close
Nuga Tekno

Manusia Akan Bermukim di Bulan

Sejak Neil Amstrong menginjakkan kakinya di Bulan, lima puluh tahun lalu, pertanyaan mengusik tentang kemungkinan manusia tinggal di planet selain Bumi makin nyaring diperdengarkan oleh fisikawan. Banyak orang yang terusik dan mempertanyakan tentang pemukiman baru manusia di planet lain.
Di Bula, atau di Mars?

Banyak kalangan meragukannya kelayakan planet lain, selain Bumi sebagai hunian manusia. Tapi tidak untuk seorang Stephen Hawking, kosmolog dan fisikawan ternama dunia yang dikenal dengan bukunya, A Brief History of Time.

“Dalam 50 tahun, saya tak ragu pasti sudah ada perkampungan di Bulan,” katanya.

Dikutip dari “Daily Mail,” dalam tulisan “techno”nya, Senin lalu, Hawking mengatakan, “Planet kita adalah dunia tua, terancam oleh pertumbuhan populasi dan sumber daya yang terbatas. Kita harus mengantisipasi ancaman ini dan punya plan B.”

“Jika spesies kita tetap eksis seratus tahun lagi, sangat penting bagi kita untuk menjelajah ke kegelapan antariksa, mengolonisasi dunia baru di semesta,” ujarnya.

Hawking mengungkapkan hal tersebut dalam sebuah program acara di UKTV. Ia mengatakan, jika manusia benar-benar punya niat untuk mewujudkan misi menghuni dunia selain Bumi, maka abad saat ini akan menjadi abad penjelajahan antariksa yang nyata.

Fisikawan dan kosmolog ternama dunia, Stephen Hawking, menuturkan bahwa misi penjelajahan angkasa masih tetap perlu dilanjutkan. Tujuannya tak lain demi kemanusiaan itu sendiri.

Kosmolog berusia besar dari Cambridge itu mengungkapkan bahwa tanpa penjelajahan angkasa, manusia terancam punah. Manusia belum tentu bisa bertahan hidup 1.000 tahun lagi. Satu-satunya jalan, manusia harus punya opsi untuk lari dari Bumi yang rentan.

Hawking pernah berbicara pada sebuah pertemuan ilmiah tahun lalu, di Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles, fasilitas penelitian sel punca yang memfokuskan diri pada penanganan penyakit Lou Gehrig, penyakit yang diderita Hawking.

Selain bicara soal penjelajahan angkasa, Hawking juga bicara tentang pengalaman hidupnya. Hawking didiagnosis mengalami penyakit saraf 50 tahun lalu. Ia mengungkapkan bahwa pada awalnya ia sangat depresi dan berpikir untuk menghentikan studinya.

Namun, Hawking akhirnya tetap melanjutkan studinya. Hawking mengatakan, “Jika memahami bagaimana semesta bekerja, Anda bisa mengontrolnya dengan suatu cara.”

Hawking bicara tentang penyakitnya yang juga disebut amyotrophic lateral sclerosis Penyakit itu menyerang sel saraf sehingga pada akhirnya penyandangnya sulit bergerak dan bernapas. Tidak ada pengobatan untuk penyakit itu.

Namun, Hawking dan hidupnya luar biasa. Meski akhirnya sulit berkomunikasi dan harus mengandalkan robot, Hawking tetap aktif. Pada tahun 2007, ia bahkan merasakan berada di zona minim gravitasi, sesuatu yang orang umumnya tak punya kesempatan.

Hawking memotivasi umat manusia. “Bagaimanapun sulitnya hidup kita, selalu ada jalan bagi kita bisa lakukan dan bidang bagi kita untuk sukses,” kata Hawking yang terkenal lewat bukunya A Brief History of Time dan The Grand Design.

Saat awal didiagnosis, dokter yang menangani Hawking mengatakan bahwa ia takkan hidup lama. Namun, ternyata Hawking berhasil mencapai usia 71 tahun. Robert Baloh, direktur Cedar-Sinai ALS Program, mengatakan, hingga kini belum diketahui apa yang bisa membuat Hawking berumur panjang.

Baloh menuturkan, pasien penderita ALS memang bisa bertahan hidup hingga 10 tahun lebih. “Tapi, 50 tahun. seperti yang dialami Hawking, benar-benar tidak biasa,” katanya.