close
Nuga Tekno

Google “Singkirkan” Brand Bernama Nexus

Google sedang menjalani masa tidak menyenangkan dengan  brand miliknya sendiri, Nexus, lewat kebijakannya “membuang”  brand tersebut di dua ponsel pintar anyarnya.

Sebenarnya Nexus adalah produk dari Google sendiri.

“Tak lama lagi brand Nexus disebut-sebut akan hilang dari perbendaharaan produk Google. Nama itu akan disngkirkan,” tulis “phone arena,” Jumat pagi WIB, 02 September 2016..

Selain “phone arena,” pada hari yang sama” situs Android Central juga menulis, seiring dua ponsel Android anyar yang dibuat oleh HTC, Google tak akan memakai nama Nexus lagi.

Perusahaan yang didirikan oleh Sergey Brin dan Larry Page itu kabarnya akan menggunakan nama lain.

Seperti yang dirumorkan, dua ponsel misterius itu diberi kode nama “Marlin” dan “Sailfisih”. .

Sementara situs Android Police sebelumnya juga melaporkan bahwa Google kemungkinan akan menyingkirkan brand Nexus dan menggantinya dengan logo huruf “G”.

Perubahan tersebut tak hanya sekadar simbolis, melainkan Google juga disebut akan langsung menyematkan sistem operasi Android Nougat  di dua ponsel tersebut.

Masih belum bisa dipastikan arah seperti apa yang diterapkan oleh Google jika kabar tersebut benar.

Yang jelas sebelumnya sang CEO Sundar Pichai pada acara konferensi Recode beberapa waktu lalu mengatakan, perusahaan akan lebih serius dalam mengembangkan desain dan produk Nexus.

“Anda akan melihat banyak fitur Android terbaik di dalam ponsel Nexus. Akan ada banyak inovasi piranti lunak yang kami kembangkan,” ucapnya.

Selama ini bisnis Google pada sektor ponsel pintar difokuskan oada pengembangan peranti lunak Android dan aplikasi pendukung lain.

Tetapi hal itu bisa jadi akan berubah dan Google tak lagi bergantung dengan vendor pembuat ponsel.

Selain itu,  surat kabar The Telegraph asal Inggris, secara mengejutkan menulis bahwa Google sedang bersiap-siap merancang dan memproduksi ponsel pintar secara mandiri, baik dari sisi peranti lunak maupuan peranti keras.

Kepada Recode, CEO Google Sundar Pichai sempat mengatakan bahwa perusahaannya saat ini sedang menginvestasikan banyak dana untuk mengembangkan ponsel dan akan lebih “dogmatis” soal desain.

Pichai memang tidak menyebutkan rencananya secara spesifik.

Namun, banyak yang menyangka bahwa itu adalah sebuah awal rencana Google untuk membuat peranti keras ponselnya sendiri.

Ponsel yang dibuat oleh Google secara mandiri diperkirakan meluncur pada akhir tahun ini dan menandai Google akan seperti Microsoft yang membuat perangkat sendiri.

Microsoft kini diketahui membangun sendiri ponsel pintar berbasis Windows 10 Mobile dan memiliki komputer seri Surface.

Namun hingga saat ini, semuanya masih sebatas rumor karena belum ada keterangan resmi dari Google tentang rencananya mengembangkan ponsel secara mandiri.

Lebih lanjut, tahun ini, Pichai memastikan akan terus mengembangkan lini ponsel Nexus yang generasi berikutnya akan diproduksi oleh produsen ponsel asal Taiwan, HTC.

“Kami masih berencana untuk bekerja dengan produsen lain,” kata Pichai.

Selama ini Google selalu mengandalkan vendor gadget seperti LG, Huawei, HTC, dan Samsung, untuk memproduksi sejumlah perangkat Android seperti Nexus.

Sementara untuk membuat ponsel Android One, Google mengandalkan vendor lokal di sebuah negara tetapi belakangan ini kemajuannya tak terlihat.

Google melalui anak usaha DeepMind yang mengembangkan kecerdasaan buatan, sedang dalam tahap pengembangan untuk mengendalikan teknologi kecerdasan buatan di masa depan agar semuanya tetap terkendali.

Dalam sebuah laporan akademik yang dibuat tim peneliti DeepMind, perusahaan ini mengakui butuh suatu pengendalian agar kecerdasan buatan tetap dalam kontrol manusia.

Para ahli dari DeepMind ini menyebut teknologi penangkal kecerdasan buatan itu dengan istilah “tombol merah.”

Laporan tersebut ditulis oleh Laurent Orseau dan Stuart Armstrong dari Future of Humanity Institute di University of Oxford, Inggris.

“Untuk masa depan mungkin akan butuh pengendalian dari operator manusia untuk menekan tombol merah besar yang fungsinya bisa mencegah mesin AI dari tindakan berbahaya,” begitu penggalan laporan tim DeepMind Google, seperti dikutip dari Trusted Reviews.

Laporan tersebut memang kurang lebih menjelaskan bagaimana “tombol merah” hasil kembangan mereka bisa mengontrol fungsi AI demi mencegah interaksinya dengan manusia yang bisa menimbulkan bahaya ataupun melakukan hal-hal di luar kendali manusia.

Tombol pengendalian itu juga dibuat untuk alasan keselamatan, misalnya ketika kecerdasan buatan dipakai untuk manufaktur di pabrik.

Namun, memang belum ada penjelasan secara rinci bagaimana sistem cara kerja tombol merah ini.

Google dan Facebook merupakan dua perusahaan yang serius dan menaruh investasi besar dalam mengembangkan teknologi kecerdasan buatan.

Selain DeepMind, Google juga memiliki anak usaha Boston Dynamics yang mengembangkan kecerdasan buatan pada robot yang bisa bergerak secara dinamis.

Terkait semakin banyaknya perusahaan yang membangun teknologi cerdas ini, Elon Musk selaku pendiri sekaligus CEO dari Tesla Motors dan SpaceX, mengungkapkan kekhawatirannya pada pemanfaatan peranti lunak kecerdasan buatan yang dioperasikan tanpa kontrol ketat manusia.

Tetapi, ia mengaku khawatir hanya pada satu perusahaan.

Musk bersikeras merahasiakan dan tidak mau menyebut perusahaan yang ia khawatirkan itu. Akan tetapi, banyak pihak yang menduga perusahaan itu adalah Google.

Tags : slide