, untungnya lagi, Oblivion hanyalah fiksi ilmiah, yang bisa diperdebatkan secara nyata. Disini, diperlukan jawaban dari para fisikawan untuk antisipasi kalau sekiranya kejadian itu benar-benar nyata nantinya.